Jihan Nurlela Dokter Cantik Adik Bupati Lamtim Chusnunia Chalim Suara Terbanyak DPD RI Versi Rakata
Jihan Nurlela elektabilitas 4,10% di dapil 1 dan dapil 2 mencapai 12,60%. Disusul Andi Surya, Abdul Hakim, Bustami Zainuddin.
Sementara potensi perempuan terpilih di dua dapil ini hanya 3 orang. Direktur eksekutif Rakata Institute, Eko Kuswanto menjelaskan 10 caleg yang berpeluang terpilih ini setelah dilakukan survei dan perhitungan kursi terpilih metode saint league.
“Bahwa peluang estimasi parpol di DPR RI itu 10 di Lampung I dan 10 di Lampung II. Banyak dipasang caleg perempuan hanya pelengkap. Kalau dicari 30 persen caleh yang baik, tangguh mungkin hasilnya akan lebih maksimal. Di DPR RI hanya tiga nama, dari 30 persen minimal perempuan yang maju di setiap partai,” kata Eko.
Sementara kata Eko, calon DPD dari lima kandidat perempuan dengan total peserta DPD asal Lampung 25 orang, hanya satu perempuan yang berpeluang lolos.
“Hanya lima nama perempuan di calon DPD, 20 persen kandidat perempuan yakni lima orang, yang berpeluang 1 orang,” ujarnya.
Rilis survei rakata ini berlangsung di Hotel Horison Bandar Lampung, Jumat (12/4/2019).
Dalam acara ini hadir juga akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Tin Amalia Fitri dan cawagub terpilih, yang kini Bupati Lampung Timur Chusnunia (Nunik) sebagai narasumber sesi dialog.
• Download MP3 Lagu Ramadhan Gen Halilintar, Tonton Video Klip dan Lirik Lagu Ramadhan
• Download Lagu Full Album Slank Unity and Respect, Gudang Lagu MP3 Slank Terbaru 2019
• Download Lagu Fake Love dari BTS, Gudang Lagu MP3 K-Pop Full Album
Menurut Fitri, minimnya caleg perempuan yang terpilih tidak lepas dari kaderisasi partai.
“Minimnya perempuan yang berpeluang masuk ke Senayan karena sedikit sekali peluang bagi perempuan. Tidak terlepas dari kaderisasi partai politik yang belum memberikan peluang yang besar bagi perempuan,” katanya.
Chusnunia (Nunik) menceritakan pengalamannya sebagai politisi perempuan di Lampung selama sekitar 15 tahun. Menurut Bupati Lampung perempuan pertama ini, ada kendala yang dialami perempuan saat terjun ke dunia politik.
“Saya akan menceritakan dari pengalaman selama 15 tahun di dunia politik. Tantangan politisi perempuan ada beban ganda jadi faktor paling berat. Dari sudut pandang saya secara subjektif. Mulai dari waktu, bagi perempuan yang sudah berkeluarga pasti ada beban ganda. Tanggungjawab penuh di rumah tangga, berkarir kalau dimanage dengan baik jadi kelebihan,” ujarnya.
Masih dari faktor internal, menurut dia ada hubungan yang kurang politisi perempuan dengan konstituen.
“Dua pihak (Politisi perempuan dan konstituen) sama-sama tidak PD (percaya diri) . Politisi tidak PD memastikan dia layak dipilih. Masyarakat pemilih juga gitu. Di lampung politisi perempuan sebenarnya tidak di reject (tolak) banget. Tapi ada pemilih perempuan sendiri belum yakin dengan politisi perempuan, apalagi pemilik laki-laki (memilih perempuan) masih kurang PD,” jelasnya.
Selain itu, menurutnya jika dunia politik masih dikenal sebagai dunianya lelaki.
“Politisi laki-laki dengan laki-laki biasanya saling support tapi kalau perempuan beda, kadang malah saling jealose (cemburu),” ujarnya.
Terkait hasil survei Rakata minimnya perempuan terpilih, Nunik menilai ada faktor eksternal juga yang mendeskreditkan perempuan. Untuk caleg DPR RI menurut dia, faktor nomor urut sangat penting.