Anak SD Kecanduan Game Online hingga Tak Mau Sekolah, Main di Kamar dari Sore hingga Subuh
Uang itulah yang saya pakai untuk beli pulsa setiap hari untuk main game online cucu saya. Saya yang belikan wong dia tidak mau keluar kamar
Sejak memiliki HP setahun lalu, AD mulai mengenal permainan game online.
Pada awalnya AD hanya membolos sehari hingga 2 hari dalan seminggu.
Namun sejak Lebaran tahun 2019, cucunya tersebut enggan bersekolah dan lebih banyak tiduran di kamarnya sambil main game online.
“Habis lebaran itu dia tidak mau sekolah. Sehari hari ya main hapenya,” imbuhnya.
Sayem mengaku tidak tahu banyak pengaruh buruk kebiasaan main game hingga berjam jam yang dilakukan oleh cucunya.
Dia mengaku pasrah dengan kebiasaan AD karena suaminya Mariman (70) juga tak pernah melarang cucunya main HP hingga menjelang subuh.
Sejak kecanduan game online, AD jarang sekali keluar kamar.
Bahkan untuk membeli pulsa untuk bermain game, Sayem yang membelikan ke counter HP di perempatan desa.
“Saya kerja membuat lempeng. Meski tak seberapa hasilnya, uang itulah yang saya pakai untuk beli pulsa setiap hari untuk main game online cucu saya. Saya yang belikan wong dia tidak mau keluar kamar,” ucapnya.
Perlu pendampingan psikiater
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan Suwoto mengaku akan meminta kepada pihak sekolah untuk terus membujuk dan memberikan pendampingan kepada AD agar mau kembali pergi sekolah.
Pemerintah Daerah Magetan juga akan memberikan pendampingan psikiater kepada AD.
“Kita upayakan ada pendampingan psikiater agar AD bisa terlepas dari kecanduan game. Pihak sekolah juga kita minta terus memberikan support agar siswa mau kembali sekolah,” ujarnya.
Suwoto menambahkan, selain AD ada siswa SMP di Kabupaten Magetan yang terlebih dahulu ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan terkait ketergantungan dengan game online.
Selain pendampingan upaya pendampingan oleh psikiater, peran keluarga sangat dibutuhkan agar anak anka usai sekolah bisa terlepas dari ketergantungan game online.