Bobol Server Perusahaan di AS, Remaja asal Sleman Raup Rp 31,5 Miliar
Pekerjaan seorang hacker memang 'menjanjikan', karena dengan keahliannya mereka kadang bisa meretas server-server perusahaan untuk mengambil untung
Penulis: Romi Rinando | Editor: taryono
Adapun ancaman hukuman maksimal kepada pelaku adalah 10 tahun penjara.
Kisah Pemuda Asal Argentina yang Tajir Melintir dari Pekerjaan Bobol Situs
Dunia hacker memang menjanjikan, karena tak sedikit hacker yang kaya raya akibat prilaku tercelanya yang meretas server-server perusahaan besar. Tapi tak sedikit hacker yang mencari keuntungan untuk tugas untuk melakukan uji coba server perusahaan-perusahaan
Berikut ini salahsatu seorang remaja asal Argentina yang melakukan peretasaan untuk berfoya-foya, karena dengan aksinya ia bisa meraup US$1,1 juta atau Rp15,5 miliar dengan cara menemukan cacat perangkat lunak sejumlah perusahaan besar dunia.
Namanya Santiago Lopez membeli dua mobil, sebuah rumah mewah di pantai dan jam disainer lewat penghasilannya sebagai 'bug bounty hunter' atau pemburu virus besar.
"Saya melakukan peretasan setelah menonton film 'Hacker'. Saya mencintai kode hijau 'garis bersama' sehingga saya mulai mempelajarinya di internet dan saya meneliti cara mendapatkan uang lewat peretasan, tetapi sesuai dengan hukum."
Santiago mengatakan dia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa peretas tidak harus seperti stereotip yang mendominasi media.
Dia mengakui dirinya tergoda menggunakan keterampilannya untuk tujuan jahat sebelumnya, tetapi kemudian menemukan sistem 'Bug Bounty' menyelamatkannya dari melakukan kejahatan.
Bug bounty
Program Bug Bounty mendorong peretasan sesuai hukum dengan membayar peretas untuk menguji situs internet besar terkait cacat keamanannya.
Santiago Lopez
Karena pelanggaran data semakin biasa terjadi, perusahaan semakin sering menyisihkan dana pengamanan dalam jumlah besar.
Santiago menggunakan platform 'Bug Bounty' terbesar dunia, - HackerOne.
Selama tiga tahun hal ini digunakan, sekitar 350.000 peretas dibayar US$45 juta atau Rp637 miliar dari berbagai perusahaan, termasuk Yahoo, Spotify, Airbnb, Adobe dan Uber.
Sebagian peretas senior di platform itu, Santiago menemukan lebih dari 1.600 bug dan dibayar dari ratusan sampai ribuan dolar per bug, bergantung kepada seberapa serius masalah yang ada.