Ketupat Jembut, Makanan yang Hanya Disajikan Sehari dalam Setahun, Simak Asal Usul Namanya
Makanan bernama Ketupat Jembut menjadi bagian dari tradisi unik merayakan Lebaran Ketupat (Bodo Kupat) atau Syawalan.
Aba-aba pesta lebaran ketupat ini dimulai dengan membunyikan petasan dan bunyi tiang listrik yang dipukul dari sejumlah arah.
Saat itulah, anak-anak mulai berhamburan berebut ketupat taoge di sepanjang jalan.
• Foto-foto Sandiaga Uno Rayakan Lebaran di Amerika, Penampilannya Curi Perhatian
Selaku Imam Masjid sekaligus orang yang dituakan di Jaten Cilik, Munawir (45) menjelaskan, ketupat taoge pada awal mulanya dibuat untuk menyemarakkan Lebaran Syawal.
Lantaran keterbatasan biaya pada saat itu, sang perintis pada generasi pertama sepakat merayakannya dengan cara yang sederhana.
Adapun, filosofi taoge dan sambal kelapa dimaksudkan untuk melambangkan sebuah kesederhanaan dalam hidup dengan tidak melulu kemewah-mewahan.
Sedangkan dibelah tengah dan dimasukkan isi, dimaksudkan bahwa antar warga sudah saling melepas kesalahan.
"Menurut cerita dari generasi pertama Sulaiman, yaitu mbah saya, termasuknya."
"Tahun 1965 sempat berhenti zaman PKI."
"Tahun 1980 ketupat dan petasan."
"Nah tahun 1983-an diganti dengan uang dari 500 rupiah hingga 5 ribu-an," terang Munawir kepada Tribunjateng.com, Rabu (12/6/2019).
Pada lebaran ketupat 2019, warga Jaten Cilik kembali menggelar perayaan dengan menu yang sama.
Serangkaian acara yang masih terjaga kelestariannya dilengkapi dengan 5.000-an buah ketupat taoge.
• Tak Ada Menu Ketupat Saat Lebaran Idul Fitri di Rumah Nunik. Gelar Open House di Waway Karya Lamtim
Sebanyak 4.500 di antaranya diperebutkan anak-anak dan juga masyarakat yang berjumlah 400-an orang.
Khusus untuk anak-anak, disediakan juga ketupat dengan isi uang.
Kemeriahan pun tampak di samping Masjid Roudhotul Muttaqiin dari pukul 05.00 WIB-pukul 06.15 WIB.