Penyair Lampung AYE: Sastra adalah Soal Rasa

Puluhan sastrawan Lampung berkolaborasi meluncurkan dua buah karya buku di Gedung Dewan Kesenian Lampung (DKL) PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Sabtu.

Tribunlampung.co.id/Sulis
AYE (kiri), Iswadi Pratama, Ari Pahala, dan Hermansyah (kanan) mendiskusikan geliat sastra di Lampung 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Puluhan sastrawan Lampung berkolaborasi meluncurkan dua buah karya buku di Gedung Dewan Kesenian Lampung (DKL) PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Sabtu (15/6/2019).

Beberapa sastrawan diantaranya membuka acara peluncuran buku yang digagas Komite Sastra DKL dengan membacakan beberapa karyan dalam buku Negeri Para Penyair (antologi puisi mutakhir Lampung) dan Negeri yang Terapung (antologi cerpen mutakhir Lampung) karya 17 cerpenis.

Suasana lampu penerangan tribun penonton meredup, fokus cahaya terlihat di panggung teater di Gedung DKL kemarin siang. Beberapa sastrawan Lampung mulai membacakan ragam puisi dan cerpen yang membawa penonton terhanyut dalam suasana syahdu.

Gisting... Hujan abadikan dingin. Kabutpun berkabar-kabar. Bendera kian berkibar. Kita berpapasan lagi. Kau ke pasar, Aku ke kebun. Cinta terimbun-timbun.. (Tanggamus)

Salah satu puisi dibacakan Panji Utama di Panggung Sastra Lampung 2019 yang diselenggarakan Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini mampu menjadi magnet yang membius penonton turut dalam suasana hening.

Komite Sastra DKL Beri Panggung Para Sastrawan Lampung di Gedung DKL PKOR Way Halim

Sebelumnya beberapa puisi juga sudah dibacakan oleh beberapa sastrawan Lampung diantaranya Edi Samudera Kertagama, Hermansyah, Agit Yogi Subandi, penyair Lampung Yuli Nugrahani dan lainnya.

Pembacaan puisi juga diselingi penampilan Holaspica, penyanyi asal Bandar Lampung yang membawakan beberapa lagu andalannya. Salah satunya Naik ke Laut.

Beberapa sastrawan senior Lampung yakni Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, dan Ahmad Yulden Erwin (AYE) bahkan mengisi acara juga dengan diskusi terkait gairah dunia sastra di Lampung, dipandu oleh Hermansyah GA.

AYE berbicara dan mengulas mengenai rasa dalam pembuatan sebuah karya sastra. Menurutnya sangat penting mampu merasakan sesuatu sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan yang indah.

"Sastra adalah tentang rasa, bagaimana bisa mengolah rasa itu sehingga bukan hanya berkoar-koar tanpa makna," ujar AYE.

Iswadi Pratama mengapresiasi publikasi karya ini. Menurutnya sangat banyak penulis dan penyair yang terlahir di Lampung, bahkan tak sedikit diantaranya perempuan. Namun masih banyak yang berkarya diam-diam dan belum terlalu mempublikasikan dirinya.

"Jumlah penyair dan karya yang banyak membuat kita tidak bisa memetakan karya dengan tepat, jejak karya teman-teman," ujar dia.

Terkait puisi yang diluncurkan, Iswadi mengritisi masih ada karya puisi dengan irama yang dipaksakan. Yang mementingkan rima akhir dan mengorbankan lapisan makna. "Itu kecenderungan yang masih didapati dalam beberapa karya penyair," kata Iswadi.

Terkait cerpen yang diluncurkan, Iswadi juga masih menemukan cerpen yang bermasalah saat mendeskripsikan objek. Dimana terlalu umum dalam menggambarkan sesuatu.

Menurutnya, dalam berkarya di dunia sastra yang terpenting adalah terus menggali kemampuan mengolah kata dan rasa. Sehingga melahirkan karya yang indah dan berkualitas. (Tribunlampung.co.id/Sulis Setia M)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved