Tribun Bandar Lampung
Pengrajin Keluhkan Penjualan Terompet Lesu, Efek Ada Isu Larangan Jual Terompet
Dua hari menjelang pergantian Tahun Baru 2020, geliat penjualan terompet di Bandar Lampung masih lesu alias belum mengalami kenaikan.
Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Noval Andriansyah
"Belum ada peningkatan, biasanya peningkatannya mungkin pas malam puncak (malam pergantian tahun) itu," katanya.
Jaya juga mengaku pendapatannya menjual terompet tidak bisa diprediksi dan berubah-ubah.
"Omset sehari tergantung, ngga menentu, kadang rame, kadang sepi," tuturnya.
Berbanding terbalik, pengrajin dan Pedagang grosir terompet lainnya, Himawan, mengatakan, penjualan terompet di tempatnya justru mengalami peningkatan.
Meski demikian, peningkatan penjualan tidak setinggi 2 tahun sebelumnya.
"Tahun kemarin jelas ada perbedaan. Tahun kemarin karena ada musibah tsunami sekarang mulai naik kembali. Cuma belum seperti tahun sebelumnya lagi," kata Himawan.
Himawan mengatakan, terompet yang dijualnya menjangkau sampai ke luar kota Bandar Lampung.
"Kalau kami pangsa pasarnya tidak hanya di Bandar Lampung ada juga kabupaten seperti Pringsewu, Kotabumi, termasuk Liwa," tambahnya.
Untuk menyiasati peningkatan pendapatan, Himawan mengatakan, mengubah haluan pangsa pasarnya ke daerah yang tidak dekat dengan laut.
"Kami pasarnya bukan ke arah laut, tetapi seperti dari Natar ke atas (Metro, Lampung Tengah dan seterusnya)," katanya.
Buat Terompet 3 Bulan Sebelum
Pengrajin, kata Himawan, umumnya mulai membuat terompet sejak 3 bulan sebelum masuk pergantian tahun.
"Mulai pengerjaan sejak 3 bulan. Malam tahun baru masih buka. Karena kita di samping melayani Pedagang, juga yang pembeli eceran," kata Himawan.
Eli menambahkan, terompet yang dijual tidak melulu dibuat baru, tetapi juga menghabiskan sisa stok tahun lalu yang belum sempat terjual.
"Biasanya tahun ini penggrosir ngga ada yang belanja banyak, karena mungkin menghabiskan (sisa terompet) tahun kemarin," kata Eli. (Tribunlampung.co.id/CR2)