Ini Bahayanya Beri Label 'Bodoh' pada Anak, Psikologi Octa Reni: Beri Standar yang Sama pada Anak
Penyebab under achievement adalah standar yang diberikan orangtua pada anak terlalu tinggi.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Jika anak mendapatkan nilai jelek di sekolah, sebaiknya guru dan orangtua jangan langsung mengatakan anak itu tidak memiliki kemampuan.
Bisa jadi anak itu mengalami under achievement.
Kaprodi Psikologi Universitas Malahayati Octa Reni Setiawati, S.Psi, M.Psi mengatakan, under achievement adalah anak-anak yang memiliki kemampuan yang baik tapi capaian belajarnya tidak sesuai kemampuan itu, terlihat dari nilainya yang jelek di sekolah.
Penyebab under achievement adalah standar yang diberikan orangtua pada anak terlalu tinggi.
Ketika memberikan standar, orangtua tidak fokus pada kemampuan anak.
Standar tinggi itu akhirnya membuat anak menjadi tertekan.
• Anak Miliarder Hilang di Lembah X Papua, Pasukan Kopassus Diterjunkan Kaget Lihat Potongan Kaki
Penyebab lain, orangtua tidak sengaja membandingkan anak dengan teman-temannya atau kakaknya.
Membandingkan seperti dengan mengatakan kamu tidak terlalu pintar. Kamu tidak seperti kakak kamu yang pintar.
Sehingga anak jadi memiliki label kalau dia tidak mampu dan tidak bisa
"Saya pernah bertemu dengan anak yang sejak lama selalu dibilang tidak pintar karena nilai matematika anak itu jelek. Akhirnya anak itu memiliki ketakutan terhadap matematika," kata Octa.
Lalu setelah dilakukan tes kecerdasan kepada anak itu, ternyata anak itu memiliki kemampuan yang baik.
Kemampuan itu bisa membuatnya mendapatkan nilai baik.
Bahkan nilai 8 bisa didapatkannya .
Tapi karena under achievement nilai baik tidak bisa dicapai
Sampai saat ini banyak anak yang mengalami under achievement.
Untuk mengatasi under achievement tidak cukup dengan memberikan anak kursus.
Tapi anak harus diberikan motivasi kalau pasti bisa jika mau berusaha.
Salah satu cara memberi motivasi dengan memberikan anak role model orang-orang yang bisa sukses karena berusaha.
Jangan memberikan motivasi dengan mengatakan, kamu harus belajar 2-3 jam supaya bisa.
"Cara lain mengatasi under achievement dengan tidak memberikan standar tinggi pada anak, meskipun orangtua tahu anak memiliki kemampuan."
"Berilah standar yang sama dengan anak agar anak tidak merasa tertekan," ujar Octa.
Selain orangtua, guru juga bisa membantu mengatasi under achievement dengan cara tidak memberikan label pada anak kalau anak itu tidak mampu atau bodoh.
Terutama, ketika anak mendapatkan nilai jelek, karena bisa jadi bukan karena anak tidak mampu atau bodoh.
Kalau under achievementnya sudah sampai pada tahap anak tidak mau sekolah, atau anak sudah tidak nyaman sekolah, tidak ada salahnya membawa anak ke psikolog.
Sebelum sampai tahap itu kalau mau ke psikolog untuk konsultasi juga bisa.
Anak Kecanduan Game Online
Rumah sederhana di Desa Banjarpanjang, Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan, Jawa Timur itu terlihat sepi ketika rombongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magetan datang berkunjung pada Rabu (20/11/2019).
Suwoto, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magetan pun mengucapkan salam.
Lamat-lamat suara Sayem (65) menyahut salam Suwoto.
Rumah Sayem adalah tempat tinggal AN (12), siswa SD kelas 6 yang sudah 4 bulan bolos sekolah gara-gara kecanduan game online.
AN bersekolah di SDN Banjarpanjang.
Suwoto sebenarnya ingin berbicara dengan AN. Namun AN tertidur pulas di kamarnya, sebab sepanjang sore hingga menjelang fajar dia sibuk bermain game online.
Hal itu diceritakan Sayem kepada Suwoto.
