Ketupat Jembut, Makanan yang Hanya Disajikan Sehari dalam Setahun, Simak Asal Usul Namanya

Makanan bernama Ketupat Jembut menjadi bagian dari tradisi unik merayakan Lebaran Ketupat (Bodo Kupat) atau Syawalan.

istimewa via tribunjateng.com
Ketupat jembut atau ketupat taoge di Jaten Cilik Pedurungan Kota Semarang. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Makanan bernama Ketupat Jembut menjadi bagian dari tradisi unik merayakan Lebaran Ketupat (Bodo Kupat) atau Syawalan.

Tradisi unik tersebut dilakukan masyarakat Dusun Jaten Cilik atau biasa disebut Kampung Jaten Cilik, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.

Dalam perayaan tersebut, sekitar 600-an warga dari 200-an kepala keluarga (KK) membuat sebuah makanan khas Lebaran.

Makanan tersebut hanya disajikan setahun sekali.

Makanan itu biasa dinamakan 'Ketupat Jembut' atau Ketupat Taoge.

Ketupat Taoge yang juga dikenal dengan ketupat isi, merupakan olahan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur) atau kadang-kadang dari daun palma.

 

Khusus pada ketupat taoge, makanan khas Asia Tenggara tersebut disuguhkan dengan posisi dibelah.

Kemudian, dimasukkan taoge dan sambal kelapa.

Makan 8 Mi Instan, Pemudik Disuruh Bayar Rp 300 Ribu, Videonya Viral Sorot Sosok Wanita Penjual

Ratusan warga Jaten Cilik Pedurungan Kota Semarang memeriahkan Lebaran Ketupat dengan berebut Ketupat Jembut atau Ketupat Taoge yang hanya ada di Semarang 1 hari dalam setahun, Rabu (12/6/2019)
Ratusan warga Jaten Cilik Pedurungan Kota Semarang memeriahkan Lebaran Ketupat dengan berebut Ketupat Jembut atau Ketupat Taoge yang hanya ada di Semarang 1 hari dalam setahun, Rabu (12/6/2019) (ISTIMEWA)

Adapun, ukurannya relatif lebih kecil dari ukuran biasa, dengan asumsi sekali atau dua kali makan.

Uniknya, ketupat atau kupat taoge hanya ada sekali dalam setahun di Kota Semarang.

Lebih tepatnya, pada hari H+7 Lebaran atau Idul Fitri.

Kupat taoge diproduksi oleh warga Jaten Cilik untuk selamatan perayaan Lebaran Syawal di Masjid Roudhotul Muttaqiin, Jalan Taman Tlogo Mulyo I, Pedurungan.

Pada awalnya, tradisi yang sudah berjalan sejak 1950 M itu, melibatkan warga sekitar sebagai bentuk rasa syukur atas selesainya puasa Ramadan dan puasa 6 hari syawal.

Sebelum warga Jaten Cilik membagikan kupat taoge kepada anak-anak, masyarakat berkumpul di masjid untuk menunaikan salat subuh berjamaah yang dilanjutkan doa bersama.

Setelah itu, warga dewasa yang berada di masjid mendapat pembagian ketupat taoge untuk dimakan secara bersama.

Kegiatan pun dilanjutkan pembagian ketupat taoge kepada ratusan anak yang sudah menunggu di luar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved