VIDEO Warga Sebesi Tolak Penyedotan Pasir di Kawasan Gunung Anak Krakatau
Warga Pulau Sebesi meminta izin penambangan pasir laut di sekitar kawasan Gunung Anak Krakatau dicabut.
Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Warga Pulau Sebesi meminta izin penambangan pasir laut di sekitar kawasan Gunung Anak Krakatau dicabut.
Diketahui, izin penyedotan pasir laut dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung pada 2015 lalu.
Izin ini baru akan habis pada 2020 mendatang.
Luas areal untuk penyedotan ini mencapai 1.000 hektare.
Taufik, warga Pulau Sebesi, menceritakan, keresahan warga bermula dari kemunculan kapal tongkang dan kapal penyedot pasir di perairan tersebut pada pertengahan Agustus lalu.
Menurut dia, kehadiran kapal sedot dan kapal tongkang ini membuat warga resah.
Mereka masih trauma dengan erupsi Gunung Anak Krakatau pada akhir 2018 lalu yang memicu tsunami Selat Sunda.
“Saat itu kapal belum melakukan aktivitas. Pada tanggal 29 Agustus, pemilik perusahan LIP (Lautan Indonesia Persada) melakukan sosialisasi kepada masyarakat pulau. Kita menolak adanya aktivitas penyedotan pasir tersebut,” kata Taufik di hadapan sejumlah anggota Komisi IV DPR RI dalam dialog di rumah dinas bupati Lampung Selatan, Jumat (13/9/2019).
• Trauma Tsunami Belum Hilang, Warga Sebesi Tolak Penyedotan Pasir di Kawasan Gunung Anak Krakatau
Taufik mengatakan, pihak perusahaan mengaku telah mengantongi izin.
Dijelaskan juga bahwa wilayah penyedotan pasir berada 7-10 mil dari pantai terdekat dan tidak masuk wilayah cagar alam Gunung Anak Krakatau dengan luasan mencapai 1.000 hektare.
“Tetapi Selat Sunda itu merupakan tempat mata pencarian nelayan. Kita takut aktivitas penyedotan pasir itu merusak ekosistem laut dan berpengaruh pada habitat ikan yang menjadi sumber mata pencarian nelayan,” terangnya.
Hal sama diungkapkan Rahmatullah dan Umar, warga Pulau Sebesi lainnya.
Rahmatullah mengatakan, warga masih sangat truma dengan tsunami pada akhir 2018 lalu.
Penyedotan pasir di kawasan Gunung Anak Krakatau dikhawatirkan dapat memicu aktivitas Gunung Anak Krakatau.
“Selain kepada Allah SWT, kepada siapa lagi kami akan mengadu meminta bantuan kalau bukan kepada Bapak-bapak,” kata dia.