Lagi Marak Modus Penipuan Cerita Haru dari Driver Ojek Online, Ini Korbannya
Lagi Marak Modus Penipuan Cerita Haru dari Driver Ojek Online, Ini Korbannya
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kasus penipuan yang dilakukan oknum driver ojek online (ojol) untuk memperdayai penumpangnya menggunakan kisah haru, memang sudah marak terjadi.
Kasus terbaru datang dari driver ojol Gojek bernama Hamdan, dan bahkan kisah harunya viral di media sosial twitter
Dalam kisah viral itu, Hamdan mengaku rela tidak pulang demi mendapat dana tambahan untuk biaya pengobatan istrinya.
Selama Hamdan bercerita dalam perjalanan, dia selalu menangis sampai terisak-isak.
Setelah utas @kirekswasta viral, beberapa akun lain mengaku pernah mendapat driver Hamdan dan mengalami pengalaman serupa.
Bahkan, Hamdan tak segan mengirim pesan whatsapp ke pelanggan dan memberi nomor rekening.
"Barusan @gojekindonesia infoin by phone, si Hamdan udah kedapet dan akan diproses. Dan dia ngaku kalo emang nipu, istri sakit dll itu cuma modus saja. Thanks ya @yukeeofn," tulis pemilik akun @kirekswasta yang pertama kali membagikan kisah Hamdan.
Berkaca dari kisah Hamdan, psikolog sosial asal Solo, Hening Widyastuti angkat bicara mengenai kasus ini
Menurut Hening, kemungkinan besar awalnya Hamdan mendaftar bergabung sebagai driver ojol memang untuk mencari nafkah.
Untuk perusahaan-perusahaan transportasi online, pendaftaran biasanya sangat dimudahkan, salah satunya tanpa tes rumit seperti tes psikologi layaknya perusahaan lain.
"Nah, (karena tidak ada tes psikologi) perusahaan tentu tidak tahu menahu sifat dan karakter buruk si driver ojol," ungkap Hening kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).
Dalam kasus menipu penumpang, Hening menggarisbawahi, apakah penipuan tersebut dilakukan dalam kondisi terdekat atau nekat, sehingga akhirnya terpaksa menipu.
Umumnya, ketika seseorang berhasil melakukan penipuan, dia akan tertarik untuk melakukan hal yang sama untuk orang lain.
Menurut Hening, orang yang tidak biasa menipu pasti tidak memiliki nyali untuk melakukan penipuan terhadap orang asing.
Dalam kasus penipuan seperti ini, pelaku dengan sengaja memanfaatkan belas kasihan penumpang, terutama perempuan, yang dalam hal ini lebih mengutamakan perasaan dibanding logika.
"Sebagai manusia yang punya hati nurani, ketika mendengar ada orang kesulitan dan tertimpa musibah, wajar jika muncul rasa iba untuk membantu dan menolong. Hal tersebut yang dimanfaatkan driver ojol menipu sana sini," imbuh Hening.
Hening mengatakan, sanksi pemutusan hubungan kerja dari perusahaan transportasi online tidak hanya bisa menjadi pelajaran untuk driver, tapi juga untuk driver yang lain.
"Paling tidak driver ojol tidak bisa seenaknya sendiri berbuat negatif seperti itu. Membuat buruk nama driver ojol lain sekaligus merugikan penumpang,"ungkap Hening.
Hening mengingatkan, dari kasus ini kita juga haru percaya bahwa masih banyak driver ojol lain yang berjuang cari nafkah untuk keluarganya siang malam.
Peristiwa seperti ini dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja.
Untuk itu, Hening mengingatkan jika ada seseorang yang bercerita menyedihkan, cukup didengarkan terlebih dahulu.
"Cukup kita dengarkan, dan jangan terstimulus untuk terlihat lemah dan mudah dimanfaatkan," ungkap Hening.
Selain itu, dalam situasi seperti ini juga penting untuk mengikuti instuisi. Setidaknya dengan berpikir jernih, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi situasi dan tidak terburu-buru ambil keputusan.
"Setidaknya ini jadi pelajaran untuk lebih hati-hati lagi,"imbuh Hening.
Driver ojol lecehkan penumpang
Aksi lain oknum driver ojol yang juga harus diwaspadai adalah pelecehan
Sebelumnya, oknum driver ojek online (ojol) Surabaya diduga lakukan pelecehan kepada penumpangnya.
Saat kasus ini dirilis Polrestabes Surabaya, oknum driver ojol ini mengaku khilaf saat melakukan aksi asusila itu.
Tersangka diketahui bernama Fatchul Fauzy (27) warga Jalan Panjang Jiwo Lebar Surabaya. Kepada petugas, Fatchul mengaku baru pertama kali melakukan pelecehan itu.
Fatchul menuturkan ia mendatangi calon penumpang wanita dengan menggunakan motor yang tidak sesuai dengan yang tercantum di aplikasi.
Saat itu, Fatchul mengendarai Yamaha Mio Soul W 3415 YA, sedangkan yang terdaftar di aplikasi, Yamaha Vixion.
Korban yang memiliki tujuan ke Jalan Kupang Krajan itu malah dibelokkan menuju Rusunawa, Sumur Welut, Lakarsantri pukul 20.30 WIB.
"Di situ tidak ada orang, cari tempat sepi. Di situ tidak ada lampu," ujar tersangka saat konferensi press di Mapolrestabes Surabaya, Selasa (13/8/2019).
Korban yang berasal dari Malang mengetahui bahwa dia dibawa ke suatu tempat dan bertanya 'Kenapa mas kok dilewatkan jalan yang sepi'.
Saat ditanya motif, tersangka mengaku tidak tertarik dengan korban yang baru saja ditemuinya itu.
"Tidak tertarik, cuma khilaf," kata tersangka dengan nada kecil.
Dengan satu tangan, tersangka menggerayangi paha korban sebelah kiri.
Sontak korban loncat dan teriak sambil berlari ke arah kerumunan warga.
Melihat penumpangnya lari, bapak satu anak ini, langsung menghampiri korban yang menangis dan mengalami luka setelah meloncat.
Beruntung warga langsung menolong korban.
"Saya putar balik dan kejar, karena ingin mengantar sesuai tujuan," imbuhnya.
Diketahui, tersangka sudah setahun menjadi driver ojol di Surabaya.
Dia mengaku selama menjadi driver ojol, baru sekali melakukan pelecehan.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sudamiran, menyatakan sejak awal pelaku sudah memiliki niat kepada korban sehingga membelokkan penumpang ke arah yang sepi.
Saat itu, masyarakat yang menolong korban langsung memencet tombol panic button di aplikasi Jogo Suroboyo.
"Langsung kita tangkap kurang dari 24 jam di rumahnya," tegasnya.
Disinggung mengenai apakah tersangka memiliki kelainan, pihaknya masih melakukan pendalaman.
"Kelainan atau tidak kita lakukan pemeriksaan secara psikiater," tutupnya.
Tersangka dijerat dengan pasal berlapis perbuatan tidak menyenangkan Pasal 335 KUHP ayat (1) dengan ancaman hukuman 1 tahun dan kejahatan terhadap kesusilaan Pasal 281 ayat (1) ke 1e KUHP dengan ancaman hukuman 2 tahun.
Grab Tawarkan Layanan Psikososial ke Korban

Grab Indonesia, operator ojek online, mengaku menawarkan layanan psikososial bebas biaya kepada korban pelecehan driver ojek online (ojol) di Surabaya.
Hal itu dilakukan setelah memutus kemitraan dengan driver ojol sang pelaku.
Layanan psikososial tersebut diberikan agar penumpang ojol asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang jadi korban itu, bebas dari trauma.
"Kami telah menghubungi penumpang yang bersangkutan untuk dukungan pemilihan psikososial tanpa biaya," kata kata Juru Bicara Grab Indonesia, Muhammad Haikal Umri, melalui rilis yang diterima Kompas.com (jaringan Surya.co.id), Selasa (13/8/2019) malam.
Lembaga layanan psikososial yang dipilih adalah lembaga yang direkomendasikan oleh Komnas Perempuan.
"Sejak 2018, Grab telah bermitra dengan Komnas Perempuan untuk pencegahan aksi kekerasan terhadap perempuan dan pelecehan serta rekomendasi pendampingan," ujar Haikal.
Kemitraan juga dalam hal pelatihan bagi mitra pengemudi, pembekalan untuk internal perusahaan dan pembentukan tim khusus penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan.
Sebelumnya diberitakan, seorang penumpang perempuan pada Minggu (11/8/2019) malam dikabarkan mengalami pelecahan seksual oleh driver ojek online.
Penumpang tersebut langsung meloncat dari motor saat mengalami pelecehan yakni digerayangi.
Akun Facebook @Jemi Ndoen memosting kejadian itu pada Senin (12/8/2019).
Tak lama, driver ojol tersebut diamankan oleh tim Jatanras Polrestabes Surabaya di rumahnya di Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya.
Pelaku diamankan bersama barang bukti seperti jaket, motor, ponsel, STNK dan aplikasi Ojol.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Ramai Kasus Penipuan Berkedok Ojek Online dengan Cerita Haru Viral di Twitter, Begini kata Psikolog