TNI AD 12 Kali Juara Lomba Menembak, Sniper Kopassus Sekali Tembak 2 Tewas, Saat Latihan bak Neraka
Hebatnya sniper Kopassus TNI AD, sekali tembak dengan satu peluru bisa menewaskan dua orang lawan sekaligus.
TNI AD 12 Kali Juara Lomba Menembak, Sniper Kopassus Sekali Tembak 2 Tewas, Saat Latihan bak Neraka
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Hebat dan membanggakan TNI Angkatan Darat. Untuk ke-12 kali secara berturut-turut, TNI AD menyabet juara umum dalam lomba menembak antarnegara di ajang Australian Army Skill At Arms Meeting (AASAM) 2019, 26 Maret-2 April 2019.
Di ajang yang sama tahun lalu, prestasi yang sangat spesial diraih oleh dua penembak TNI AD dari kesatuan Kopassus. Keduanya adalah penembak jitu atau sniper yang meraih rekor 'One Shoot Two Kills' atau satu tembakan peluru menewaskan dua orang lawan.
TNI AD memang kerap menorehkan prestasi yang membanggakan bangsa dan negara dalam berbagai kegiatan atau lomba tingkat dunia. Dan, di antara pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus atau Kopassus yang paling terkenal.
Dari wikipedia dikutip, Kopassus adalah bagian dari Komando Utama (Kotama) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat.
Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Tugas Kopasus Operasi Militer Perang (OMP) diantaranya Direct Action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror, Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus).
Selain itu, Tugas Kopasus Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan), AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto "Berani, Benar, Berhasil".
• Tarif Tol Lampung Tahun 2019 serta Harga Tiket Kapal Eksekutif dan Reguler Pelabuhan Merak-Bakauheni
• Viral, Bocah SD Gendong Temannya ke Sekolah Setiap Hari Selama 6 Tahun
• Setelah Dapat Pesan dari Istrinya, Perampok Sadis Langsung Menyerahkan Diri ke Kantor Polisi
12 Kali Juara Berturut-turut
Terkait keberhasilan TNI AD menyabet juara umum 12 kali berturut-turut dalam lomba menembak antarnegara di ajang Australian Army Skill At Arms Meeting (AASAM) 2019, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Candra Wijaya mengatakan, pencapaian kontingen TNI AD di Puckapunyal Military Range, Victoria, Australia ini merupakan prestasi untuk bangsa Indonesia.
"Yang dicapai Kontingen TNI AD di Puckapunyal Military Range, Victoria, Australia ini bukan hanya prestasi untuk TNI AD atau TNI semata, namun juga prestasi untuk rakyat dan bangsa Indonesia," ungkap Candra dalam keterangan pers, di Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Ia mengatakan, pencapaian tersebut sesuai harapan karena kembali membawa juara umum dan menyisihkan 20 negara peserta.
"Capaian ini telah sesuai dengan harapan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa ketika melepas kontingen pada tanggal 14 Maret 2019 lalu. Kali ini kita kembali menjadi juara umum dengan menorehkan 21 emas, 14 perak, dan 10 perunggu. Ini menyisihkan 20 negara peserta lainnya," lanjut Candra.
Menurutnya, kontingen TNI AD berhasil menyingkirkan beberapa negara maju yang memiliki teknologi Alutsista modern seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis hingga tuan rumah Australia.

"Demikian juga Thailand, Vietnam dan Malaysia yang secara tradisi memiliki para petembak bagus, seperti yang ditunjukkan saat AARM 2018 tahun lalu," tuturnya.
Namun, menurut Candra, tahun ini perolehan medali kontingen TNI AD menurun dibandingkan 2018, yang berhasil merebut 38 medali emas, 18 perak dan 13 perunggu.
"Capaian kali ini bukanlah penurunan (prestasi), tapi menunjukkan bahwa ajang ini sangat kompetitif atau kontingen telah menunjukkan performance yang terbaiknya," tegasnya.
Lebih lanjut Candra mengungkapkan, 20 orang petembak terbaik yang mengikuti Match Championship 104, 5 orang diantaranya adalah petembak TNI AD.
"Ini sangat membanggakan, ketiga petembak kita, Sertu Woli, Sertu Misran dan Kopda Arifin merebut semua kategori juara 1, 2 dan 3 pada Match Championship 104," ujarnya.
Selain dari kemampuan para petembak, Candra Wijaya mengatakan, torehan prestasi kontingen TNI AD sekaligus menunjukkan senjata produksi dalam negeri, dalam hal Ini PT Pindad Persero yang sangat luar biasa dan andal.
Adapun peraih 10 besar klasemen lomba AASAM 2019 setelah Indonesia yaitu Australia, Malaysia, Selandia Baru, Korea, Amerika Serikat, Perancis, Canada, Jepang dan Vietnam, sedangkan negara peserta yang tidak hadir yaitu Irak, Filipina dan Singapura.
• Berapa Jumlah Rakaat Salat Tarawih yang Benar? Simak, Penjelasan Ustaz Muhammad Solihin
• Pernah Kejutkan Masyarakat, Begini Kondisi Ayah Kandung Marshanda yang Pernah Ditemukan Mengemis
• Inilah Daftar Artis Indonesia yang Beralih Jadi YouTuber. Penasaran dengan Pendapatannya? Baca!
Sniper Kopassus Sekali Tembak 2 Tewas
Akan halnya kejagoan sniper TNI AD dalam mencatatkan rekor 'One Shoot Two Kills' (satu peluru dua sasaran kena tembak), itu diraih dalam AASAM 2018 di Australia pada tanggal 27-10 Mei 2018.
Kedua prajurit tersebut adalah Serka Yuda Irawan dan Serka Novian Budiyanto. Keduanya berasal dari satuan Kopassus.

Selain itu, tujuh dari 10 petembak terbaik dalam ajang lomba ditempati petembak TNI AD, yakni Lettu Inf Poltak Siahaan, Letda Inf Herlansyah, Serka Sugeng Widodo, Sertu Misran, Sertu Woly Hamsan, Sertu Eko dan Pratu Ismail.
Sementara, pada materi Champion perorangan AASAM terjadi all Indonesian final antara Letda Inf Herlansyah melawan Serka Sugeng Widodo yang kemudian dimenangkan oleh Letda Inf Herlansyah.
Dalam lomba 2018 tersebut, TNI AD kembali menjadi juara umum untuk kali ke-11 berturut-turut menyisihkan 17 negara peserta lainnya, dengan meraih 36 Emas, 24 Perak dan 12 Perunggu.
Adapun Kontingen TNI AD tersebut terdiri dari tim Kopassus, Yonif Para Raider 328 Kostrad, Kodam Jaya, dan Kodam XIV Hasanuddin, dengan Komandan Kontingen Kolonel Inf Khabib Mahfud.
Latihan Kopassus bak Neraka
Kemampuan khusus anggota Kopassus tercipta lewat ujian dan latihan yang dijalani bak neraka.
Tentara asing pun segan bertemu pasukan elite berbaret merah ini lantaran keahliannya yang mumpuni.
Untuk mendapat baret merah, harus melalui seleksi yang sangat berat.
Wajar bila orang-orang yang lolos merupakan pasukan elite TNI AD.
Kopassus sudah kenyang asam garam di berbagai operasi militer, kemampuannya juga telah diakui dunia.
Berbagai misi dan pertempuran, mulai Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, pemberantasan PRRI/Permesta hingga pembebasan sandera pesawat Garuda Woyla di Thailand sukses dilaksanakan.
Tak sembarangan tentara yang bisa bergabung dengan korps baret merah. Mereka nharus sosok pilihan yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata.
Ini setelah para prajurit dinyatakan lulus melewati werving atau rangkaian tes kesehatan, fisik, akademi dan psikologi.
Dalam penugasan para prajurit mesti menghadapi ganasnya kondisi alam, bahkan anggota juga mengalami kejadian di luar nalar.

Seperti dikisahkan satu di antara anggota Kopassus yang bertugas di Papua.
Dilansir dari buku "Kopassus untuk Indonesia" karangan Iwan Santosa dan EA Natanegara, satu di antara prajurit Kopassus mengalami pengalaman mistis yang tak lazim.
Saat itu, sang prajurit ditempatkan sebagai komandan pos TNI di Timika.
Satu di antara pos yang waktu itu sangat rawan karena keberadaan pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi.
Pasukan tersebut lalu diperintahkan untuk menggerebek markas OPM yang berjarak enam hari jalan kaki dari pos TNI di Timika.
Tim berangkat ke lokasi pada bulan Oktober yang juga bertepatan dengan musim penghujan.
Saat hari kelima, mereka bertemu sungai dengan arus yang sangat deras.
Mereka pun memutuskan untuk menyeberang dengan menggunakan tali.
