Tribun Bandar Lampung
Rektor Unila Akan Bekukan UKM Pecinta Alam, Buntut Tewasnya Mahasiswa Saat Diksar di Pesawaran
Rektor Unila Akan Bekukan UKM Pecinta Alam, Buntut Tewasnya Mahasiswa Saat Diksar di Pesawaran
Rektor Unila Akan Bekukan UKM Pecinta Alam, Buntut Tewasnya Mahasiswa Saat Diksar di Pesawaran
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Rektor Universitas Lampung (Unila) Hasriadi Mat Akin berencana membekukan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam.
Rencana itu menunggu fakta di persidangan semisal ada mahasiswa terlibat dan terbukti bersalah terkait meninggalnya mahasiswa baru Jurusan Sosiologi Fisip Unila Aga Trias Tahta, Minggu (29/9/2019).
Aga meninggal saat mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) UKM Cakrawala Fisip Unila di Pesawaran 26-29 September.
Selain satu korban jiwa, beberapa mahasiswa peserta Diksar saat ini dirawat di rumah sakit.
“Kami serahkan kepada aparat penegak hukum untuk kasus ini. Selain dibekukan, mahasiswa yang terbukti bersalah dalam peristiwa ini akan Drop Out (DO) dan itu hukuman terberat,” tegas Hasriadi Mat Akin saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (1/10/2019).
Pihak rektorat, imbuh Hasriadi Mat Akin, ke depan berencana melakukan pengawasan ketat terkait kegiatan UKM apapun digelar di luar lingkungan kampus.
• Sudah Didenda Rp 162 Miliar, Perusahaan Ini Kembali Tersangkut Karhutla, di Lampung Ada 2 Perusahaan
• Bosnya Selingkuh dengan Istri, Suami Hampir Tewas Setelah Leher Ditusuk Dalam Mobil
Para calon peserta kegiatan juga diharapkan memastikan kondisi kesehatan dan sebagainya prima saat menghadiri suatu kegiatan.
“Ke depannya harus ada SOP-nya yang jelas dan harus diperketat, peserta yang ikut juga harus sehat dan jangan pura pura sehat. Jangan sampai ada korban yang lainnya dan semuanya satu persatu harus dievaluasi,” ujar Hasriadi Mat Akin.
Yuliati, bibi dari korban lainnya Frans Salsa Romando mahasiswa Fisip Unila menerangkan, pihak keluarga sangat resah dengan kejadian Diksar.
Saat ini keponakannya sedang dirawat di RS Bintang Amin untuk mendapatkan penanganan medis.
"Kami sekeluarga emosi, saya ini alumni Fisip dan setelah 30 tahun ini kenapa menelan korban jiwa. Sah-sah saja ada kegiatan, tapi jangan sampai ada kekerasan fisik,” ujarnya.
Terkait kondisi Frans Yuliati menjelaskan, rahang keponakannya mengalami kekerasan fisik, hingga saat ini belum bisa berbicara.
Terdapat juga memar di badan karena diduga mengalami penganiayaan saat mengikuti Diksar.
Civitas akademika Universitas Lampung berduka.
Seorang mahasiswanya, Arga Trias Tahta, jurusan Sosiologi FISIP, meninggal saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Cakrawala di Pesawaran.
Saat ini polisi sedang menyelidiki kasus tersebut.
Suasana duka menyelimuti kediamanan almarhum di Dusun Wonokarto, Pekon Wonodadi, Kabupaten Pringsewu, Senin (30/9/2019).
Kedua orangtua almarhum, Denny Muhtadin (53) dan Rosdiana (52), masih tidak percaya jika Arga telah berpulang menghadapi Ilahi.
Ibunda almarhum bahkan langsung pingsan saat mengetahui sang anak telah tiada di Rumah Sakit Bumi Waras.
Dan saat proses pemakaman kemarin, ia pun tak kuasa menahan kesedihannya.
Denny menuturkan, kondisi tubuh Arga mengalami luka-luka dan lebam. Arga pamit kepada dia dan ibunya untuk camping.
Ia kemudian mengantar Arga mengikuti kegiatan itu. Ia bahkan sempat berpesan agar Arga tidak melakukan hal yang berbahaya.
"Kalau mau camping ya camping, tapi cari selamat saja. Jangan yang berbahaya-berbahaya," pesan Denny saat itu kepada Arga.
Arga berangkat mengikuti kegiatan UKM Cakrawala selama 4 hari sejak Kamis (26/9/2019) hingga Minggu (29/9/2019).
Arga juga menginformasikan jika akan pulang hari Minggu.
Namun saat hari penjemputan, tak ada kabar darinya. Saat itu, Denny tidak mempunyai firasat, karena selalu mendoakan yang baik untuk anaknya.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Minggu, dirinya mendapat telepon dari pihak Rumah Sakit Bumi Waras. Pihak rumah sakit itu mengabari jika anaknya dirawat di sana.
Denny bersama istrinya langsung menuju RSBW Bandar Lampung.
Setibanya di RS, justru pihak RS meminta maaf karena sengaja tidak menerangkan apa yang sebenarnya terjadi pada Arga. Bahwa Arga sudah meninggal.
Menurut Denny, pihak RS menginformasikan putranya tiba di rumah sakit sudah dalam keadaan kaku. Ia pun melihat ke kamar mayat dan mendapati putranya terbujur memakai kaus dalam dan celana pendek.
"Lihat kaki penuh dengan luka, memar dan biru, begitu juga muka dan tangannya," kata Denny.
Istrinya, Rosdiana yang melihat kondisi buah hatinya langsung pingsan.
Denny sempat panik dan berupaya menyadarkan Rosdiana. Kemudian meminta jasad Arga dibawa pulang saja.
Denny sempat meminta visum atau autopsi kepada RSBW tapi tidak ada pelayanan tersebut dan menyarankan ke RSUDAM.
Sehingga Arga dibawa kembali ke Pringsewu setelah istrinya meminta.
Denny menyatakan ikhlas atas kematian anaknya. Namun, saudara kandung Arga menginginkan pihak terkait memberikan keterangan kepada keluarga soal apa yang menyebabkan luka-luka di tubuh Arga.
Keluarga menduga adanya kekerasan fisik sehingga melapor ke Mapolres Pesawaran.
Kakak kandung Arga, Gani Dewantara (27) menuturkan, keluarga meminta kepolisian mencari titik terang penyebab kematian Arga.
Ketua Jurusan Sosiologi FISP Unila Ikram mengaku belum bisa memberi keterangan soal peristiwa yang menimpa mahasiswanya tersebut.
Sebab, menurut dia, informasi yang didapat dari mahasiswa masih simpang siur.
Pengurus UKM Cakrawala Shyntia Claudia saat ditemui di warung Mie Aceh, Senin (30/9) mengatakan, kalau semua diksar yang dilakukan oleh Cakrawala telah memenuhi standar operasional prosedur (SOP).
Ia menerangkan, korban sempat jatuh pada hari Kamis dan Sabtu kembali terjatuh. Saat Kamis terjatuh itu, Arga langsung diberikan penanganan.
Kemudian pada Minggu, korban kembali terjatuh, dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan pihak kepolisian akan meminta pertanggungjawaban terhadap panitia kegiatan.
Pandra pun mengaku pihaknya sudah menerima laporan dari keluarga di Polres Pesawaran. Saat ini Satreskrim Polres Pesawaran tengah menyelidiki kasus tersebut.
Terkait kronologi, Pandra menuturkan, dari hasil keterangan sementara terhadap keluarga korban dan senior dari FISIP Unila yang ikut pelaksanaan diksar bahwa korban terpeleset dan jatuh ke jurang sedalam 15 meter.
"Selanjutnya dilakukan evakuasi oleh senior dan rekan korban, selanjutnya korban masih diminta mengikuti kegiatan diksar sampai dengan hari Minggu sekira jam 10 pagi," jelasnya.
Namun, kata Pandra, korban mengeluhkan sakit sehingga dibawa ke RS Bumi Waras, sebelum sampai di RS tersebut korban meninggal dunia.
Terpisah, orangtua dari mahasiswa lain yang juga mengikuti Diksar, Komsatinah, mengungkapkan hal berbeda.
Ia mengatakan, berdasarkan pengakuan anaknya Aldi Dharmawan, sempat mendapat perlakuan tidak baik selama diksar hingga kini harus dirawat di ruang 1E RS Bhayangkara.
"Jadi bagian perut itu ditonjok berkali-kali, lalu pipi ditampar juga berulangkali. Kemudian setiap hari disuruh merayap tak pakai baju, hingga akhirnya luka di bagian perut," ujarnya.
Sang anak masuk rumah sakit Senin pagi.
• Jadwal Liga 1 2019 Badak Lampung vs Semen Padang 5 Oktober 2019, 3.000 Suporter Siapkan Koreo
• KPK Kabulkan Permohonan Khamami, Eks Bupati Mesuji Masuk Bui di Lapas Rajabasa
"Saat ini tatapannya kosong dan sekarang ini belum bisa berkomunikasi," kata dia.
Wakil Dekan III Fisip Unila Dadang Karya Bakti mengatakan pihak kampus sangat berduka atas musibah ini. Pihaknya akan melihat semua ini secara jernih dengan langkah cerdas sesuai SOP.
Dekanat pun akan segera memanggil seluruh orang yang terlibat dalam pelaksanaan diksar dan jika terbukti ada pelanggaran akan menyerahkan semuanya kepada pihak kepolisian. (tribunlampung cetak)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/mahasiswa-fisip-unila-tewas-saat-diksar-14.jpg)