Jembatan Gantung di Bengkulu Putus, 4 Orang Tewas dan 6 Hilang
Jembatan gantung putus di Desa Manau Sembilan II, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu, Minggu (19/1/2020) sekira pukul 15.00 WIB.
Penulis: Gusti Amalia | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Jembatan gantung putus di Desa Manau Sembilan II, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu, Minggu (19/1/2020) sekira pukul 15.00 WIB.
Peristiwa tersebut mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, 6 orang dinyatakan hilang, dan 17 orang selamat setelah terjatuh dari Jembatan gantung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur Ujang Syafiri menjelaskan, saat kejadian para korban berada di atas jembatan untuk berwisata.
Kawasan tersebut merupakan objek wisata Desa Batu Luwis yang sering dikunjungi.
Korban yang berada di atas Jembatan, memanfaatkan waktu untuk berswafoto di atas Jembatan secara kebetulan arus sungai dalam kondisi deras terjadi banjir.
Diduga kelebihan beban saat para korban swafoto.
• Dipadati Pengunjung, Jembatan Gantung di Objek Wisata Curup Kereta Putus
• VIDEO Ganjar Akan Ubah Keraton Agung Sejagat Jadi Tempat Wisata
• VIDEO Dua Dump Truk Adu Banteng di Jalinsum Lamsel
• VIDEO Anjing Kejar-kejar Pengendara Motor Bawa Bayi sampai Jatuh, Salah Siapa?
Diduga karena kelebihan beban para korban di atas Jembatan berjatahun ke arus sungai yang kebetulan dalam kondisi banjir.
"Remaja-remaja itu berwisata di atas Jembatan," kata Ujang, Minggu (19/1/2020).
"Saat itu mereka selfie-selfie," lanjutnya.
Jembatan putus, diduga akibat kelebihan kapasitas.
Selain itu, ada dugaan saat di atas Jembatan para remaja menggoyang-goyangkan Jembatan.
"Diduga kelebihan kapasitas. Ada dugaan juga remaja sempat menggoyang-goyangkan Jembatan," kata Ujang.
Saat ini proses pencarian korban masih dilakukan oleh tim gabungan TNI/Polri, Basarnas, BPBD dan sejumlah organisasi Mahasiswa Pencita Alam dari Universitas Bengkulu.
Jembatan di Curup Putus
Bupati Way Kanan Raden Adipati Surya membenarkan adanya insiden Jembatan putus di objek wisata Curup Kereta.
Menurut Adipati, putusnya Jembatan karena membeludaknya pengunjung tempat wisata yang berada di Blambangan Umpu, Way Kanan pada liburan tahun baru lalu.
Diperkirakan, ada sekitar 8 ribu pengunjung yang memadati Curup Kereta pada Rabu (1/1/2020) lalu.
Apalagi, kata Adipati, konstruksi Jembatan memang kurang kuat karena dibuat secara swadaya.
“Jembatan memang dibuat swadaya oleh masyarakat sendiri,” ujar Adipati, Jumat (3/1/2020).
Pengelola, terus Adipati, saat itu diduga tidak memberikan informasi kepada pengunjung terkait kapasitas Jembatan.
"Ke depannya, perlu ada pemberian informasi mengenai jumlah yang bisa melewati Jembatan," tambahnya.
Menurut Adipati, pemerintah sudah berupaya memajukan sektor pariwisata, seperti memberikan edukasi kepada pengelola bagaimana cara membangun sarana dan prasarana yang aman dan nyaman.
"Seperti membangun Jembatan yang aman bagaimana, terus bisa di lewati berapa orang dengan kesesuaian bahan baku pembuatannya," bebernya.
Adipati juga meminta pengelola pariwisata untuk menyiapkan petugas yang bersiaga jika terjadi insiden.
Jembatan gantung di objek wisata Curup Kereta, Blambangan Umpu, Way Kanan, putus pada liburan tahun baru lalu.
Merza Jaya, pengelola Curup Kereta, membenarkan insiden putusnya Jembatan gantung.
Ia mengatakan, peristiwa itu terjadi pada libur tahun baru, Rabu (1/1/2020) lalu.
Saat itu, di Jembatan gantung terdapat banyak pengunjung.
Diduga tak kuat menahan beban, Jembatan yang hanya terbuat dari pohon pinang itu roboh.
“Iya betul kami dari pengelola mengakui adanya insiden tersebut. Jembatan full kapasitas,” kata Merza, Jumat (3/1/2020).
Akses di Dente Teladas Rusak, Siswa ke Sekolah Meniti Jembatan Putus
Jembatan gantung yang menjadi penghubung akses jalan warga Kampung Sungai Burung, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulangbawang putus, Kamis (5/12) dini hari.
Akibatnya, rutinitas sehari-hari masyarakat setempat terhambat. Bahkan kesulitan juga dialami para pelajar yang mana Jembatan gantung tersebut merupakan bagian akses jalan penyeberangan menuju sekolah.
Dengan kondisi Jembatan tersebut, para siswa yang berangkat sekolah terpaksa harus menyeberang dengan meniti dan menggenggam erat tali baja yang membentang di atas sungai, tanpa menghiraukan keselamatan demi sampai ke sekolah tepat waktu.
Menurut Jamal, warga setempat, terputusnya seling Jembatan gantung tersebut akibat air pasang serta hujan lebat yang melanda pada Kamis kemarin.
"Putusnya Kamis kemarin, malam itu hujan dan air pasang besar," ujarnya.
Dikatakannya, jembatan itu merupakan satu-satunya akses yang digunakan warga untuk penyeberangan dan masyarakat bergantung dengan Jembatan tersebut.
Dengan kondisi jembatan tersebut, akses pendidikan terhambat karena anak-anak sekolah terpaksa menyebrang.
Selain itu, aktivitas nelayan juga terganggu karena jalur tersebut tidak dapat dilalui oleh kapal maupun speed boat yang sering digunakan nelayan.
"Susah kalau putus gini, terhambat semua, khawatir juga sama anak-anak yang mau sekolah nyeberang niti jembatan gitu bahaya, nelayan juga gak bisa lewat," keluhnya.
"Jadi kalau jembatan belum diperbaiki, semua aktivitas warga terhambat," terang Jamal yang juga mantan Kepala Kampung Sungai Burung.
Untuk itu ia berharap pemerintah kabupaten setempat dapat mengirimkan bala bantuan serta dapat mengatasi putusnya jembatan tersebut, sehingga akses jalan dapat kembali normal.
"Kami harap pemerintah dapat segera memperbaiki, supaya aktivitas warga dan anak-anak sekolah bisa seperti biasanya," tutupnya.
Terkait persoalan ini Kadis PUPR Tuba Puncak Stiawan belum bisa dihubungi.
Gotong Royong Warga
Sebelumnya masyarakat Kampung Karya Cita Abadi, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulangbawang meminta pemkab membangun Jembatan dan jalan di wilayah itu.
Sutrisno, warga setempat mengatakan, masyarakat membutuhkan empat Jembatan penyeberangan di Kampung Karya Cita Abadi.
Ini lantaran kondisi fisik Jembatan saat ini yang terbuat dari kayu gelam kondisinya seadanya. Jembatan kayu itu merupakan hasil gotong royong warga.
"Sayangnnya Jembatan darurat ini tidak tahan lama. Kami menginginkan Jembatan permanen, mau buat tidak punya dana wajar kalau meminta bantuan," papar Sutrisno, beberapa waktu lalu.
Keberadaan Jembatan itu sangat vital bagi warga. Selain sebagai tempat penyeberangan, keberadaan Jembatan permanen sangat dibutuhkan untuk membantu mengeluarkan hasil bumi. (Tribunlampung.co.id/Anung Bayuardi/Endra Zulkarnain)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id
Videografer tribunlampung/Gusti Amalia