Warga Sumsel Harus Angkat Kaki dari Desa Batu Belubang: Kami Cuma Cari Makan, tak Tahu Apa-apa

Ini bermula dari tambang timah. Di situ ada kesepatan, telah tercantum kalau tidak menaati peraturan di desa, angkat kaki dari sini

(BANGKAPOS/Resha juhari)
Dea bersama bayinya yang masih berumur 9 bulan dibantu oleh aparat kepolisian untuk dilakukan evakuasi menuju Polres Pangkalpinang di Desa Batu Belubang, Bangka Tengah, Sabtu (21/12/2019). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kasus ayah dan anak ditusuk di Batu Belubang, Bangka Tengah hingga kini masih ditangani polisi. Dua korban yang merupakan warga Batu Belubang yang ditusuk pria asal Sumatera Selatan hingga kini masih dirawat di rumah sakit.

Warga asal Sumsel yang kalut dan panik karena harus mengungsi hanya bisa pasrah ketika dievakuasi ke kantor polisi.

Nani (37) tergopoh-gopoh membawa barang seadanya. Wajahnya begitu kalut saat proses evakuasi berlangsung di rumah Ketua RT 8 Desa Batu Belubang, Kecamatan Pangkalanbaru, Bangka Tengah, Sabtu (21/12) malam.

Ia terpaksa harus pindah dari rumah yang sebelumnya ia tempati meski baru empat hari ia melahirkan bayi laki-laki.

Warga Kabupaten Kayu Agung, Sumatera Selatan bersama sang bayi bernama Aldi Al Qhori harus dievakuasi, buntut dari penikaman yang dialami dua warga Desa Batu Belubang, Sabtu sore.

Berikut sejumlah fakta yang dirangkum Bangka Pos terkait kejadian ayah dan anak ditusuk di Desa Batu Belubang.

Warga Sumsel Harus Angkat Kaki dari Desa di Bangka Tengah: Kami Cari Makan, tak Tahu Apa-apa

 

Kondisi Arpan yang menjadi korban penusukan yang masih terbaring lemas di RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang, Sabtu (21/12/2019).
Kondisi Arpan yang menjadi korban penusukan yang masih terbaring lemas di RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang, Sabtu (21/12/2019). ((Bangkapos.com/Rizky Irianda Pahlevy).)

1. Berawal dari Penikaman

Dua warga Batu Belubang yang mengalami luka tusuk dibawa ke RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang. Korban yaitu Arpan (49) dan Rafi (22) yang merupakan bapak dan anak ini dirawat intensif.

Arpan ditikam sebanyak dua kali di kepala dan perut bagian kiri. Akibat luka tersebut Arpan sempat koma selama satu jam dan empat jahitan di kepala.

Arpan mengungkapkan, sempat jatuh tertimpa motor saat pelaku yang diduga merupakan warga pendatang melakukan penyerangan.

"Saya lagi di rumah mandor, rombongan kami sudah kelar. Rombongan satunya lagi masih kerja. Jarak kurang lebih 100 meter dari kantor desa, dia (pelaku) langsung nikam pakai pisau, cuma tidak kena. Lalu saya turun dari motor, saya tertimpa motor karena gonceng tiga. Pertama kepala dihajar, lalu saya mengelak di perut yang dihajar," ujar Arpan.

Petugas kepolisian melakukan pendataan di ruang Anton Sujarwo, Sabtu (21/12/2019).
Petugas kepolisian melakukan pendataan di ruang Anton Sujarwo, Sabtu (21/12/2019). ((Bangkapos.com/Rizky Irianda Pahlevy).)

Arpan juga menambahkan dirinya sempat melakukan perlawanan dengan mencoba melempar batu ke arah pelaku.

"Gak kenal siapa itu, saya kerja di proyek pembangunan di Batu Belubang. Permasalahannya bukan dengan saya tapi sama karyawan lain, saya sebagai kepala tukang. Kalau gak salah yang megang pisau itu baju biru," katanya.

Selain itu korban Rafi mengungkapkan melihat pelaku menggunakan mobil minibus. "Pakai mobil, saya lihatnya kalau nggak salah pakai Rush," tutur Rafi dengan posisi badan menyamping akibat luka di bagian punggung.

2. Ditegur Gara-gara Ngebut

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved