Tribun Bandar Lampung

Pak Ogah Masih Marak Atur Lalu Lintas U-Turn Kota Bandar Lampung, Dishub Akan Terapkan Sistem Aplus

Keberadaan orang mengatur lalu lintas yang biasa disebut Pak Ogah masih marak di Kota Bandar Lampung.

Editor: Teguh Prasetyo
Pak Ogah di Lokasi U Turn Chandra Kampung Sawah 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Keberadaan orang mengatur lalu lintas yang biasa disebut Pak Ogah masih marak di Kota Bandar Lampung.

Mereka beroperasi di titik U-Turn (putar arah) untuk membantu kendaraan berputar arah, terutama mobil.

Di sela-sela mengatur, mereka menyodorkan tangan agar diberi imbalan oleh pengendara.

Pantauan wartawan Tribun Lampung akhir pekan lalu, pengatur lalu lintas tak resmi alias Pak Ogah beroperasi antara lain di U-Turn depan SD Negeri 2 Rajabasa dan dekat kampus Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, Jalan ZA Pagaralam.

Kemudian di U-Turn dekat Giant, Jalan ZA Pagaralam; Jalan Soekarno Hatta, Bypass, sebelum lokasi proyek flyover Untung Suropati-RA Basyid dari arah Panjang.

Ada pula yang beroperasi di U-Turn Jalan Teuku Umar, U-Turn dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Kalibalok, dan pertigaan dekat Chandra Superstore Tanjungkarang.

Di U-Turn depan SDN 2 Rajabasa, dari beberapa mobil yang berputar arah, hanya 1-2 mobil yang pengendaranya memberikan uang tanda terimakasih kepada pengatur lalu lintas tak resmi ini.

Tak jauh berbeda di U-Turn Bypass, sebelum lokasi proyek flyover Untung-RA Basyid. Di sini, seorang pria sendirian membantu pengendara berputar arah.

85 Anggota DPRD Provinsi Lampung Dilantik Hari Ini, Anggota Dewan Janji Siap Perangi Korupsi

Indra, pengatur lalu lintas tak resmi di U-Turn Rajabasa, mengaku sudah 4-5 bulan membantu kendaraan berputar arah.

Menurutnya, orangtua telah melarangnya karena khawatir tertabrak kendaraan.

"Mau bantu biar nggak macet sekalian cari tambahan buat sekolah. Orangtua udah ngelarang, khawatir ketumbur. Yatetap jaga, tapi hati-hati," tuturnya, Minggu (1/9/2019).

Indra mengakui mengharapkan imbalan dari pengendara yang dibantunya berputar arah.

Namun, ia memastikan tidak mematok tarif.

"Seikhlasnya aja. Kadang dikasih, kadang nggak. Jaga ganti-gantian sama kawan-kawan. Hasilnya lumayan. Jaga 2 jam bisa dapat Rp 30 ribu," katanya.

Firman, pengatur lalu lintas tak resmi di U-Turn Bypass, mengaku beroperasi sejak bulan Ramadan lalu.

Ia biasa turun dua kali sehari: pagi pukul 07.00-08.00 dan siang pukul 13.00-14.00 WIB.

"Cuma bantu pengendara yang mau putar arah aja. Soalnya 'kan ramai. Apalagi pagi, banyak anak sekolah," kata Firman. "Dapatnya nggak mesti. Banyak yang nggak ngasih (uang) juga. Sehari dapat lah Rp 100 ribu," imbuhnya.

Pelaku Curanmor 3 Kali Lempar Tembakan dan Ancam Warga, Akhirnya Dimassa hingga Tak Sadarkan Diri

Sementara Yulius yang juga beroperasi di U-Turn Bypass mengaku mengatur lalu lintas di U-Turn untuk mengisi waktu jika sedang tak bekerja.

"Saya sopir mobil travel. Kalau waktu kosong, ya jaga di sini," katanya.

Sekali beroperasi, Yulius mengaku bisa mendapat uang Rp 60 ribu dari pengendara.

"Dikasih berapa pun, saya terima. Nggak pernah maksa harus dikasih berapa," jelasnya.

Yulius mengaku tak hanya dirinya yang berjaga di U-Turn Bypass. Ia bergantian beroperasi dengan beberapa rekannya.

"Setiap setengah jam (30 menit) sekali gantian sama teman. Rezeki juga berbagi. Total bisa dapat Rp 60 ribu satu orang," ujarnya.

Alven, pengatur lalu lintas tak resmi di U-Turn dekat Giant, mengaku terdesak kebutuhan ekonomi sehingga menjadi pengatur lalin tak resmi.

"Malu minta sama orangtua. Ini nggak maksa pengendara kasih uang," kata pemuda yang mengaku atlet karate itu.

Ramalan Zodiak atau Horoskop Senin 2 September 2019, Peringatan Asmara Bagi Gemini

Setiap hari, Alven meraup rata-rata Rp 80 ribu dengan beoperasi mulai pukul 17.00 sampai 21.00 WIB.

Ia mengaku tak mempermasalahkan jika pengendara tak memberi uang.

"Daripada nggak ada kerjaan, mending jaga gini," ujarnya.

Dimarahi Pengendara

Sejumlah pengatur lalin tak resmi di U-Turn mengaku pernah dimarahi pengendara yang merasa risih dengan keberadaan mereka.

"Pernah dimarah pengendara. Ya diam aja," ujar Indra yang beroperasi di U-Turn Rajabasa.

Senada, Firman juga mengaku pernah dimarahi pengendara.

"Apalagi pengendara motor. Ya diamkan aja," katanya.

Yulius mengaku kadang kala melihat wajah masam pengendara.

"Ada yang jutek, kayak nggak suka. Tapi ada juga yang suka, kasih uang," ujarnya.

Prabowo Komentari Tingkah Polisi Loncat ke Motor Pelanggar Sambil Bawa Surat Tilang

Perketat Penjagaan

Dinas Perhubungan Bandar Lampung akan menerapkan sistem aplus terkait keberadaan pengatur lalu lintas tak resmi alias Pak Ogah di berbagai U-Turn.

Dishub akan menempatkan personel di titik-titik U-Turn secara bergiliran.

"Petugas kami akan bergantian mulai pukul 06.30 sampai 17.30 WIB. Kami buat sistem aplus, sehingga tidak ada ruang dan waktu untuk Pak Ogah turun ke jalan," kata Kepala Dishub Bandar Lampung Ahmad Husna, Minggu.

Pihaknya akan melakukan pendekatan persuasif agar para pengatur lalu lintas tak resmi tidak lagi beroperasi di U-Turn.

Husna menyebut penanganan persoalan ini akan berjalan secara berkelanjutan.

"Mulai besok (Senin, 2/9, hari ini) akan kami perketat kalau memang sudah mulai ramai lagi (keberadaan Pak Ogah). Kami tempatkan petugas bersama Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja). Kecuali yang tidak terjangkau petugas seperti di Bypass, mengingat keterbatasan personel kami," jelasnya.

Husna menegaskan aktivitas orang menjaga dan mengatur lalu lintas seperti di U-Turn memang tidak boleh.

"Mulai besok pagi kami perketat lagi seperti di sepanjang Jalan ZA Pagaralam, Teuku Umar, Raden Intan, dan wilayah Teluk Betung," ujarnya lagi.

Husna menambahkan aktivitas orang-orang mengatur lalin secara tak resmi bisa dijerat pidana apabila terjadi pemaksaan permintaan uang kepada pengendara.

"Apabila dia memaksa meminta uang, jadinya pungli (pungutan liar). Artinya, ranahnya pidana di kepolisian," katanya. 

Ingin Nikahi Najwa Shihab, Ibrahim Assegaf Pernah Diancam Quraish Shihab

Pengendara Pro Kontra

Sejumlah pengendara menyikapi berbeda terkait keberadaan orang-orang yang mengatur lalu lintas tak resmi seperti di U-Turn.

Ivan misalnya. Pengendara mobil warga Kecamatan Sukarame ini menyatakan tidak setuju dengan keberadaan Pak Ogah di U-Turn.

"Memang nggak minta (uang). Kalau ada, saya kasih. Tapi harus ada tindakan supaya nggak mengganggu," katanya, Minggu (1/9/2019).

Ivan berharap ada petugas resmi yang siaga di U-Turn, seperti petugas dishub, satpol PP, atau polisi.

"Sebaiknya polisi, Pol PP, atau petugas dishub yang jaga pas waktu crowded (lalu lintas ramai), berangkat atau pulang kerja," ujarnya.

Sementara Martin, pengendara sepeda motor warga Jalan Pangeran Antasari, tak mempersoalkan adanya orang yang berjaga di lokasi putar arah.

Ia merasa terbantu oleh pengatur lalin tak resmi saat berputar arah.

"Pas pagi di U-Turn dekat SPBU Kali Balok dan menuju tempat kerja di Campang Raya, mereka mempermudah saya. Kalau sempat, saya kasih uang. Tapi kalau pagi pas crowded, nggak saya kasih," jelasnya. 

(tribunlampung.co.id/eka ahmad/bayu saputra)

Tags
U-Turn
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved