Aksi 22 Mei Berakhir Rusuh, 6 Orang Tewas dan 200 Orang Luka. Polisi Ungkap Skenario Penembak Jitu!

Dua Calon Presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, sama-sama meminta masyarakat menjaga persatuan bangsa.

Editor: Teguh Prasetyo
Tribunnews.com/ Reza Deni
Jelang waktu sahur, Kamis (23/5/2019) massa Aksi 22 Mei di kawasan Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat terlibat bentrok dengan aparat. 

Pelaku membuat skenario menembak massa sampai jatuh korban jiwa sebagai martir.

Selanjutnya informasi itu digoreng, menyalahkan aparat TNI/Polri agar memancing amarah masyarakat.

"Senjata panjang jenis M-4 dilengkapi dengan peredam. Jadi kalau ditembakkan, suaranya tidak kedengaran. Juga dilengkapi pisir, ini artinya senjata bisa dipakai teleskop untuk sniper," ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu siang.

Tito memperlihatkan tiga pucuk senjata api. Pertama, Tito memperlihatkan senjata laras panjang, senapan serbu M4 Carbine.

Senjata M4 biasa digunakan tentara angkatan darat dan Korps Marinir AS. Senapan serbu M4 memiliki laras 14,5 inci dengan peluru kaliber 5,56 milimeter dari magasin yang berisi tiga puluh peluru.

Senjata tersebut memiliki mode semiotomatis dan dapat memuntahkan tiga butir peluru.

Kapolri kemudian menunjukkan senjata api genggam jenis revolver dan pistol glock. Dua dus kecil, berisi peluru berjumlah kira-kira 60 butir.

Menurut Kapolri, polisi telah menangkap beberapa orang terkait penemuan senjata api tersebut.

Pada Selasa 21 Mei, polisi menangkap 3 orang. Mereka ditangkap dengan senjata revolver jenis Taurus dan Glock 22 berikut sejumlah peluru 2 dus M-40 hampir 60 butir.

Pengakuan mereka sama nanti dipakai untuk tanggal 22 Mei.

Dari pengakuan para pelaku yang ditangkap, senjata-senjata tersebut memang digunakan untuk membuat rusuh. Tito menyebut juga ada senjata api yang diamankan dari teroris.

Kapolri juga menjelaskan bahwa pihaknya menemukan uang dengan jumlah total Rp 6 juta dari para provokator yang ditangkap karena melakukan aksi anarkis di depan gedung Bawaslu dan Asrama Brimob Petamburan.

Bahkan, saat diperiksa, provokator yang mayoritas adalah anak-anak muda ini mengaku dibayar untuk melakukan aksinya.

"Yang diamankan ini kita lihat, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan di mereka amplop berisikan uang. Totalnya hampir Rp 6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," kata Tito.

Sementara Polda Metro Jaya telah menangkap 257 tersangka yang diduga provokator dan pelaku dalam kerusuhan di tiga tempat kejadian perkara (TKP) di Jakarta.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved