Tribun Bandar Lampung

Gubernur Arinal Minta Pengusaha di Lampung Tidak Budayakan Impor Kopi

Gubernur Lampung Arinal Djunaedi meminta kepada pengusaha Kopi di Lampung untuk tidak membudayakan import kopi.

Penulis: kiki adipratama | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Kiki
Workshop Pengendalian Kerusakan Perairan Darat (PKPD) di Ballroom Hotel Horison, Kamis (1/8/2019). 

Laporan Reporter Tribunlampung Kiki Adipratama

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Gubernur Lampung Arinal Djunaedi meminta kepada pengusaha Kopi di Lampung untuk tidak membudayakan import kopi.

Hal diungkapkan oleh Arinal saat diwawancarai seusai memberikan sambutan dalam acara Workshop Pengendalian Kerusakan Perairan Darat (PKPD) di Ballroom Hotel Horison, Kamis (1/8/2019).

"Yang penting saya ingin membuat Lampung menjadi mandiri, kalau kopi terjadi kegagalan panen sehingga kebutuhan konsumsi sangat diperlukan maka import menjadi salah satu solusi, tapi bukan untuk dibudayakan" ucap Arinal.

Ia mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah melihat situasi dan kondisi untuk menimbang apakah akan diadakan pemanggilam terhadap para pihak terkait.

Seperti Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Dewan Kopi, dan para importir kopi di Lampung.

"Saya akan bicara pada menteri perdagangan dan pertanian dulu, biarkan yang dibawah kalau bertemu itu," ujar Arinal.

Impor Kopi di Lampung Tahun 2019 Capai 8 Ribu Ton

Dewan Kopi Lampung, bersama Asosiasi Eksportir Kopi (Aeki) Lampung bersama Kadin Lampung mendatangi Kantor Pelindo Lampung, Rabu (24/7/2019).

Kedatangan mereka untuk menelusuri impor kopi di Lampung.

Mereka diterima GM PT Pelindo Lampung, Cabang Panjang, Drajat Sulistyo. Dewan Kopi Lampung diwakili langsung Ketua Dewan Kopi Lampung, Mukhlis Basri, Ketua Aeki Lampung, Juprius dan pengurus Kadin Lampung Jares Mogni.

Mengejutkan, ternyata mereka mendapatkan data impor kopi cukup besar di Lampung.

“Saya kaget ternyata sampai bulan ini saja tahun 2019, sudah ada 8000 lebih impor. Ini hasil penelusuran awal kami tadi di Pelindo,” katanya.

Ada Mafia di Balik Lampung Impor Ribuan Ton Kopi? Ternyata Begini Modusnya

Menurut Mukhlis kondisi ini sangat memprihatinkan karena berdampak pada harga kopi yang anjlok di tingkat petani Lampung.

Dewan Kopi dan Aeki Curigai Mafia Kopi di Lampung

“Ini yang membuat harga kopi di tingkat petani rendah, saya yakin ini yang menyebabkan harga kopi rendah, saya akan meminta pihak berwenang menghentikan ini,” tandasnya.

Selisih Harga

Menurut Mukhlis, mengapa masuk kopi impor karena harga kopi dari luar lebih murah. Padahal kualitasnya pun di bawah kopi Lampung.

“Kopi Lampung kualitas ekspor itu harganya Rp22 ribu, sedangkan kopi Vietnam itu kisaran Rp17 ribu,” ujarnya.
Dengan banyaknya kopi impor, kata dia harga kopi Lampung di tingkat petani juga turun.

“Karena masuk kopi impor, di oplos dengan kopi Lampung diekspor kembali. Ini menyebabkan kualitas kopi kita juga turun, padahal ini kopi oplosan, seolah-olah ini kopi Lampung,” pungkasnya.

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, Dewan Kopi (DeKopi) Lampung, dan Kadin Lampung mengambil langkah cepat terkait fakta adanya impor kopi dari luar negeri.

Fakta ini sempat diungkapkan oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi saat berbincang dengan para pemimpi redaksi media massa di Lampung, Selasa (23/7/2019).

Bahkan Arinal sempat kesal dan kecewa Lampung sebagai produsen kopi justru mengimpor kopi.

Menyikapi hal tersebut, Ketua DeKopi Mukhlis Basri, Ketua AEKI Lampung Juprius, serta pengurus Kadin Lampung Jares Mogni mengunjungi PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Panjang, Bandar Lampung, Rabu (24/7/2019).

Kedatangan mereka untuk menelusuri impor kopi di Lampung.

Sampai pertengahan tahun ini saja, sudah ada impor kopi sebanyak 8.000 ton lebih ke Lampung.

KULINER LAMPUNG - Secangkir Hangat Kopi Lampung Barat, Kenikmatan Hakiki di Hardis Coffee House

55 Pengusaha Kopi Lampung Dapat Pelatihan dari Rabobank

“Saya kaget ternyata sampai bulan ini saja, sudah ada 8.000 ton lebih impor. Ini hasil penelusuran awal kami,” kata Mukhlis.

Menurut Mukhlis, kondisi ini sangat memprihatinkan.

Sebab, hal itu membuat harga kopi petani Lampung anjlok.

“Ini yang membuat harga kopi di tingkat petani rendah. Saya yakin ini yang menyebabkan harga kopi rendah. Saya akan meminta pihak berwenang menghentikan ini,” tandasnya.

Gubernur akan Buka Festival Kopi, Mantan Menpan Lantik Dekopi Lampung. Inilah Agenda Festival Kopi!

Mafia Kopi

Mukhlis menduga ada mafia kopi yang bermain.

Modusnya, kopi impor Vietnam dicampur kopi Lampung, lalu diekspor kembali.

Dengan begitu, mafia kopi bisa mendapat selisih harga dari pembelian kopi Lampung asli dari petani.

Ia menceritakan, selama ini memang pernah mendengar desas-desus mafia kopi.

"Pernah waktu itu ada informasi kapal akan berlabuh ke Panjang membawa kopi dari luar negeri. Kita tunggu di pelabuhan, kita cek tetapi ternyata tidak ada. Nah saya baru tahu lagi ini ada Impor kopi diungkapkan Pak Gubernur, maka kita bergerak cepat," imbuhnya.

Saat ini, harga kopi Vietnam kisaran Rp 15 ribu per kg.

Sementara kopi Lampung kualitas ekspor harganya Rp 22 ribu per kg.

"Kenapa kopi Vietnam itu lebih murah? Karena kualitasnya di bawah kopi Lampung," tandasnya.

Mantan bupati Lampung Barat ini menilai, masuknya kopi impor ini menyebabkan kualitas kopi Lampung turun.

"Kopi oplosan, seolah-olah kopi Lampung," kata dia.

Karena itu, pihaknya telah berkomunikasi dengan Gubernur Lampung terkait hal tersebut.

Ia menegaskan, impor kopi harus disetop.

Sebab, ini yang membuat harga kopi petani Lampung turun.

Menurutnya, jika ada izin dari kementerian terkait impor kopi, maka ada yang memberikan rekomendasinya dari Lampung. Sebab, izin dari pusat tidak mungkin turun kalau tidak ada rekomendasi dari daerah.

Berkali Gagal, Akhirnya Yusman Afandi Berhasil Ciptakan Parfum Mobil Beraroma Kopi Asli Lampung

AEKI Lapor

Ketua AEKI Lampung Juprius mengatakan, anggota AEKI tidak ada yang melakukan impor kopi dari Vietnam.

Menurutnya, kualitas kopi robusta Lampung sangat bagus, bahkan nomor satu di dunia.

"Bijinya besar. Berbeda dengan kopi Vietnam, biji kecil dan lebih pahit. Bisa saja memang modusnya mengimpor kopi Vietnam kemudian dicampur kopi Lampung untuk diekspor kembali. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga kopi Vietnam yang lebih murah namun kualitasnya di bawah," kata Juprius.

Menurutnya, perusahaan dan pemerintah harus terbuka dalam impor kopi ini.

"AEKI dan Dewan Kopi ingin meningkatkam kualitas dan harga kopi. Ini tujuan kita. Kalau benar stok kopi kurang, sehingga ada perusahaan yang mengajukan impor kopi, dibuka saja, siapa perusahaannya dan berapa kebutuhannya. Jangan diam-diam impor," tegasnya.

Sama seperti Mukhlis, Jupris pun menilai impor kopi inilah yang membuat harga anjlok.

Menurutnya, harga kopi Lampung dengan kualitas baik harganya mencapai 3-4 dolar AS.

"Harga kopi sekarang anjlok, Rp 17 ribu sampai Rp 17.500 dengan dolar Rp 14.000. Jadi harga kopi itu hanya di kisaran Rp 1 dolar. Seharusnya, harga kopi itu 3 atau 4 dolar per kilogram," ucapnya.

"Intinya kami siap melaporkan dan akan menyikapi impor kopi ini. Kami akan mencari benang merahnya. Kalau perlu saya akan laporkan ke pihak berwajib. Agar gudang perusahaan yang impor kopi itu disegel," tambahnya.

Tekan Impor Kopi

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung Satria Alam mengatakan, kebijakan Gubernur Lampung yang mengimbau pengusaha di Lampung untuk menekan impor kopi dilakukan dengan tujuan untuk membantu petani kopi.

Kedua, kebijakan ini juga dilakukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Provinsi Lampung agar dapat surplus seperti 5 tahun belakangan.

"Ini adalah upaya untuk menekan impor karena sebetulnya impor tidak dilarang, tapi kita diimbau agar menekan impor dengan pertimbangan dua hal tadi," jelasnya.

Terkait impor kopi, Satria mengatakan, impor kopi memang pernah dilakukan.

Jelang Festival Kopi, Kadisbun Lambar Dorong Petani Tingkatkan Kualitas Kopi Robusta

Namun, hanya untuk kasus-kasus tertentu.

Seperti pada kisaran tahun 2017-2018, dilakukan impor kopi.

Karena pada saat itu pengusaha khususnya (untuk produk) turunan kopi kekurangan bahan baku.

Sedangkan pada saat itu produksi kopi Lampung mengalami penurunan sementara Lampung sudah ada komitmen dengan negara tujuan untuk ekspor.

Sehingga, impor dipilih sebagai jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan yang tidak dipenuhi kopi produksi lokal. 

Ke depan, pemerintah berharap tidak kekurangan suplai kopi lagi, tapi overproduksi dengan berbagai upaya yang dilakukan bersama stakeholder terkait.

(Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama/Beni Yulianto)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved