Detik-Detik Prada DP dan Kekasihnya Masuk Penginapan Sampai Kabur ke Banten

Sidang kasus pembunuhan Vera Oktaria yang diduga dilakukan kekasihnya Deri Pramana (Prada DP) kembali di gelar.

Penulis: Romi Rinando | Editor: wakos reza gautama
tribunsumsel
Saksi Arafik, Penjaga Malam Penginapan Sempat Lihat Aktivitas Mencurigakan dari Prada DP Saat Malam Kejadian Pembunuhan 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID –  Sidang kasus pembunuhan Vera Oktaria yang diduga dilakukan kekasihnya Deri Pramana (Prada DP) kembali di gelar.

Kali ini siding menghadirkan pihak penginapan Sahabat Mulia Jalan PT Hindoli RT 05 RW 03 Kelurahan Sungai Lilin Kecamatan Sungai Lilin Muba.

Sebagaimana diketahui jenazah Vera Oktaria ditemukan di penginapan tersebut pada Jumat (10/5/2019) lalu.

Tiga saksi yang diperiksa ini bernama Arafik, Nurdin, dan Wiwin Safitri. 2 diantaranya dari pihak hotel dan 1 nya masih ditunggu keterangannya.

Saksi pertama yang memberikan keterangan dalam sidang kali ini adalah Arafik, penjaga malam yang sempat melihat aktivitas mencurigakan dan kegelisahan Prada DP pada malam kejadian, 7 Mei 2019 tersebut.

Dari sidang kali ini, diketahui kronologi datangnya Prada DP dan Vera Oktaria di penginapan sahabat mulia.

Arafik alias Nofik (32), petugas jaga malam sekaligus juru parkir di penginapan sahabat mulia menjadi saksi kesembilan dan merupakan yang pertama memberikan kesaksian pada sidang ketiga ini.

Dari kesaksiannya, Prada DP diketahui datang ke penginapan Sahabat Mulia pada Rabu (8/5/2019) sekitar pukul 02.00 pagi.

Kehadirannya bersama dengan seorang perempuan muda yang tidak Nofik ketahui identitasnya.

Namun diduga kuat perempuan tersebut merupakan Vera Oktaria.

"Waktu itu saya lagi tidur, terus dia (Prada DP) ngetok kaca penginapan. Dia nanya, pak ada kamar kosong tidak. Saya jawab ada. Terus saya panggil kasir untuk nemui dia dan mereka ke meja kasir,"ujar Nofik.

Dikatakan Nofik, awalnya Prada DP sendiri yang masuk ke penginapan.

Sedangkan perempuan muda yang datang bersama Prada DP, dia lihat berdiri menunggu di halaman penginapan samping motor Honda beat warna pink.

"Saya tidak terlalu melihat wajahnya, saya lihat dia pakai baju hitam dan rambutnya terurai,"kata Nofik yang telah bekerja selama tiga tahun di penginapan sahabat mulia.

Dilanjutkannya, setelah selesai berbicara dengan kasir, Prada DP lantas memanggil teman perempuannya untuk masuk ke penginapan.

Saat menjawab pertanyaan oditur, Mayor Chk Andi Putu SH yang bertanya apakah panggilan tersebut bernada ancaman, paksaan atau kata-kata kasar, dengan yakin Nofik berujar tidak.

"Dek, masuk. Cuma itu yang dia bilang pak, tanpa ada paksaan. Terus si perempuan itu nurut saja. Jalannya seperti biasa saja, tidak terlihat ada rasa takut dari perempuan itu,"ujarnya.

"Mereka juga terlihat harmonis"sambungnya.

Kemudian, Nofik melihat Prada DP dan teman perempuannya diberi kunci kamar nomor 06 oleh kasir.

Letak kamar tersebut berada di lantai 2.

"Mereka pergi sendiri ke kamar 06 tanpa didampingi petugas penginapan,"tuturnya.

Namun sebelum masuk ke dalam kamar, Nofik sempat melihat Prada DP memberikan uang sebesar Rp. 200 ribu ke petugas kasir.

"Saya tidak tahu uang itu diterima atau tidak. Setelah itu saya tidur lagi. Baru bangun jam setengah 6 pagi. Kemudian saya langsung pulang ke rumah. Soalnya jam tugas saya dari jam 9 malam sampai jam 6 pagi," jelasnya.

Kesaksian Nofik mendapat sanggahan dari Prada DP

Dihadapan ketua majelis hakim Letkol Chk Khazim SH dengan hakim anggota Letkol Sus Much Arif Zaki Ibrahim SH dan Mayor Chk Syawaluddin SH, serta Panitera Peltu Sapriyanto, Prada DP menyampaikan dua poin keberatannya atas kesaksian Nofik.

"Pertama, orang yang menerima uang saya adalah saksi bukan kasir. Selain itu kunci kamar bukan kasir yang kasih tapi saksi (Nofik),"ujarnya.

Sementara saksi Wiwid Safitri istri Nurdin yang saat kejadian bertindak sebagai kasir penginapan mengungkapkan Prada DP melarikan diri dengan menyewa mobil menuju ke salah satu padepokan di Serang, Banten.

Untuk melancarkan pelariannya, Prada DP menggunakan nama Doni, warga Karang Agung ketika menyawa mobil.

Keterangan dari Wiwid ini tidak dibantah oleh Prada DP.

Dalam persidangan Prada DP kali ini Hakim ketua masih dipimpin oleh Letkol M Kazim dan 2 orang anggota lainnya bernama Letkol Sus Much Arif Zaki dan Mayor Syawaluddinah.

Sementara itu terdakwa Prada DP didampingi oleh Mayor Suherman dan Oditor masih didampingi oleh Mayor Andi Putu.

Pada persidangan ini, 3 dari 6 saksi dihadirkan di Persidangan militer I-04 Jalan OPI raya.

Hadir juga dalam persidangan terdakwa Prada DP yang memakai serangam TNI lengkap.

Duduk di samping penasihat hukum Mayor Suherman sambil terus menundukkan kepala dengan raut muka yang murung.

Kedua orang tua korban dan terdakwa pun juga hadir di persidangan.

Sebelumnya, Dalam dakwaan kasus Prada DP, nama Imam Satria (36) disebut sebagai orang yang menyarankan agar Prada DP membakar mayat Vera Oktaria.

Imam adalah satu-satunya orang di luar lingkaran keluarga Prada DP yang tahu Prada DP baru saja membunuh Vera Oktaria.

Usai membunuh, Prada DP memberitahukan apa yang dilakukannya pada Dodi, Teguh dan Sahir. Ketiganya masih bisa disebut sebagai paman Prada DP. Sementara Imam adalah orang luar. Imam adalah teman dari Sahir dan Teguh.

Selain itu ada nama Elsa Elisa dan Leni. Keduanya adalah bibi dan ibu Prada DP.

Prada DP menunduk saat menjalani sidang perdana di Pengadilan Militer I-04 Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (1/8/2019).
Prada DP menunduk saat menjalani sidang perdana di Pengadilan Militer I-04 Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (1/8/2019). ()

Sementara Imam adalah orang luar yang disebutkan oleh Elsa Eliza adalah teman dari Sahir, suami Elsa.

Belakangan Imam Satria sudah meningal dunia.

Saksi Kunci Kasus Prada DP Tewas Tenggelam, Keluarga Curiga Sampai Makam Dibongkar

 

Sosok Ini Sarankan Prada DP Bakar Mayat Kekasih, Sekarang Sudah Almarhum

 

 

Kesaksian Serli, Pacar Lain Prada DP, Sempat 4 Hari di Kosan Pelaku Sampai Tak Sadarkan Diri

 

 

Ternyata Imam Satria yang dimaksud adalah pria yang ditemukan tewas tenggelam di Sungai Dawas Desa Pinang Banjar, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin pada 22 Juni 2019 lalu.

Imam Satria tewas sebulan setelah pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh Prada DP pada 8 Mei 2019.

Imam Satria berusia 36 tahun saat meninggal dunia. Ia tercatat sebagai warga Pinang Banjar Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.

Ternyata pada tanggal 2 Juli 2019, petugas forensik dari Polda Sumsel sempat membongkar makam Iman Satria.

Namun sampai saat ini belum dijabarkan hasil dari pemeriksaan forensik tersebut.

Kronologi Keterlibatan Imam

Pagi, 8 Mei 2019, usai membunuh Vera di kamar Penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin, Prada DP mulai berpikir bagaimana menghilangkan mayat Vera.

Pada Pukul 06.00, Prada DP kemudian berpakaian dan keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan tersebut.

Prada DP lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana.

Ia melihat ada sebuah gergaji besi bekas tidak bergagang.

Prada DP lalu mengambil gergaji itu dan membawa ke kamarnya lagi.

"Di dalam kamar terdakwa melepas pakaiannya dan hanya menggunakan celana dalam dan selanjutnya mambawa masuk mayat Vera ke dalam kamar mandi," kata Oditur.

Prada DP lalu merebahkan tubuh tak bernyawa Vera di samping kloset.

"Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," kata Oditur.

Lantas Prada DP lalu berpikir lagi bagaimana membuang mayat korban.

Pukul 08.00, Prada DP lalu keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel.

Ia mengendarai sepeda motor milik Vera lalu pergi ke Jembatan Sungai Lilin. Di sana Prada DP lalu membuang pakaian dan gergaji besi itu.

Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi. Belakangan terungkap Dodi merupakan paman terdakwa Prada DP.

Pada Dodi, Prada DP lalu mengaku ia telah membunuh Vera Oktaria.

Prada DP lalu memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar untuk membuang mayat Vera.

Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP lalu berangkat ke pasar Sungai Lilin.

"Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya.

Sampai di penginapan, Prada DP lalu memberi salak tadi pada petugas resepsionis.

Ia lalu masuk kamar 06 lagi. Ia lalu membuka pakaiannya dan menggergaji tubuh korban lagi.

Ia lalu melanjutkan memotong siku Vera sampai putus.

Ia lalu melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah.

Bingung, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.

Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi.

Di sana ia lalu membeli tiga ransel.

Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.

Prada DP lalu mengukur tubuh Vera dengan koper. Ia lalu meletakkan potongan tangan Vera ke koper itu.

Ia lalu kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00.

Setelah itu ia kembali kemar dan meletakkan koper itu.

Prada DP merasa ia sudah tiga kali bolak-balik keluar lalu ke kamar. Untuk itu ia menutupi kecurigaan orang dengan berpura-pura menonton televisi.

Ia lalu makan jeruk yang dibelinya tadi sambil tidur-tiduran.

Pukul 15.00, Prada DP lalu keluar membawa baju seragam indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya.

Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi.

Prada DP lalu membeli gergaji kayu, kapak dan cutter.

Ia lalu ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya.

Teguh dan Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam. Saat ini Imam sudah meninggal dunia.

Prada DP bertanya bagaimana cara menghilangkan mayat. Imam lalu memberikan ide, bakar saja.

Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu.

Setelah memndapatkan perlengkapan, Prada DP lalu pergi lagi ke penginapan Sahabat Mulia.

Kemudian sesampai di kamar, Prada DP mulai mngeluarkan racun nyamuk berbentuk spiral dan merakit racun nyamuk itu dengan korek api agar jadi seperti pemicu kebakaran.

Ia lalu mengangkat mayat Vera dan meletakkkannya di atas kasur. Ia menyiram sedikit mayat Vera dengan bensin.

Ia lalu meletakkan barang-barang yang sudah disiram dengan bensin ke atas tubuh Vera.

Namun saat memulai proses untuk membakar, Prada DP tiba-tiba mengaku kasihan. Ia kemudian menyiram racun nyamuk menyala yang jadi pemicu itu dengan air.

Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam.

"Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu.

Prada DP lalu kembali ke kamar penginapan. Ia lalu membakar lagi racun nyamuk itu.

Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.

Ternyata belakangan pemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sudah membusuk ditemukan.

Malam setelah meninggalkan Hotel Prada DP lalu pergi ke rumah kerabatnya dan bertemu dengan Leni, ibu Prada DP yang sudah di sana. (Tribunsumsel.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Detik-detik Prada DP Bawa Vera Masuk Penginapan, Pagi Buta Itu Nofik Terbangun Lihat Orang Datang,

Sumber: Tribun Sumsel
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved