Pengendara Motor Ngamuk Kena Tilang, Berakhir Tewas setelah Berkelahi dengan Polantas di Polres

Pengendara Motor Ngamuk Kena Tilang, Berakhir Tewas setelah Berkelahi dengan Polantas di Polres

Tribun Lampung/Bayu
ILUSTRASI Razia kendaraan. Pengendara Motor Ngamuk Kena Tilang, Berakhir Tewas setelah Berkelahi dengan Polantas di Polres 

Pengendara Motor Ngamuk Kena Tilang, Berakhir Tewas setelah Berkelahi dengan Polantas di Polres

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pemuda asal Desa Paok Motong, Lombok Timur, Zaenal Abidin (29), tewas setelah diduga berkelahi dengan oknum kepolisian di Satlantas Polres Lombok Timur.

Polisi menyebut, Zaenal Abidin meninggal setelah terlebih dulu mengamuk dan menyerang petugas karena persoalan tilang.

"Sekitar jam 4 malam itu saya dapat informasi dari petugas, Zainal masuk rumah sakit," kata Sahab saat ditemui di kediamannya, di Dusun Tunjang Selatan, Minggu (8/9/2019).

Sesampainya di Rumah Sakit Umum Sudjono (RSUD) Lombok Timur, Sahabudin kaget melihat ada luka lebam di sekujur tubuh anakanya.

"Saya kaget ternyata di bagian muka memar, di belakang kepalanya ada memar juga, dan di kakinya," ungkap Sahab.

Sahabudin menduga anaknya dianiaya.

"Kalau kelihatannya ada yang memukul, tapi saya tidak tahu siapa orangnya," tutur Sahab.

Pengendara Honda Jazz Melawan saat Razia Polisi, Berakhir Tewas Ditembak Petugas di Depan Polres

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Polisi Meninggal Tertabrak Truk Saat Tilang Pelanggar di Tol JORR

Bapak Zaenal Abidin ditemui dikediaman Rumahnya

Sahabudin, ayah Zaenal Abidin ditemui dikediaman Rumahnya(KOMPAS.COM/IDHAM KHALID)

Sahabudin mengatakan, lebih baik anaknya dipenjara daripada dipukul hingga akhirnya tewas.

Sahabudin menyebutkan, ia mengetahui anaknya masuk rumah sakit melalui informasi yang disampaikan pihak polisi.

“Awalnya, ibunya yang pergi dulu, saya akan pergi selesai shalat Jumat, karena saya mengira anak saya sakit biasa,” ungkap Sahabudin.

Alangkah terkejutnya Sahabudin saat melihat anaknya di rumah sakit dengan kondisi babak belur, dengan luka di bagian wajah, belakang leher dan bagian kaki.

“Dalam hati saya menyebutkan, lebih baik saya lihat Zaenal masuk penjara 10 tahun, daripada dipukul dan mati,” tutur Sahab.

Dirinya tidak sanggup membayangkan bagaimana rupa anaknya itu saat dipukuli.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved