Soal Rute Aneh dan Tiket Rp 21 Juta, Menhub: Kenapa Gak Jakarta ke Hongkong Baru ke Kualanamu
Maraknya berita seputar tiket pesawat seharga Rp 21 juta membuat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kesal.
Soal Rute Aneh dan Tiket Rp 21 Juta, Menhub: Kenapa Gak Jakarta ke Hongkong Baru ke Kualanamu
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Maraknya berita seputar tiket pesawat seharga Rp 21 juta membuat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kesal.
Tiket seharga Rp 21,9 juta itu merupakan harga tiket Garuda Indonesia kelas bisnis rute Bandung-Medan.
Harga tiket bisa mencapai sebesar itu karena tidak ada penerbangan langsung dari Bandung ke Medan.
Artinya, pesawat harus transit ke beberapa kota sebelum tiba di Medan.
Menurut Budi, informasi itu menyesatkan.
Untuk itu, Budi akan menegur pihak maskapai Garuda Indonesia dan Traveloka selaku platform penyedia tiket online.
"Saya akan menegur yang menjadi stakeholder dari maskapai, dalam hal ini Garuda Indonesia. Karena ini menyesatkan informasinya, Bandung-Kualanamu Rp 21 juta," kata Budi kepada awak media di Posko Nasional Terpadu Angkutan Lebaran di Gedung Kemenhub, Jakarta, Kamis (30/5/2019).
Menhub menilai, meskipun harga tiket tersebut bukan sekali penerbangan, tarif yang dikenakan kurang bijak karena terlalu mahal.
Apalagi, transit yang ditentukan terbilang aneh destinasinya.
• Fakta Seputar Rute Aneh dan Tiket Pesawat Bandung-Medan Seharga Rp 21 Juta
• Tiket Pesawat ke Lampung Ludes, Untuk 2 Juni Seharga Rp 3,4 Juta
"Tiket transit yang tidak masuk di akal, bikin tiket dari Bandung ke Bali. Dari Bali-Jakarta, Jakarta ke Kualanamu. Kalau enggak dari Jakarta ke Hongkong baru ke Kualanamu bisa begitu," ungkapnya.
"Jadi, saya minta warga untuk menegur Traveloka yang memberikan infromasi yang menyesatkan," imbuhnya.
Dia menambahkan, selama ini pihaknya terus berkomitmen memberikan layanan informasi transportasi publik dengan baik kepada publik, termasuk soal harga tiket pesawat.
Karena itu, Menhub mengimbau jika ada pihak-pihak yang berusaha menyesatkan harus ditegur.
"Apalagi mendapatkan keuntungan dari ketidakjelasan informasi, itu harus ditegur. Oleh karena itu, saya minta Garuda Indonesia untuk menegur dan saya sudah menyampaikan ke media melalui Garuda Indonesia untuk menyampaikan itu," lanjutnya.