Dewan Kopi dan Aeki Curigai Mafia Kopi di Lampung
Menyikapi informasi impor Kopi yang diungkapkan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Dewan Kopi Lampung dan Aeki Lampung bergerak cepat.
Penulis: Beni Yulianto | Editor: Reny Fitriani
Senada dengan De Kopi, Aeki Lampung juga siap untuk menelusuri mafia kopi Lampung. Aeki meastikan anggotanya tidak melakukan impor kopi dari Vietnam.
"Kualitas kopi robusta kita memang nomor satu dunia. bijinya besar, berbeda dengan kopi Vietnam biji kecil dan lebih pahit. Bisa saja memang modusnya mengimpor kopi Vietnam kemudian dicampur kopi Lampung untu diekspor kembali. dengan demikian perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga kopi Vietnam yang lebih murah namun kualitasnya di bawah," kata Ketua Aeki Lampung Juprius.
Menurut Juprius, perusahaan dan pemerintah harus terbuka dalam impor Kopi.
"Baik Aeki dan dewan kopi ingin meningkatkam kualitas dan harga kopi. ini tujuan kita. Kalau benar stok kopui kurang, sehingga ada perusahaan yang mengajukan impor kopi dibuka saja, siapa perusahaannya dan berapa kebutuhannya. Jangan diam-diam impor," tegasnya.
Juprius memastikan perusahaan di bawah Aeki tidak ada yang impor kopi.
"Kalau di Aeki saya sudah tanya teman-teman tidak ada yang impor kopi," kata dia.
Menurut dia, akibat indikasi mafia kopi ini, harga anjlok. Seharusnya harga kopi Lampung dengan kualitas baik, mencapai 3 $ sampai 4 $.
"Harga kopi sekarang anjlok, Rp17 ribu, sampai Rp17.500 dengan dolar Rp14.000. jadi harga kopi itu hanya dikisaran Rp1 dolar. Seharusnya, harga kopi itu 3 $ atau 4 $ per kilogram," ucapnya.
"Intinya kami siap melaporkan dan akan menyikapi pemberitaan (Tribun) ini, mencari benang merahnya. kalau perlu saya akan laporkan ke pihak berwajib. Agar gudang perusahaan yang impor kopi itu disegel," tambahnya.
(Tribunlampung.co.id/Beni Yulianto)