Diserang Hoaks, Kapolri Kejar Penyebar Hoaks 'People Power, Polri Siap Tembak Mati Perusuh NKRI'
Diserang Hoaks, Kapolri Kejar Penyebar Hoaks 'People Power, Polri Siap Tembak Mati Perusuh NKRI'
Penulis: heri | Editor: Heribertus Sulis
Terkait informasi tak benar itu, mantan Kapolda Metro Jaya tersebut pun memerintahkan jajarannya untuk menelusuri siapa pelaku dan penyebar informasi yang disebutnya hoaks itu.
Ia menilai ada sebuah upaya yang berusaha mengadu domba dirinya dengan para ulama melalui informasi tersebut.
Apalagi dalam informasi itu, disebut-sebut nama Rizieq Shihab dengan seruan people power-nya.
"Kita lagi kejar siapa yang membuat ini, karena ini ingin mengadu saya dengan ulama," tegasnya.
Lebih lanjut, jenderal bintang empat itu menegaskan, Polri memiliki prinsip dalam menangani gerakan massa sesuai SOP, yakni melalui pendekatan persuasif terlebih dahulu.
Apabila tidak bisa, maka baru dilakukan upaya paksa sesuai aturan yang berlaku.
"Prinsip bagi Polri kalau ada gerakan massa kita akan tangani sesuai prosedur yang berlaku secara proporsional, mulai dari ringan persuasif sampai kepada koersif upaya paksa, sesuai aturan berlaku baik nasional maupun internasional," bebernya.
Informasi itu muncul pertama kali di blog dengan judul 'HRS akan kerahkan people power, Polri: kami siap tembak mati perusuh NKRI sekalipun anak cucu nabi'.
Divisi Humas Polri pun langsung mengambil sikap dan menyatakan dalam akun resminya di Instagram bahwa berita itu tidak benar, dengan memberikan stempel hoaks.
Sebelumnya, calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) menilai kondisi di Tanah Air setelah pemungutan suara Pemilu 2019 pada 17 April lalu, berjalan aman dan damai, tanpa ada potensi kerusuhan.
"Ah enggak (tidak ada kerusuhan), wong kita santai semua kayak gini," ujar Jokowi seusai makan siang di West Mall Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (20/4/2019).
Menurut Jokowi, kegiatan masyarakat setelah pemilu berjalan seperti hari-hari biasanya, bekerja dengan keras untuk membangun negara Indonesia secara bersama-sama.
"Perbedaan pilihan biasa dalam demokrasi, tapi kehendak rakyat sudah ditentukan 17 April yang lalu, sehingga kita menunggu penghitungan resmi dari KPU," papar Jokowi.
Sebelumnya, pengusaha mengaku khawatir perbedaan suara antara Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terpaut tipis di kisaran 1-2 persen, sehingga dapat berpotensi kerusuhan.
Namun, berdasarkan hitung cepat beberapa lembaga survei, selisih suara kedua pasangan calon tersebut memiliki jarak di kisaran 10 persen.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/hoaks-serang-kapolri.jpg)