Terduga Teroris Ditangkap di Lampung

Ajak Adik Berusia 12 Tahun, Terduga Teroris di Lampung Diduga Belajar Rakit Bom di Serang dan Palu

RS (23) alias PS, terduga teroris asal Lampung yang ditangkap Densus 88 Antiteror, diduga belajar merakit bom di Serang dan Palu.

Penulis: hanif mustafa | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa
Rumah RS (23) alias PS, terduga teroris asal Lampung yang ditangkap Densus 88 Antiteror, di Jalan Sam Ratulangi, Gang Suhada, Kelurahan Penengahan Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - RS (23) alias PS, terduga teroris asal Lampung yang ditangkap Densus 88 Antiteror, diduga belajar merakit bom di Serang dan Palu.

Pihak keluarga juga sempat melaporkan hilangnya RS kepada pihak kepolisian.

Hal ini diungkapkan oleh DM, ibu RS, saat ditemui di rumahnya di Jalan Sam Ratulangi, Gang Suhada, Kelurahan Penengahan Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, Minggu, 10 Maret 2019.

"Sekarang pergi tanpa pamit meninggalin orangtua. Gak bawa pakaian apa-apa. Hati saya gimana. Saya gak sanggup," ungkap DM.

"Dan dia (RS) menghilang satu bulan. Saya laporan. Namanya kehilangan anak, (pergi) tanpa izin tanpa apa. Iya pergi begitu aja," imbuhnya.

DM menceritakan, RS menghilang pada Desember 2018.

Saat itu RS bersama adiknya F (12) pergi tanpa pamit dengan membawa sepeda motor Honda Revo.

"Satu bulan ngilang. Pulang-pulang motor gak dibawa balik dan gak cerita apa-apa. Saya tanya katanya di Serang saja. Mungkin otaknya sudah kecuci. Gak tahulah," bebernya.

Sudah Curiga, Begini Komentar Ibunda Terduga Teroris Asal Lampung yang Ditangkap Densus 88

Sepulang dari Banten, terus DM, RS tidak berdiam di rumah.

RS pergi entah ke mana selama seminggu.

"Setelah satu bulan, dia pergi lagi selama seminggu, sendirian. Karena setelah dari Serang adeknya langsung saya pisah," tambah DM.

Semenjak pergi ke Serang, menurut DM, perilaku RS mulai berubah.

"Saya itu sempat curiga dengan perilaku anak saya. Saya pesen ke dia (RS), jangan sampai melanggar hukum kerena kita ada undang-undangnya," katanya.

Namun, RS rupanya mengabaikan pesan ibunya.

"Malah dia jawab bilang, jangan takut sama undang-undang gitu. Ya saya bilang sama suami. Terus kami cerita sama Bhabinkamtibmas atas perubahan anak saya ini," tandas DM.

Sebelumnya DM sempat menolak diwawancara lantaran masih shock atas penemuan bom di rumahnya.

"Bukan apa-apa. Saya takut salah. Lebih baik ke polisi saja. Semua sudah saya serahkan ke polisi, dari awal laporan sampai penangkapan (RS) sampai menghilang juga. Saya gak tahu. Pokoknya saya kaget," ungkap DM sembari geleng-geleng kepala.

Namun, DM menegaskan, pihak keluarga tidak tahu sejak kapan putranya merakit bahan peledak.

"Saya gak tahu kapan anak saya ini ngerakit bom," ungkapnya.

Meski demikian, DM mengaku sempat menaruh curiga kepada anaknya.

"Saya sempat curiga. Tapi, saya gak pernah menemukan barang itu (bom)," tambahnya.

DM baru mengetahui ada bom setelah RS ditangkap.

"Dia ke atas atap pakai tangga. Ya itu tangganya," ujar DM sembari menunjuk sebuah tangga yang ada di pinggir lorong jalan.

Keluarga tak mengetahui jika terduga teroris RS alias PS menyimpan bom di genting rumah tetangganya.

Edi M (58), tetangga RS, menuturkan, orangtuanya tidak tahu-menahu ada bahan peledak.

"Orangtuanya gak tahu bener soal bom. Makanya ibunya shock semalam," kata Edi.

Edi menuturkan, bahan peledak itu disimpan di atap rumah tetangganya, Lubis.

"Jadi rumahnya depan rumah RS. Posisi rumahnya (Lubis) di bawah. Jadi bisalah naruh bom. Padahal keduanya gak pernah saling sapa," tuturnya.

Ditangkap Densus 88, Terduga Teroris Asal Lampung Pernah Lempar Batu ke Organ Tunggal

Dikenal Cuek

RS alias PS dikenal cuek oleh tetangganya di Jalan Sam Ratulangi, Gang Suhada, Kelurahan Penengahan Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.

Saiung Siswomulyono, ketua RT 3 Lk II, mengatakan, RS sejak kecil kurang bersosialisasi dan pendiam.

"Dia itu pendiam. Gak pernah menegur siapa pun di jalan, baik kawan muda dan orangtua. Main selonong boy," ungkapnya, Minggu, 10 Maret 2019.

Menurut Saiung, RS tidak punya teman di Kampung Penengahan.

"Dia gak ada temen. Namanya gak pernah menyapa," ucapnya.

Selain itu, RS juga tidak menyukai keramaian, khususnya saat ada acara organ tunggal di lingkungannya.

"Jadi dia pernah nimpuk rumah orang. Ya yang main organ. Itu sebelum pergi ke Banten. Ya hanya sekali," tuturnya.

Saiung mengatakan, sebelum pergi ke Banten dan Palu, RS sempat berdagang tas.

"Dulu dagang tas di perempatan Sukamenanti. Terus waktu musim cincin, dia juga buat," tandasnya.

Pergi ke Palu

Sebelum ditangkap polisi, terduga teroris berinisial RS alias PS ternyata sempat pergi ke Palu, Sulawesi Tengah.

"Jadi RS itu baru pulang 20 hari yang lalu dari Palu," ungkap Saiung.

Sepulang dari Palu, RS tidak pernah keluar rumah.

"Awalnya sih sering keluar, ke masjid. Tapi setelah dari Palu di rumah saja," sebutnya.

Sebelum ke Palu, RS sempat satu bulan merantau ke Serang, Banten.

"Itu adiknya yang masih SD diajak melanglang buana ke mana-mana. Katanya ke Serang, Banten," ucap Saiung.

"Di Banten itu kira-kira sebulan, baru ke Palu," tambahnya.

Saiung menuturkan, RS baru pulang setelah bermimpi sedang bersimpuh di kaki ibunya.

"Alasan pulang mimpi nyium kaki emaknya. Pulang ke sini gak ada ongkos, akhirnya jual HP," jelas Saiung.

Soal tujuan kepergian RS ke Palu, Saiung mengaku tidak tahu.

"Mungkin ada jaringan, mungkin. Tapi dia gak pernah cerita sama keluarga," tandasnya.

Detik-detik Terduga Teroris Lampung Ditangkap: Siapa yang Ngelaporin Saya, Pengkhianat!

Teriak Pengkhianat

Sesaat sebelum dibawa polisi, terduga teroris berinisial RS alias PS sempat meneriakkan kata pengkhianat.

Saiung mengatakan, umpatan ini muncul saat RS hendak diamankan polisi.

"Kalau gak salah sehabis Isya dia (RS) dibawa oleh polisi," ungkap Saiung.

"Dia gak ngamuk. Tapi bilang gini, 'Siapa yang ngelaporin saya? Pengkhianat!" kata Saiung menirukan ucapan RS.

Setelah mengamankan RS, polisi tidak langsung pergi.

"Ada bomnya. Jadi ada juga tim Gegana. Untung gak meledak di sini. Jadi apa kalau meledak kampung ini," ucapnya.

Saiung menjelaskan, petugas yang membawa RS mengenakan baju serbahitam dan menenteng senjata laras panjang.

Penampilannya seperti pasukan Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror.

"Yang bawa RS itu pakai baju ketat. Pakai penutup wajah, helm, serbahitam," katanya.

Saiung menambahkan, bom baru ditemukan setelah tim Gegana turun.

"Jadi bomnya itu ketemu gak lama setelah Gegana datang. Ditaruh di atas genting tetangga. Kebetulan posisi rumah di depan halaman rumahnya. Kan rumah tetangganya di bawah rumahnya," jelasnya.

Bom baru dibawa sekitar pukul 04.00 WIB.

"Saya gak tahu bentuknya seperti apa. Hanya ada tas warna hitam biasa satu," tandasnya. (Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa)

Tags
Densus 88
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved