Tribun Bandar Lampung

Pengrajin Keluhkan Penjualan Terompet Lesu, Efek Ada Isu Larangan Jual Terompet

Dua hari menjelang pergantian Tahun Baru 2020, geliat penjualan terompet di Bandar Lampung masih lesu alias belum mengalami kenaikan.

Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Noval Andriansyah
tribunlampung.co.id/CR2
Pengrajin Keluhkan Penjualan Terompet Lesu, Efek Ada Isu Larangan Jual Terompet. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Dua hari menjelang pergantian Tahun Baru 2020, geliat penjualan terompet di Bandar Lampung masih lesu alias belum mengalami kenaikan.

Banyak pengrajin terompet di Kelurahan Sawah Brebes, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung, mengaku masih lesu. 

"Pendapatan sehari paling banyak Rp 2 juta, kalau tahun-tahun sebelumnya lebih banyak, sekarang sepi," kata Eli salah seorang pengrajin dan Pedagang grosir terompet kepada Tribunlampung.co.id, Minggu (29/12/2019).

Bahkan, kata Eli, 2 hari menjelang malam pergantian tahun pendapatannya bukan meningkat malah mengalami penurunan. 

"Tahun ini turunnya lebih banyak, mungkin karena (ada) isu larangan (penggunaan) terompet dan masih trauma musibah tsunami kemarin (akhir Tahun 2018)," tambahnya.

Air Masih Menggenang di Sejumlah Daerah di Bandar Lampung Akibat Banjir Semalam

Tarif Tol Lampung-Palembang Berlaku Mulai 28 Desember 2019, Siapkan Kartu e-Toll

Jadwal Kapal Eksekutif Desember 2019 dan Cara Beli Tiket Kapal di Bakauheni Pakai e-Money

Eli menjelaskan, meski mengalami penurunan penjualan, ia tetap menjual bermacam-macam jenis terompet dan harga grosir yang bervariasi.

"Ada jenis naga, keong, pistol saksofon, kupu-kupu, fiber, dan terompet biasa," jelas Eli.

"Untuk harga, mulai dari Rp 1.000 sampai Rp 12 ribu, kalau untuk dijual lagi ke Pedagang, mulai dari Rp 10 ribuan," imbuh Eli. 

Pengrajin yang juga Pedagang grosir lainnya, Parno juga mengaku terjadi penurunan omset tahun ini.

Menurut Parno, penurunan omset terjadi karena ada larangan penjualan terompet.

"Omsetnya menurun. Karena kemarin banyak larangan. Banyak Pedagang kapok," kata Parno.

Parno mengatakan, harga terompet yang dijualnya berkisar mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 15 ribu.

Pengrajin Keluhkan Penjualan Terompet Lesu, Efek Ada Isu Larangan Jual Terompet.
Pengrajin Keluhkan Penjualan Terompet Lesu, Efek Ada Isu Larangan Jual Terompet. (tribunlampung.co.id/CR2)

"(Kalau) omsetnya ga bisa diprediksi. Rata-rata (alku terjual) sekitar 200 sehari," jelasnya. 

Selain itu pengrajin dan Pedagang  grosir, lesunya penjualan terompet juga dirasakan oleh Pedagang terompet di pinggir jalan. 

Salah seorang Pedagang terompet di depan Mal Ramayana, Jaya, mengaku, belum ada peningkatan penjualan terompetnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved