Benarkah Akpol Hanya Untuk Kalangan Berduit? Kesaksian 2 Orang Ini Menjawabnya
Benarkah Masuk Akpol Butuh Duit Banyak? Kesaksian 2 Orang Ini Menjawabnya
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Benarkah Masuk Akpol Butuh Duit Banyak? Kesaksian 2 Orang Ini Menjawabnya.
Menjadi taruna Akademi Kepolisian (Akpol) adalah cita-cita kebanyakan remaja saat ini.
Mereka berjuang dengan berbagai cara agar bisa diterima di Akpol.
Namun ada saja yang takut ikut mendaftar Akpol.
Biasanya yang takut mendaftar Akpol karena mereka tidak memiliki uang banyak.
Ya masih ada saja anggapan bahwa masuk Akpol atau menjadi polisi harus memiliki uang banyak.
Sehingga anggapan yang berkembang di masyarakat, hanya orang-orang berduit saja yang bisa masuk Akpol.
Anggapan masyarakat masuk polisi pakai uang ini tidak sepenuhnya salah.
Seiring berjalannya waktu, Polri terus berbenah diri.
Polri bertekad melakukan reformasi sumber daya manusia termasuk dalam hal rekrutmen.
Polri meyakinkan masyarakat bahwa menjadi anggota polisi tidak pakai uang.
Lalu apakah kampanye Polri ini benar adanya?
Dua remaja ini menjadi bukti dari hasil reformasi Polri.
Mereka adalah Muhammad Idris dan Anesthesia Aryan Putri.
• Menginspirasi. Gagal Tes SNMPTN, Anak Penjual Plastik ini Malah Lulus Akpol dengan IPK 3,03
Idris dan Anes merupakan contoh bagaimana reformasi Polri berjalan baik.
Idris dan Anes mampu jadi taruna Akpol tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
Latar belakang keluarga mereka bisa dilihat bukan orang kaya.
Idris hanyalah anak petani dan Anes anak dari penjual plastik di pasar.
Namun berbekal tekad dan kemampuan, Idris dan Anes mampu masuk Akpol dan lulus sebagai lulusan terbaik.
Bisa lolos seleksi akademi kepolisian saja sudah merupakan satu kebanggaan.
Sekolah polisi yang dikenal 'darah biru' ini menjadi favorit di Indonesia.
Sekolah ini mencetak perwira polisi yang akan menjadi pejabat utama di kemudian hari.
Apalagi bisa lulus akademi dengan nilai tinggi.
IPK Anes
Anak penjual plastik pembungkus makanan asal Solo, Jawa Tengah, Anesthesia Aryan Putri (22), bangga menjadi polisi.
Dia lulus Akademi Kepolisian (Akpol) 2019 dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,03.
Gadis yang akrab disapa Anes ikut dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat upacara Praspa Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negera Republik Indonesia (Polri) Tahun 2019 di halaman Istana Negara Merdeka, Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Anes menceritakan, awalnya ia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter.
Ia ikut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2019 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Karena tidak lolos seleksi masuk UNS, putri pasangan Aan Hariyanto (43) dan Ariyanti (45), warga Karangasem RT 004/RW 002, Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Solo, itu akhirnya memutuskan masuk menjadi polisi wanita (polwan).
Ada tiga jalur pendaftaran masuk anggota Polri.
Anes pun memilih masuk Akpol dengan pertimbangan nilai ujian nasional (UN) SMA.
"Nilai UN saya rata-rata 87. Kalau cuma daftar Bintara kan eman-eman (sayang) nilai saya. Saya pengin nyoba di Akpol," kata Anes kepada Kompas.com di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (27/7/2019).
Anes mengatakan sempat ditanyai oleh ibunya terkait keinginannya masuk Akpol.
Dengan penuh keyakinan akhirnya Anes bisa mewujudkan keinginannya membuat kedua orangtua bangga karena saat itu dirinya lolos seleksi masuk Akpol.
"Sebelum saya daftar sudah siap kalau nanti tes masuk Akpol banyak. Saya harus siap menjalani itu semua. Saya juga niat pengin banget naikin derajat kedua orangtua saya," ungkap gadis kelahiran 21 Januari 1997 itu.
