Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Sebut Pandji Pragiwaksono Sombong Gegara Pertanyaan Ini
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Sebut Pandji Pragiwaksono Sombong Gegara Pertanyaan Ini
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo akhirnya bicara terbuka tentang pilihan politiknya di Pilpres 2019.
Pernyataan terbuka mantan Panglima TNI tersebut disampaikannya di depan Pandji Pragiwaksono di chanel youtube.
Dalam bincang santai tersebut Gatot Nurmantyo mengungkapkan pendapatnya soal pilihannya dalam Pilpres yang mempertemukan pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin dengan Prabowo-Sandiaga.
Baliho tersebut kemudian ditolak oleh Gatot Nurmantyo dan diturunkan sendiri oleh pihaknya
Gatot Nurmantyo mengatakan dalam baliho tersebut ada fotonya yang tengah mengenakan seragam TNI.
Dan itu dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak etis.
Karena dirinya ketika itu sudah berstatus purnawirawan.
Karena kondisi tersebut maka ia memutuskan untuk menurunkan sendiri baliho yang telah terpasang tersebut.
"Gambar saya di Solo itu pakai pakaian dinas juga, daripada orang lain yang turunin mending saya yang turunin. Kalau orang lain turunin kan betapa malunya," katanya.
Gatot Nurmantyo kemudian menjelaskan tentang posisinya yang berada di tengah saat Pilpres 2019 sekarang.
Dirinya menjelaskan posisi tersebut diambil karena ia mengaku bingung dengan pilihan yang ada.
• Protes Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ke Kubu Capres Prabowo, Turunkan Foto Saya Secepatnya
• Fotonya Dipajang Tanpa Izin di Posko Prabowo, Gatot Nurmantyo: Turunkan Secepatnya
• Farhat Abbas Bakal Somasi Pandji Pragiwaksono: Harus Minta Maaf dalam 2x24 Jam
• Setelah Diisukan ke PKS, Akhirnya Terjawab Kemana Komika Pandji Pragiwaksono Merapat
Kedua calon yang bertarung dianggap Gatot Nurmantyo merupakan orang yang sama-sama berpengaruh bagi dirinya.
Mislanya untuk pasangan nomor 01.
Gatot Nurmantyo mengungkapkan Jokowi adalah orang yang melantik dirinya sebagai Panglima TNI
"Kenapa saya di tengah-tengah mungkin Pandji juga sama juga, saya dilantik sebagai Panglima TNI oleh Pak Jokowi," katanya.
Sementara mengenai calon dari 02, Gatot Nurmantyo mengatakan Prabowo Subianto adalah salah satu sosok yang ia kagumi sejak dulu.
"Yang kedua sebelah sini Pak Prabowo adalah sosok militer pilihan saya. Sejak saya Letkol saya sudah melihat, Beliau satu seorang yang kalau memimpin suatu institusi pasti institusinya dibangun, sumber dayanya dibangun." katanya.
Dengan nada bercanda Gatot Nurmantyo kemudian menambahkan Pandji Pragiwaksono adalah sosok yang sombong karena menanyakan soal pilihan di Pilpres.
Pasalnya ia menganggap Pandji Pragiwaksono lebih berpengalaman mengikuti Pilpres.
Karena Gatot Nuramantyo baru sekali ini mengikuti Pilpres dan masuk kategori pemilih pemula.
"Yang jadi permasalahannya adalah, Anda sombong menanyakan saya seperti itu. Saya tanya umur berapa sekarang?," katanya.
Selengkapnya tonton video di bawah ini.
• Sebut Sumbangan Warga, BPN Prabowo-Sandi Minta Relawan Musnahkan Baliho Foto Gatot Nurmantyo
Belum Punya Pilihan
Sebelumnya melansir dari Surya co.id Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Selasa (29/1/2019) hadir di Istana Negara sebagai tamu undangan Rapim Nasional TNI-Polri.
Pantauan Tribun ketika acara pengarahan, Gatot Nurmantyo duduk di kursi depan bersama dengan rombongan para mantan Kapolri.
Gatot tampak akrab berbincang dengan para mantan Kapolri.
Saat dikonfirmasi soal pilihannya dalam Pilpres 2019, Gatot menegaskan belum menentukan dukungan kepada salah satu pasangan calon.
"Belum, belum, belum," kata Gatot.
Meskipun belum menentukan sikap, Gatot menyatakan dirinya membebaskan pendukungnya untuk menentukan capres pilihan mereka.
"Saya tidak menginstruksikan. Saya mengimbau silahkan kemana saja," ujar Gatot.
Sementara itu, mengenai fotonya yang dipasang di posko Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi di Solo, Jawa Tengah, Gatot menyatakan permasalahan tersebut telah selesai.
Dia sudah meminta agar fotonya diturunkan dari baliho.
"Kan sudah selesai kan. Ya sudah," ucap Gatot.
Keluar meninggalkan Istana Merdeka, Gatot memilih bergabung dengan para mantan Kapolri menggunakan mobil golf.
Awalnya Gatot ingin duduk di bagian belakang, namun mantan Kapolri Timur Pradopo dan Bambang Hendarso Danuri meminta Gatot duduk bersama di depan.
"Tidak apa-apa saya masih muda, di belakang saja," kata Gatot.
"Jangan-jangan, kita bertiga saja di tengah," ajak Timur Pradopo.
Akhirnya ketiganya duduk bersama dan tertawa bersama meninggalkan Istana Merdeka.

Tidak terkait dukungan
Sementara itu Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa kehadiran Gatot Nurmantyo di Istana Merdeka tidak terkait dukungan jelang pilpres.
Menurut Hasto, kehadiran Gatot dengan sejumlah mantan purnawirawan TNI/Polri itu banyak berbicara tentang tantangan pertahanan dan keamanan.
Hasto menyatakan, tidak ada pembicaraan terkait politik, apalagi sinyal dukung-mendukung, lantaran agenda Rapat Pimpinan TNI/Polri itu diadakan di lingkungan Istana Kepresidenan.
"Istana negara kan independen, netral. Istana Negara kan bicara soal human interest. Di situ, kami taat asas," ujarnya.

Diketahui Presiden Jokowi menggelar rapat pimpinan TNI/Polri di Istana Merdeka.
Acara tersebut sekaligus menjadi momentum reuni para mantan Panglima TNI dan Kapolri.
Mantan Panglima TNI yang hadir antara lain, Moeldoko, Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, hingga Gatot Nurmantyo.
Ada pun dua mantan Panglima ABRI, yaitu Try Sutrisno yang juga Wakil Presiden periode 1993-1998 dan Wiranto juga hadir dan duduk di jajaran terdepan bersama Presiden Jokowi.
Mantan Kapolri yang hadir antara lain Badrodin Haiti, Bambang Hendarso Danuri, Timor Pradopo, Da’i Bachtiar, dan Sutanto.
"Ini mungkin rapim pertama yang diadakan di Istana.
Bukan apa-apa, tapi memang saya ingin rapim ini sekali-kali kita lakukan di sini dan enggak ada salahnya," ujar Presiden mengawali sambutan.
Selepas rapim, Kepala Negara mengajak para mantan Panglima TNI dan Kapolri berbincang santai di Istana Merdeka, Jakarta.
Selama kurang lebih 30 menit Presiden berbincang santai sambil sesekali diselingi suara tawa.
Selain itu, foto bersama juga dilakukan di depan Istana Merdeka.
Hadir juga dalam pertemuan ini Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Tito Karnavian.
Tidak diketahui apa saja yang diobrolin dalam pertemuan itu.
Namun usai pertemuan, Jokowi menyampaikan kepada wartawan soal restrukturisasi di tubuh TNI.
Bentuk konkretnya, Jokowi akan menambahkan 60 ruang jabatan baru untuk perwira tinggi TNI.
Dia juga akan menambah batas usia pensiun dari 53 tahun menjadi 58 tahun untuk Tamtama dan Bintara TNI.
Sementara itu, usai pertemuan, Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan obrolan santai dengan para mantan Panglima TNI dan Kapolri itu sebagai bentuk sikap Jokowi untuk menjalin silaturahmi.
"Kita ajak silaturahim, beliau kami hadirkan yang sudah lama tidak ketemu. Dengan Kapolri, mantan Panglima ABRI, Try Sutrisno, Wiranto, dan Kapolri," kata Hadi.
(Tribunkaltim.co/Januar Alamijaya)