VIDEO Tak Cuma Buku Usang, di Perpusda Lampung Ternyata Ada Bioskop Mini

Ketika mendengar kata perpustakaan, sebagian besar orang hanya akan berpikiran soal buku.

Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Heribertus Sulis

TRIBUNLAMPUNGWIKI.COM, BANDAR LAMPUNG - Ketika mendengar kata perpustakaan, sebagian besar orang hanya akan berpikiran soal buku.

Ternyata, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung juga menyediakan bioskop mini di Perpustakaan Daerah atau Perpusda Lampung.

Berikut, profil Perpusda Lampung.

Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung, Ferynia, Perpusda Lampung tak hanya berisi buku tetapi ada juga material lain.

"Di sini ada book dan non book material, jadi lebih luas cakupannya dari sekadar buku," ungkap Ferynia kepada Tribunlampungwiki.com, Kamis, 26 Desember 2019.

VIDEO Profil dan Sejarah Palang Merah Indonesia (PMI) Lampung

VIDEO Bungker dan Gua Jepang di Bandar Lampung

VIDEO Komunitas Jalan Inovasi Sosial (Janis)

Sejarah

Perpustakaan Daerah Lampung beralamat di Jalan Wolter Monginsidi Nomor 107 Bandar Lampung.

Perpusda Lampung memiliki sejarah yang cukup panjang.

Dahulu, perpustakaan tersebut dikenal sebagai Perpustakaan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung.

Kemudian, nomenklatur berubah menjadi Perpustakaan Daerah Lampung setelah terbitnya Keppres RI Nomor 11 Tahun 1989 tentang Perpustakaan.

Tak lama berselang, terbit Keppres RI Nomor 50 Tahun 1997 tentang Perpustakaan Nasional sebagai dasar peningkatan status Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung (eselon III) menjadi Perpustakaan Nasional Provinsi Lampung (eselon II).

Belum berhenti sampai sana, status tersebut kemudian berubah menjadi Perpustakaan Daerah Lampung, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pendidikan Provinsi Lampung sesuai dengan Keputusan Gubernur Nomor 3 Tahun 2001.

Kemudian pada tanggal 12 Desember 2007, UPTD Perpustakaan Daerah dan Kantor Arsip Daerah digabungkan menjadi satu dengan nomenklatur Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Dareah Provinsi Lampung (BPAD).

Sembilan tahun kemudian, tepatnya tahun 2016, BPAD berubah kembali nomenklaturnya menjadi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung.

Standar internasional

Ruang membaca di Perpusda Lampung terdiri dari ruang membaca umum, ruang membaca anak, dan ruang terbitan berkala.

Ruangan tersebut terletak di lantai satu, beberapa langkah setelah bagian layanan anggota/informasi.

Total buku yang ada di perpustakaan tingkat provinsi ini mencapai 70 ribu judul dengan jumlah 1.000 eksemplar.

"Buku-buku di sini disusun dengan klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification), ini standar internasional," ucap pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung, Nellawati Ningsih (52).

Klasifikasi tersebut mengelompokkan buku berdasarkan subjek untuk kemudian dilakukan penomoran.

Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengunjung mencari buku yang diinginkan.

Berikut, detail klasifikasinya.

1. 000-009: Karya umum

2. 100-199: Filsafat

3. 200-299: Agama

4. 300-399: Ilmu-ilmu sosial

5. 400-499: Bahasa

6. 500-599: Ilmu murni

7. 600-699: Teknologi

8. 700-799: Kesenian dan olahraga

9. 800-899 Kesusasteraan

10. 900-999 Sejarah dan geografi

Anggota perpustakaan bisa meminjam maksimal dua buku dalam jangka waktu satu minggu.

"Kalau masih belum selesai baca, bisa diperpanjang," katanya menambahkan.

Lewat dari seminggu, peminjam akan dikenakan denda.

Setiap tahun, pembaruan buku selalu dilakukan.

Hal itu demi menjaga aktualitas dan memfasilitasi kebutuhan para pengunjung.

"Kalau untuk jumlah pasti per tahunnya nggak bisa dipastikan, tapi setiap tahun selalu ada," ujarnya.

Meski rutin diperbarui dari alokasi dana APBD, pihak perpustakaan juga terbuka jika masyarakat ingin berpartisipasi menyumbangkan buku-buku mereka.

Sumbangan tersebut kemudian akan disalurkan kepada komunitas-komunitas baca Lampung yang membutuhkan.

"Komunitas baca itu perpanjangan tangan kita yang bisa menjangkau sampai pelosok daerah, jadi kalau minta bantuan buku pasti kita salurkan," ucap Nella.

Perpustakaan berbasis android

Menyadari perkembangan zaman yang kian pesat, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung menyediakan perpustakaan berbasis android yang terintegrasi dengan aplikasi Kubuku.

Aplikasi tersebut memungkinkan pengguna untuk bisa membaca buku elektronik (ebook) secara gratis.

"Kalau informasi yang ada di internet banyak yang nggak bisa dipertanggungjawabkan, kalo sumbernya buku kan lebih akurat karena berdasarkan riset," jelas Nella.

Aplikasi tersebut dapat digunakan sebagai alternatif ketika tidak dapat membaca buku fisik.

Harapannya, masyarakat dapat terus membaca buku dan terhindar dari hoax.

Ada bioskop mini

Di sudut belakang area Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung, terdapat sebuah ruangan audio visual serupa bioskop.

Ruangannya gelap, berundak-undak, di bagian depan terdapat layar dengan lebar sekitar setengah dari layar bioskop.

Kapasitas bioskop mini maksimal 50 orang.

Bioskop tersebut biasa digunakan pengunjung dari berbagai kalangan untuk menonton film.

"Filmnya kita sediakan ada banyak, Ada Apa dengan Cinta dan Laskar Pelangi juga ada," jelas Nella.

Selain itu, disediakan pula film-film lainnya antara lain dokumenter, horor, cerita rakyat, cerita anak-anak, sampai film produksi dari dinas semisal Berwarna itu Indah dan Berani Jujur.

"Kalau misal yang kunjungan ke sini anak-anak, biasanya setelah film selesai dijelaskan review moral value-nya sama gurunya," katanya menjelaskan.

Untuk bisa menikmati fasilitas ini, pengunjung hanya perlu membuat janji terlebih dahulu dengan pihak perpustakaan dan membawa rombongan sedikitnya lima orang.

Tidak perlu khawatir, menonton film di bioskop mini ini tidak dipungut biaya apapun alias gratis.

"Gratis, kita fokusnya memberikan pengetahuan kepada masyarakat," tuturnya.

Puspa Iptek

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung juga memamerkan beberapa karya putra daerah di ruang puspa iptek alias pusat peraga ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada roket air, katrol mainan, alat penebak tanggal lahir, motor irit bbm, drone dan beberapa alat peraga lainnya yang sarat akan pengetahuan.

"Kita ingin tunjukkan ke masyarakat, ini lho karya dari anak bangsa," terangnya.

Pengunjung di sini dibebaskan untuk bereksplorasi dengan alat-alat tersebut.

Dengan harapan, hal itu dapat merangsang rasa ingin tahu mereka terhadap ilmu pengetahuan.

Contohnya, ketika pengunjung bermain alat katrol, maka akan merangsang penalaran ilmu fisika.

Pengunjung akan dibuat berpikir bahwa ternyata tiga buah katrol dapat memperingan beban dibandingkan hanya satu katrol.

Alat-alat tersebut ada yang berasal dari bantuan Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Ada juga yang berasal dari sekolah-sekolah di Lampung semisal SMK 2 Mei Bandar Lampung.

Himpunan koleksi terbitan Lampung

Sedangkan beberapa meter di belakang gedung utama Perpusda Lampung, terdapat gedung khusus yang menampung koleksi khusus terbitan Lampung yakni Gedung Deposit.

"Jadi buku dari penerbit Lampung dan terbitan tentang Lampung ada di situ, konten lokal lah," jelas Kepala Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Heriyansyah.

Di gedung tersebut, terdapat rangkaian aktivitas yang dilakukan, yaitu deposit, akuisisi, dan pengolahan bahan baca.

Buku-buku yang masuk didata terlebih dahulu, diolah sampai disampul di dalam ruangan tersebut.

Ada buku-buku referensi Lampung, skripsi, arsip sejumlah koran lokal Lampung dari masa ke masa dan sebagainya.

"Kita merujuk ke Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Jadi penerbit wajib menyerahkan satu karyanya ke perpustakaan provinsi," kata Heri menambahkan.

Bagi penerbit yang tidak menyerahkan karyanya, mereka akan dikenakan denda sesuai dengan ketentuan yang ada di UU tersebut.

Perpustakaan binaan

Stratanya yang berada di tingkat provinsi, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung membina perpustakaan-perpustakaan yang ada di seluruh kabupaten/kota Lampung.

Hal itu baik perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, hingga lembaga se-Provinsi Lampung.

Digiatkan pula, perpustakaan binaan berbasis inklusi sosial di desa-desa, yang merupakan program prioritas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Inti dari program tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat yang difasilitasi oleh perpustakaan.

Hal itu bisa dari buku bacaannya yang kemudian diimplementasikan ke dalam tindakan nyata atau melalui fasilitas-fasilitas yang disediakan perpustakaan.

Contoh, di salah satu desa di Lampung Selatan, terdapat seorang anak yang awalnya tidak bisa menggunakan komputer, kemudian berlatih di perpustakaan desa sampai akhirnya mahir.

Komputer tersebut disediakan secara cuma-cuma oleh perpustakaan, yang tidak bisa ia akses di lingkungan tempat tinggalnya.

"Inklusi ini kalau di provinsi mungkin tidak terlalu terasa, tapi kalau di desa sangat terasa karena minimnya akses," jelas Nella.

Total perpustakaan berbasis inklusi sosial ini sudah mencapai 730 unit, yang tersebar di seluruh desa se-Provinsi Lampung.

Harapannya, perpustakaan tidak hanya digunakan sebagai tempat membaca buku, melainkan tempat alternatif bagi masyarakat untuk berkreasi dan berkarya.

Buka tiap hari

Perpustakaan Daerah Lampung beroperasi tujuh hari dalam seminggu, kecuali pada hari libur nasional.

Berikut, daftar jam operasional Perpusda Lampung.

1. Hari Senin sampai Kamis: Pukul 08.00 WIB-pukul 15.30 WIB

2. Hari Jumat: Pukul 08.00 WIB-pukul 16.00 WIB

3. Hari Sabtu dan Minggu: Pukul 08.00 WIB-pukul 13.00 WIB

4. Jam istirahat: Pukul 12.00 WIB-pukul 13.00 WIB

Kebijakan ini menopang para mahasiswa di Lampung yang ingin belajar di perpustakaan.

"Mahasiswa biasanya ramai ke sini kalau weekend, Sabtu Minggu, kalau hari-hari biasa kan kuliah," ujarnya.

Berdasarkan pantauan Tribunlampungwiki.com pada Kamis, 26 Desember 2019, bagian ruang baca perpustakaan memang tampak sepi.

Hanya ada beberapa pengunjung yang membaca di sana.

Berbeda dengan weekend yang tampak lebih ramai.

"Dalam sehari jumlah pengunjungnya berkisar dari 50-150 orang," jelasnya.

Nella menambahkan, jam operasional yang panjang tersebut bahkan kerap dimanfaatkan masyarakat untuk ngabuburit ketika bulan Ramadhan.

Demikian, profil Perpustakaan Daerah Lampung atau Perpusda Lampung. (Tribunlampungwiki.com/Kiki Novilia).

Videografer Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved