Prajurit Kopassus Pertama Kali Merasakan Turun dari Pesawat: Ternyata Landing Itu Wuenaak Sekali

Prajurit Kopassus ini sama sekali belum pernah merasakan pesawat landing, tak tahu rasanya momen roda pesawat bersentuhan dengan aspal.

Intisari online
FOTO ILUSTRASI prajurit Kopassus 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Prajurit Kopassis dijuluki Mardi 'Rambo'. Ia menjadi salah satu sosok populer di kalangan prajurit Kopassus. Tentu karena prestasinya.

Mardi Rambo telah kenyang terjun ke medan misi. Belasan gelanggang misi telah diterjuninya, lebih banyak dibanding pada umumnya prajurit Kopassus.

Tapi siapa sangka, meski jumlah operasi yang dijalani lebih banyak dibanding prajurit lain, Mardi Rambo ternyata sama sekali belum pernah naik pesawat dengan posisi landing.

Prajurit Kopassus ini sama sekali belum pernah merasakan pesawat landing, tak tahu rasanya momen roda-roda pesawat bersentuhan dengan aspal.

Ini adalah kisah Mardi Rambo, prajurit Kopassus pertama kali naik pesawat landing.

Anak Miliarder Hilang di Lembah X Papua, Pasukan Kopassus Diterjunkan Kaget Lihat Potongan Kaki

Anggota Kopassus ini pernah belasan kali ikut misi berbahaya.

Bagi anggota prajurit kawakan ini, misi berbahaya bagaikan santapan pagi.

Sudah belasan kali Mardi 'Rambo' mendapat misi dengan tingkat kesulitan tinggi.

Belasan kali juga, misi itu dirampungkan dengan gemilang. 

Namun, pengalaman di Bosnia ini tak akan pernah hilang dari ingatannya.

Meski misi berisiko tinggi pernah dijalani, bukan berarti hal-hal kecil yang remeh-temeh pernah dialami anggota Komando Pasukan Khusus.

Ini kisah tentang Mardi 'Rambo' yang berangkat ke Bosnia naik pesawat dan mendarat menggunakan pesawat untuk kali pertama.

Dunia memang mengakui kehebatan Kopassus yang dilatih dengan sangat disiplin.

Di balik disiplin, latihan keras dan pengalaman tempur, ada kisah menegangkan namun lucu tentang Kopassus.

Dicopot Kapolri karena Ngobrol, AKBP Asep Akhirnya Buka Suara

Mengutip dari garudamiliter, cerita ini berkisah tentang seorang Kopassus yang begitu bahagia karena bisa merasakan landing menggunakan pesawat.

Pelda Sumardi alias Mardi Rambo, merupakan prajurit Kopassus yang memiliki kemampuan zeni demolisi.

Mardi Rambo sudah 14 kali diturunkan dalam misi penting.

Ini merupakan rekor, karena prajurit Kopassus turun di medan operasi biasanya hanya empat kali.

Suatu kali, Pelda Sumardi ditugaskan ke Bosnia yang saat itu mengalami konflik besar.

Di mata orang lain, ditugaskan ke Bosnia ibarat mimpi buruk.

Namun untuk Pelda Sumardi, itu ibarat mendapat durian runtuh.

"Sueeneng sekali ke Bosnia. Pesawat itu take off kemudian landing. Ternyata landing itu wueenaak sekali," kata Pelda Sumardi.

Apa yang membuat Mardi Rambo senang? 

Ternyata, anggota Kopassus ini baru pertama kali landing (mendarat) menggunakan pesawat.

Bukankah pesawat yang take off (lepas landas) pasti landing?

Tunggu dulu, landing menggunakan pesawat itu hanya berlaku untuk orang sipil.

Rupanya saat bertugas selama ini, Mardi Rambo hanya bisa merasakan pesawat take off.

Dia tak pernah ikut pesawat landing.

Begitu pesawat di udara, Mardi Rambo selalu 'dibuang' alias diterjunkan menggunakan parasut (terjun payung).

Itu dialaminya selama 14 kali dikirim ke medan operasi.

Karena itu Mardi Rambo bahagia karena merasakan pesawat landing untuk pertama kali.

Kemampuan istimewa Kopassus

Kopassus memang berbeda dengan pasukan elite negara lain. 

Selain kemampuan tempur, persenjatan dan strategi militer, anggota kesatuan ini mendapat bekal berbagai ilmu beladiri.

Beladiri yang dipelajari pasukan elite TNI:

Yong Moo Do
Pencak silat Merpati Putih
Karate
Kung Fu
Tarung Derajat
Dan lain-lain

Meski kenyang pertarungan, Kopassus tidak pernah puas dengan kemampuan, sehingga mendorongnya terus berlatih. 

Karena selalu berlatih, dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan diri sebagai pasukan elite Indonesia yang mampu menangani tugas-tugas berat.

Tak tergantung teknologi

Kemampuan Kopassus bukan hanya sekadar fisik, namun juga kecerdasan. 

Selain itu, juga memiliki kemampuan rahasia yang tidak dimiliki pasukan asing negara manapun. 

Mengapa Kopassus tak tergantung teknologi?

Ini berawal pada1980-an, saat ABRI (TNI) hendak membentuk pasukan khusus yang memiliki kemampuan antiteror.

Saat itu, beberapa pejabat militer Indonesia mengumpulkan referensi.

Dari berbagai referensi yang diperoleh, seperti ilmu pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis dan pasukan khusus Korea Selatan.

Satuan-satuan di atas banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI.

Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi, Letjen TNI Leonardus Benny Moerdani, untuk segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.

Semua teknik yang diramu dari berbagai ‘aliran’ pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang profesional

Profesional yang dimaksud Letjen Benny Moerdani adalah tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih baik, bisa melaksanakan misi hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.

Dengan kata lain, kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan teknologi yang digunakan dalam pertempuran.

Penentu kehebatan pasukan khusus itu, ditentukan kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam, dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.

Oleh karena itu, demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved