Pemotor Tewas Usai Berkelahi dengan Polantas, Begini Respons Kapolda
Pemotor Tewas Usai Berkelahi dengan Polantas, Begini Respons Kapolda NTB
"Saya kaget ternyata di bagian muka memar, di belakang kepalanya ada memar juga, dan di kakinya," ungkap Sahab.
Sahabudin tidak menduga anaknya dianiaya.
"Kalau kelihatannya ada yang memukul, tapi saya tidak tahu siapa orangnya," tutur Sahab.
Sahabudin mengatakan, lebih baik anaknya dipenjara daripada dipukul hingga akhirnya tewas.
Sahabudin menyebutkan, ia mengetahui anaknya masuk rumah sakit melalui informasi yang disampaikan pihak polisi.
“Awalnya, ibunya yang pergi dulu, saya akan pergi selesai shalat Jumat, karena saya mengira anak saya sakit biasa,” ungkap Sahabudin.
Alangkah terkejutnya Sahabudin saat melihat anaknya di rumah sakit dengan kondisi babak belur, dengan luka di bagian wajah, belakang leher dan bagian kaki.
“Dalam hati saya menyebutkan, lebih baik saya lihat Zaenal masuk penjara 10 tahun, daripada dipukul dan mati,” tutur Sahab.
Dirinya tidak sanggup membayangkan bagaimana rupa anaknya itu saat dipukuli.
"Tidak bisa saya bayangkan bagaimana rupa anak saya itu jika saat dipukul. Dipenjara saja 10 tahun tidak apa-apa," ungkap Sahab, sambil menghela napas panjang.
Sahab menyebutkan, dirinya tidak bisa keberatan karena telah menandatangani surat tersebut.
Adapun pihak yang menandatangani surat tersebut yakni, ayah Zaenal atas nama Sahabudin, beserta keluarga lainnya yang kemudian bermaterai 6000.
“Kan sudah ada surat itu, katanya sudah damai, tidak ada masalah lagi,” ungkap Sahab.
Sahab menyebutkan, dirinya tidak bisa berbuat lebih banyak, karena takut salah berbicara karena sudah menandatangani surat pernyataan tersebut.
"Tidak tahu mau ngomong apa, takut nanti salah-salah, karena sudah tanda tangan surat," ungkap Sahab.