Mahasiswa UIN Tewas Tenggelam
2 Mahasiswa Baru Tewas Tenggelam, Diduga Korban Kejutan Ultah Dilempar ke Embung Kampus UIN Lampung
Sebanyak 2 mahasiswa UIN Raden Intan Lampung menjadi korban tewas akibat tenggelam di embung kampus. Keduanya diduga menjadi korban kejutan ultah
Surat tersebut diunggah di akun Facebook Eka Thirta Maharani.
Berikut, isi surat ibunda Aga yang ditulis tangan.
AGA..
Ibu minta maaf karena dengan senang hati membantu Aga pergi ke tempat pembantaian, tak ada jurang 15 meter yang telah diakui sebagai tempatmu terjatuh, yang ada tangan-tangan setan yang mencabik-cabik tubuhmu, menyeretmu, memaksa kerikil dan batu untuk sama-sama membuat parutan di sekujur tubuhmu, namun luka-lukamu tak membuat mereka merasa ngilu.
AGA..
Mata mereka terbuka tapi mata hatinya tertutup, banyak yang mau bicara tetapi mereka dibungkam. Semua cari selamat. Mereka yang melihat tapi diam dengan bangga menjadi temannya.
AGA..
Allah tidak buta, tidak pula tidur, dia melihat semua, saat mereka merekayasa mengarang cerita penyebab kematianmu.
Ferdi, Sintia dan Bintang. Kalian cuma boneka karena kalian tidak punya hati, boneka tidak akan pernah menjadi seorang Ayah atau seorang Ibu..
AGA..
Tidurlah dengan tenang, tunggu hari peradilan, Insya Allah goresan luka dan titisan darahmu menghapus dosa-dosamu..
Di dunia, keluargamu berjuang mencari keadilan bagimu. Seandainya kami kalah tapi AGA pasti menang..
Konfirmasi Keluarga
Reporter tribunlampung.co.id menghubungi keluarga Aga Trias Tahta yang beredar viral di media sosial Facebook sejak Selasa (1/10/2019) tersebut.
Kakak ipar korban, yang juga menantu Rosdiana, Amin Abdulrahman memastikan keaslian surat tersebut.
"Sebelum almarhum (Aga Trias Tahta) dibawa ke pemakaman, ibu (Rosdiana) masuk kamar, terus corat-coret itu," cerita Amin Abdulrahman, Jumat 4 Oktober 2019.
Amin Abdulrahman, yang merupakan suami dari Eka Thirta Maharani, kakak Aga, kemudian mengunggah foto dari surat yang dibuat Rosdiana tersebut ke Facebook hingga kemudian viral.
Menurut Amin, setelah ibu mertuanya masuk kamar, ia lalu keluar sudah membawa secarik kertas berisi surat tersebut.
"Kemudian, dia (Rosdiana) keluar lalu (surat) dikasihkan ke istri saya, lalu saya foto, saya post (unggah)," ungkap Amin Abdulrahman.
Menurut Amin, tulisan itu merupakan curahan hati seorang ibu yang ditinggal anak tercinta untuk selamanya.
Kepergian Aga, lanjut Amin Abdulrahman, membuat Rosdiana syok hingga menjadi lebih pendiam.
Kondisi Rosdiana, imbuh Amin Abdulrahman, masih lemah, sehingga tidak memungkinkan bertutur kata.
Hal itu, imbuh Amin Abdulrahman, membuat Rosdiana lebih banyak mencurahkan perasaannya lewat tulisan-tulisan.
Disiram Saat Pingsan
Dilansir Kompas.com, mahasiswa Sosiologi FISIP Unila, Aga Tria Tahta meninggal, saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) UKM pencinta alam Cakrawala di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Minggu (29/9/2019) pagi.
Dua hari sebelum meninggal, Aga sempat pingsan, saat ikut diksar yang dilaksanakan selama empat hari.
Oleh panitia, Aga disiram air agar sadar.
Lalu, mereka naik ke lokasi diksar dengan motor dan bermalam di Desa Cikoak, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Aga kembali pingsan.
Ia kemudian dibawa ke RS Bumi Waras oleh panitia diksar.
Sekitar pukul 14.00 WIB, panitia menghubungi keluarga dan mengabarkan Aga meninggal.
Jenazah diantar ke rumah duka sekitar pukul 18.30 WIB.
Pihak keluarga mengatakan, Aga sempat izin mengikuti demo selama dua hari di gedung DPRD Provinsi Lampung.
Setelah demo, Aga kemudian berencana mengikuti kegiatan diksar.
Namun, keluarga tidak memberikan surat izin.
Diksar tersebut diikuti 13 mahasiswa, 12 peserta adalah angkatan 2019 dan 1 orang peserta angkatan 2018.
Dekanat Menyatakan Bertanggung Jawab
Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus mahasiswa FISIP Unila tewas saat diksar pada Minggu (29/9/2019).
Korban bernama Aga Trias Tahta (19).
Mahasiswa Jurusan Sosiologi tersebut tewas saat diksar UKM Cakrawala.
Dalam pernyataan yang ditandatangani Dekan FISIP Unila Syarif Makhya, ada enam poin yang disampaikan mengenai kasus tewasnya Aga saat mengikuti diksar UKM Cakrawala di Desa Cikoak, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Minggu (29/9/2019).
Pertama, pihak dekanat beserta seluruh civitas akademika turut prihatin dan berduka cita sedalam-dalamnya atas peristiwa mengejutkan tersebut.
Kedua, dekanat membenarkan, Aga Trias Tahta yang merupakan mahasiswa Jurusan Sosiologi angkatan 2019 dinyatakan meninggal dunia oleh pihak medis pada Minggu (29/9/2019), saat mengikuti diksar UKM Cakrawala.
Poin ketiga, atas nama lembaga FISIP Unila, dekanat menyampaikan permohonan maaf kepada pihak keluarga almarhum Aga, dan menyatakan bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa itu.
Kemudian pada poin keempat, dekanat memastikan penyelidikan yang saat ini sedang dilakukan secara komprehensif sesuai fakta tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Untuk itu, dekanat meminta para pihak bersabar menunggu hasil penyelidikan.
Poin kelima, dekanat juga memastikan bahwa hasil penyelidikan dan pengkajian terdapat unsur-unsur pelanggaran aturan kemahasiswaan, maka akan diberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Lalu pada poin keenam, dekanat akan menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga agar tidak terulang lagi kejadian serupa.
Diberitakan sebelumnya, mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Unila bernama Aga Trias Tahta meninggal dunia saat mengikuti diksar UKM pencinta alam Cakrawala pada Minggu (29/9/2019).
Aga diketahui sempat pingsan saat mengikuti diksar.
Belum diketahui secara pasti, penyebab meninggalnya Aga.
• Mahasiswa FISIP Unila Meninggal, Viral Surat Curhat Sedih Ibu Almarhum, Ditulis Jelang Makamkan Anak
Selain menyebabkan satu mahasiswa FISIP Unila tewas, diksar itu juga membuat dua peserta lain dirawat intensif di rumah sakit.
Seminggu setelah kasus Aga, kasus mahasiswa tewas kembali terjadi.
Kali ini, 2 mahasiswa UIN Raden Intan Lampung tewas tenggelam di embung kampus, pada Senin, 7 Oktober 2019. Keduanya diduga menjadi korban kejutan ultah atau ulang tahun. (tribunlampung.co.id/bayu saputra)