Betapa Berat Seleksi Masuk Kopassus, 3.900 Prajurit Tak Layak Sandang Baret Merah hingga Menangis
Mereka yang lulus tentu saja boleh tetap mengenakan baret merah. Sedangkan, yang tak lulus akan ditempatkan ke dalam kesatuan baret hijau.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) adalah pasukan elite TNI AD yang tak main-main. Dalam sejarah Kopassus, 3.900 prajurit baret merah pernah dinyatakan tidak lulus tes hingga harus dilakukan seleksi ulang.
Itu membuktikan bahwa seleksi TNI dalam menggembleng anggotanya untuk menjadi prajurit andal tidaklah main-main.
Seleksi, latihan dan ujian yang dilakukan harus benar-benar memenuhi standar meskipun berat.
Dari ribuan orang yang ikut seleksi, ternyata lebih banyak yang tidak lolos daripada yang lolos.
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto, saat itu Kopassus memang tengah melakukan perampingan organisasi besar-besaran, sehingga diadakan seleksi yang berat.
Seleksi yang berat itu membuat prajurit kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2.500 orang. Sehingga ada sekitar 3.900 prajurit yang tak lulus.
• Anak Artis Jadi Tentara dan Polisi hingga Masuk Kopassus, Begini Penampakannya di Balik Seragam
Dalam bukunya itu, Sintong bercerita betapa beratnya seleksi yang saat itu diadakan di Sukabumi.
Seleksi itu bertujuan menilai kemampuan fisik, mental, dan kecerdasan para prajurit kopassus.
"Di antara kegiatan latihan itu, harus menyeberangi berbagai jurang untuk latihan fisik dan mental, kurang waktu untuk tidur dan istirahat selama satu minggu, serta membaca peta dan situasi untuk uji kecerdasan," tulis Hendro berdasarkan kesaksian Sintong.
Dalam berbagai seleksi itu, pasukan yang lulus hanya sekitar 2.500 orang.
Mereka yang lulus tentu saja boleh tetap mengenakan baret merah.
Sedangkan, yang tak lulus akan ditempatkan ke dalam kesatuan baret hijau, Kostrad.
Pergantian baret itu tentu saja menimbulkan protes dari mereka yang harus mengganti baret merah ke hijau.
Satu bentuk protesnya adalah melepaskan sejumlah tembakan.
"Mereka merasa masuk TNI karena ingin menjadi anggota Korps Baret Merah, dan tidak bisa menerima kenyataan harus melepaskan baret merah di samping sudah bersumpah setia untuk menjadi pasukan komando," tulis Hendro yang menirukan kembali kesaksian Sintong.