Anes mengungkapkan sejak dirinya duduk di bangku SMP, ibunya sudah berjualan plastik pembungkus makanan di Pasar Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.
Sementara ayahnya seorang sopir tenaga alih daya (outsourcing) di sebuah perusahan telekomunikasi di Solo.
"Saya ditugaskan sebagai Danton (Komandan Peleton) Taruna Akpol oleh Kapolri," katanya.
Anes juga mendapat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) 2019 untuk melanjutkan kuliah S2 di luar negeri karena nilai bahasa Inggris termasuk 30 besar terbaik.
"Insya Allah tahun depan saya diberangkatkan kuliah S2 ke luar negeri," papar dia.
Anak Petani Raih Adhi Makayasa
Prestasi membanggakan baru saja diraih Muhammad Idris.
Remaja asal Solok Selatan ini menyabet penghargaan sebagai lulusan terbaik di lingkungan pendidikan akademi kepolisian (Akpol) 2019.
Dilansir dari akun Instagram Humas Akpol, Selasa (2/7/2019), Muhammad Idris dari Polda Sumatera Barat berhasil mendapat penghargaan Adhi Makayasa.
Adhi Makayasa adalah penghargaan tahunan kepada lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan Kepolisian, yaitu Matra Darat (dari Akademi Militer Magelang), Matra Laut (dari Akademi Angkatan Laut Surabaya), Matra Udara (dari Akademi Angkatan Udara Yogyakarta), dan Matra Kepolisian (dari Akademi Kepolisian Semarang).
Penerima penghargaan ini adalah mereka yang secara seimbang mampu menunjukkan prestasi terbaik di tiga aspek: akademis, jasmani, dan kepribadian (mental).
Penganugerahan Adhi Makayasa secara langsung diberikan oleh Presiden Republik Indonesia (atau perwakilan atas nama Presiden).
Dengan berbagai kriteria Adhi Makayasa tersebut, tentu mejadi hal membanggakan jika Muhammad Idris bisa meraih Adhi Makayasa.
Sementara itu, Brigtar Muhammad Idris bukan sosok yang besar dari keluarga Polri.
Ia adalah anak seorang petani di Jorong Mudiak Lawe, Kecamatan Sungai Pagu, Solsel.
Ayahnya bernama Dasrial dan ibunya bernama Elfamairi (alm).
Muhammad Idris lahir pada 8 Juli 1996 dan pernah mengenyam pendidikan di MAN 1 Solsel.
Di usia yang masih muda, Muhammad Idris sudah menarik perhatian Kapolres Solsel, AKBP Imam Yulisdianto.
Kapolres menyatakan jika Idris merupakan generasi emas Polri saat ini.
Sementara di tempat asalnya, Mudiak Lawe, Sungai Pagu, Muhammad Idris langsung menjadi pembicaraan para tetangganya.
Tidak Keluarkan Biaya untuk Masuk Akpol
Perjalanan Idris untuk menjadi polisi bukannya dilalui dengan jalan mudah.
Keinginannya itu sempat ditentang sang ayah yang seorang petani di sawah.
Namun, Idris tak berkecil hati dan berusaha membuktikan jika ia mampu menjadi polisi.
Adapun keinginannya itu ditentang karena sang ayah mengira biaya masuk polisi pasti mahal.
Idris tetap nekat mendaftar dan ternyata diterima.
Orang tuanya kini tinggal memanen kebanggaan.
Sebab selain putranya bisa menjadi yang terbaik, rupanya Idris juga membuktikan ia tak mengeluarkan biaya sepeser pun untuk masuk Akpol.
Saat duduk di kelas satu madrasah, Idris sudah ditinggal pergi sang ibu untuk selamanya.
Idris sendiri merupakan anak bungsu dan rajin beribadah.
Ia kerap memberikan siraman rohani dari satu masjid ke masjid karena demikian didikan orang tuanya.
Sejak duduk di bangku sekolah, Idris sudah menunjukkan bakatnya di bidang akademis.
Ia pernah meraih juara pertama dalam lomba karya ilmiah bidang Fisika.
Dari saat MIN hingga MAN Idris diceritakan juga selalu mendapatkan beasiswa.
(kompas.com/Tribun Solo)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/anes.jpg)