Saat menyeberang tersebut ada prajurit yang berpangkat kopral masuk ke pusaran air dan hanyut.
Melihat hal ini sang komandan lalu menyelam untuk menolongnya.
Sampai suatu titik, sungai itu hilang dan menjadi air terjun.
Sang komandan kemudian menepi di tengah hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
• Pura-pura Pesan Ikan, Kejati Lampung Tangkap DPO Kasus Pengrusakan Barang
• Sinopsis Film The Expendables dan Mercenaries Tayang Malam Ini, Rabu 3 April 2019 di Bioskop TransTV
• Ceramah Ustadz Abdul Somad Tentang Makna Isra Miraj, Islam Bukan Agama Radikal
Lima orang sudah menyeberang, tiga belum menyeberang dan sang komandan hanyut bersama dengan si Kopral.
Karena terus berusaha mencari prajuritnya yang hilang sang komandan tersesat di dalam hutan belantara papua yang masih rapat.
Dia pun berusaha mencari arah untuk kembali ke Timika dengan harapan melaporkan anak buahnya yang hilang kepada atasan untuk selanjutnya mencari kembali.
Tiba hari keenam, lokasi yang dicari tak juga ditemukan.
Prajurit ini sudah berada di ambang sadar.
Semua perlengkapan, termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.
Dan di hari keenam itulah, prajurit Kopassus ini mengalami pengalaman yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat.

Ia mengaku melihat alam lain, antara sadar dan tidak, prajurit tersebut merasa masih terus berjalan.
Di hari kesebelas, dia berhasil menyeberangi sungai yang lebarnya 200 meter sebelum akhirnya tiba di Timika.
Selama 18 hari tersesat di dalam hutan akhirnya prajurit tersebut ditemukan oleh warga dalam kondisi selamat.
Saat itu, kondisi tubuhnya hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar liar dan telapak kaki yang bengkak akibat tertancap potongan kayu.
Yang membuat merinding, ternyata dalam mata prajurit tersebut selama tersesat di hutan, Ia merasa dirinya diikuti oleh tiga sosok tak terlihat.
Menurut penuturannya, tiga sosok tak terihat itu saat matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak dan satu lagi berbagi rokok dengan prajurit tersebut.
Meski dalam kondisi yang memprihatinkan dokter yang memeriksa menyatakan prajurit tersebut bebas dari penyakit malaria dan cacing tambang.
Apa syarat menjadi Kopassus?
Pertanyaan ini kerap terlontar, namun tidak terjawab.
Anggota Kopassus dianggap memiliki kemampuan khusus.
Seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian dan antiteror.
Menjadi anggota Kopassus merupakan kebanggaan bagi setiap pasukan TNI AD. Pasalnya, untuk menjadi prajurit Kopassus bukan hal mudah.
Pasukan baret merah ini digadang-gadang sebagai satu pasukan yang terbaik di dunia.
Setidaknya, calon anggota Kopassus harus bisa lari 2,4 kilometer dengan waktu 12 menit, 40 kali push up dalam semenit, tidak takut ketinggian dan lainnya.
Bagaimana proses perekrutannya?
Untuk mendapatkan baret merah dan brevet komando kebanggaan korps tersebut, prajurit harus melewati pelatihan khusus yang nyaris melewati kemampuan batas manusia.
Tahap pertama, Tahap Basis.
Yaitu pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung.
Di sini, calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar.
Seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.
Tahap kedua, Tahap Hutan Gunung.
Diadakan di Citatah, Bandung.
Di sini, para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan.
Dalam Pelatihan Survival, calon Prajurit komando harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.
Dengan latihan ini Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.
Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.
Dalam buku yang berjudul "Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan" yang diterbitkan QailQita Publishing, 2014, mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo membeberkan pengalamannya saat mengikuti latihan Kopassus.
Tahap Ketiga, Tahap Rawa Laut.
Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut.
Calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini, materi Latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Para calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
"Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan `pelolosan' dan `kamp tawanan'," kata Pramono.
Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.
Selama "pelolosan" si calon harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap maka itu berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.
Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.
Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.
Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Selama tiga hari siswa menjalani latihan di kamp tawanan. dalam kamp tawanan ini semua siswa akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia.
"Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya," tulis Pramono Edhie.
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.
Nilai standar fisik untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.
Begitu juga kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2000 meter.
"Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa," ujar mantan Danjen Kopassus ini.(*)