“Kalau siang begini tidur sampai jam 4 sore karena tidurnya cucu saya itu jam 5 pagi,” ujar Sayem.
Sayem mengaku tidak bisa berbuat banyak terhadap kecanduan game online cucunya selain menuruti kemauannya untuk dibelikan pulsa setiap hari.
Sang nenek harus merogoh kocek Rp 27.000 per hari untuk membeli pulsa.
Dia juga mengatakan jika cucunya tersebut sangat suka pelajaran matematika.
Sejak kecil AD memang dirawat olehnya karena kedua orangtuanya merantau ke Kalimantan berjualan bakso.
Bahkan AD sudah lebih dari 5 tahun terakhir tak pernah bertemu dengan orang tuanya karena tak pernah pulang.
Kakek dan nenek tidak tahu efek game online
Menurut Sayem kencanduan game online AD berawal dari permintaan dibelikan handphone (HP) android.
Sejak memiliki HP setahun lalu, AD mulai mengenal permainan game online.
Pada awalnya AD hanya membolos sehari hingga 2 hari dalan seminggu.
Namun sejak Lebaran tahun 2019, cucunya tersebut enggan bersekolah dan lebih banyak tiduran di kamarnya sambil main game online.
“Habis lebaran itu dia tidak mau sekolah. Sehari hari ya main hapenya,” imbuhnya.
Sayem mengaku tidak tahu banyak pengaruh buruk kebiasaan main game hingga berjam jam yang dilakukan oleh cucunya.
Dia mengaku pasrah dengan kebiasaan AD karena suaminya Mariman (70) juga tak pernah melarang cucunya main HP hingga menjelang subuh.
Sejak kecanduan game online, AD jarang sekali keluar kamar.
Bahkan untuk membeli pulsa untuk bermain game, Sayem yang membelikan ke counter HP di perempatan desa.
“Saya kerja membuat lempeng. Meski tak seberapa hasilnya, uang itulah yang saya pakai untuk beli pulsa setiap hari untuk main game online cucu saya. Saya yang belikan wong dia tidak mau keluar kamar,” ucapnya.
Perlu pendampingan psikiater
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan Suwoto mengaku akan meminta kepada pihak sekolah untuk terus membujuk dan memberikan pendampingan kepada AD agar mau kembali pergi sekolah.
Pemerintah Daerah Magetan juga akan memberikan pendampingan psikiater kepada AD.
“Kita upayakan ada pendampingan psikiater agar AD bisa terlepas dari kecanduan game. Pihak sekolah juga kita minta terus memberikan support agar siswa mau kembali sekolah,” ujarnya.
Suwoto menambahkan, selain AD ada siswa SMP di Kabupaten Magetan yang terlebih dahulu ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan terkait ketergantungan dengan game online.
Selain pendampingan upaya pendampingan oleh psikiater, peran keluarga sangat dibutuhkan agar anak anka usai sekolah bisa terlepas dari ketergantungan game online.
“Yang siswa SMP sejauh ini mulai pulih, dia mau bersekolah lagi dengan adanya pendampingan psikiater,” imbuhnya.
Selain upaya pendampingan psikiater, Suwoto berharap orangtua AD yang merantau ke Kalimantan untuk bisa pulang sejenak melihat keberadaan anaknya.
• Nilai Anak di Sekolah Jelek, Bisa Jadi Alami Underachievement
“Yang berperan penting tetap keluarga, karena di sekolah kan hanya beberapa jam,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, AD siswa kelas 6 SDN 1 Banjarpanjang, Kabupaten Magetan, membolos hingga 4 bulan karena kecanduan game online.
Upaya pihak sekolah untuk membujuk siswanya agar masuk sekolah dengan meminjamkan buku pelajaran dan mendatangi kerumah tidak berhasil karena AD lebih memilih membolos demi main game online. (tribunlampung.co.id/jelita dini kinanti)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siswa SD Kecanduan Game Online hingga 4 Bulan Bolos Sekolah, Nenek: Bangunnya Sore, Tidur Subuh"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/ini-bahayanya-beri-label-bodoh-pada-anak-psikologi-octa-reni-beri-standar-yang-sama-pada-anak.jpg)