Mayat yang Ditemukan di Sungai Musi Dipastikan Inta Ferin Mahasiswi PGRI Palembang
Mayat yang Ditemukan di Sungai Musi Dipastikan Inta Ferin Mahasiswi PGRI Palembang
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Gatot Marzuki (42) ayah kandung Inta Felin (22) tak kuasa menahan tangis dan langsung memeluk salah seorang kerabatnya
Mayat yang diotopsi tersebut benar adalah Inta Ferin.
Betapa tidak, pria asal jalur 14 Banyuasin Sumsel itu, mengatakan bahwa jenazah perempuan yang ditemukan mengapung di aliran sungai Musi, Jumat (1/11/2019) benar merupakan anaknya.
Kepastian identitas jenazah Inta, didapat setelah dilakukan serangkaian tes termasuk wawancara yang kemudian dicocokkan dengan pihak keluarga.
"Benar itu Inta," kata Gatot seraya menangis tersedu dan memeluk salah seorang anggota keluarganya.
Mendengar kabar tersebut, seketika suasana haru begitu kental terasa.
• Sebelum Hilang, Inta Ferin Ternyata Sempat Tulis Surat Wasiat
Kerabat, sahabat dan pihak kampus Universitas PGRI yang juga telah menunggu sejak pagi di instalasi forensik rumah sakit Bhayangkara, tampak tak kuasa menahan kesedihan mereka.
Sebab, sosok yang dikenal ramah dan aktif bersosialisasi itu kini telah pergi untuk selama-lamanya.
"Nanti ya, saya belum tahu mau ngapain ini. Masih pusing," kata Gatot saat ditanya dimana jenazah Inta akan dimakamkan.
Gelagat aneh
Seorang mahasiswi Universitas PGRI Palembang yakni Inta Ferin dikabarkan menghilang sejak 30 Oktober 2019 lalu.
Inta Ferin merupakan mahasiswi aktif semester 5 jurusan FKIP PGSD.
Beberapa teman kelasnya mengatakan Inta Ferin merupakan sosok pribadi yang ceria, cerewet, dan aktif dikelas.
Namun akhir-akhir ini terlihat berbeda dari biasanya.
"Sebelum dia hilang, kalau ditanya tidak nyambung seperti linglung, kebanyakan diam dikelas," terang salah satu temannya, Jumat (01/11/2019).
"Kadang juga terlihat lesu, sering sendirian, kalau ditanya juga dia suka ngeluh saat bercerita," ujarnya.
• Mahasiswi PGRI Menghilang, Tinggalkan Pesan Terakhir: Bapak, Inta Pergi ya Biar Tenang . . .
Selain itu, teman satu kelas inta juga mengatakan sejak semester empat Inta pernah curhat tentang penyakit yang dideritanya.
"Katanya waktu itu dia tidak PD pakai kacamata, tapi terpaksa dia pakai karena ada penyakit," ungkapnya.
Hal yang terus diingat oleh temannya terhadap Imta Ferin yaitu sosoknya yang sering menggunakan Bahasa Indonesia namun dengan gaya bicara berlogat Jawa.
"Jadi Inta sering pakai bahasa Indonesia tapi kalau bicara logat Jawanya tidak hilang. Kami harap Inta segera ditemukan karena kami sejak awal masuk kuliah selalu bersama, mahasiswa satu kelas jurusan kami itu, tidak pernah ganti," tutupnya.