VIDEO Komunitas Gajahlah Kebersihan Fokus di Bidang Pendidikan Lingkungan Sampah Laut

Isu lingkungan terutama sampah yang makin lama makin memprihatinkan membuat para pemuda tergerak.

Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Romi Rinando

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Isu lingkungan terutama sampah yang makin lama makin memprihatinkan membuat para pemuda tergerak.

Komunitas Gajahlah Kebersihan adalah salah satunya.

Komunitas ini menjadi yang pertama di Lampung yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan, khususnya sampah laut.

Latar Belakang

Gajahlah Kebersihan terbentuk berkat program Indonesian Youth Marine Debris Summit (YMDS) pada 2017.

Program yang mempertemukan pegiat lingkungan se-Indonesia ini menginspirasi empat orang pesertanya yakni Dicky Dwi Alfandy, Edy Fajar Prasetyo, Putri Winda Sari dan Mutia.

VIDEO Intip Kegiatan Logistik Kantor Pos Bandar Lampung

VIDEO Belajar Menulis dan Membaca di Komunitas Jendela Lampung

VIDEO Komunitas Berkat Yakin (Kober), Komunitas Seni Ternama di Lampung

Keempat orang tersebut lantas bertekad untuk membentuk sebuah komunitas.

Gajahlah Kebersihan kemudian lahir bertepatan di Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2017.

Komunitas Gajahlah Kebersihan berfokus pada isu sampah laut.

Hal ini lantaran mengingat Indonesia adalah penyumbang sampah laut nomor dua di dunia, serta Bandar Lampung menjadi yang paling kotor di Indonesia.

Gajah

Nama Gajahlah Kebersihan merupakan plesetan dari kata jagalah.

Meski awalnya adalah plesetan, nama tersebut sekaligus mem-branding Provinsi Lampung yang identik dengan gajah.

Jadi, ketika mendengar kata Gajahlah Kebersihan, maka secara otomatis masyarakat akan langsung mengingat Lampung dan lingkungan. 

Nama tersebut kemudian resmi dipakai hingga saat ini.

Online dan Offline Gajahlah Kebersihan

Bertekad menjadi komunitas yang aktif di bidang pendidikan lingkungan sampah laut.

Gajahlah Kebersihan merumuskan programnya ke dalam dua format, yakni online dan offline.

Program offline meliputi workshop, training pemberdayaan masyarakat Lampung di bidang lingkungan, clean up pantai, roadshow ke universitas-universitas dan pembuatan project daur ulang sampah.

Sedangkan program online meliputi seminar online, membuat konten di sosial media, serta lomba-lomba menulis bertema lingkungan.

Program-program tersebut dipilih dengan pertimbangan fokus Gajahlah Kebersihan sebagai komunitas yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan. 

Salah satu program terbesar yang diselenggarakan Gajahlah Kebersihan adalah Lampung Youth Marine Debris Summmit (LYMDS).

Program adaptasi dari Indonesian Youth Marine Debris Summmit ini mempertemukan para pemuda Lampung yang peduli dengan isu lingkungan sampah laut.

Program yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut ini diisi dengan banyak rangkaian acara seperti presentasi mini project, seminar, clean up di Sukaraja Teluk Betung, praktik zero waste dan lain-lain.

Kini Gajahlah Kebersihan telah menjangkau lebih dari 12.500 peserta di bidang edukasi sampah baik secara online maupun offline.

Dengan jumlah sebesar itu, komunitas yang ditargetkan untuk memberdayakan para pemuda ini berharap ilmu yang disampaikan bisa terus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Gajahlah Kebersihan bahkan mengadakan monitoring keberlanjutan para pesertanya setiap tiga bulan sekali guna memantau progres mereka.

Didukung Ibu-Ibu

Meskipun target awal Gajahlah Kebersihan adalah para pemuda usia 17-25 tahun, tapi ternyata banyak ibu-ibu yang antusias untuk mengikuti rangkaian kegiatannya seperti seminar maupun praktik daur ulang sampah

Praktik tersebut bentuknya bisa bermacam-macam, disesuaikan dengan potensi daerah yang sedang dikunjungi.

Contohnya seperti membuat sabun Lerak dan membuat tas dari bungkus kopi.

Praktik tersebut dipandu oleh anggota Gajahlah Kebersihan dengan melihat referensi dari konferensi-konferensi serupa sekaligus sharing dengan banyak orang.

Anggota se-Indonesia

Sejauh ini Gajahlah Kebersihan memiliki sekitar 110 anggota yang terdiri atas dua jenis keanggotaan, yakni nasional dan provinsi. 

Untuk di Provinsi Lampung terdapat 40 anggota, sedangkan nasional terdapat 70 anggota.

Mereka memiliki jobdesk masing-masing.

Anggota provinsi bertanggung jawab menjalankan program kerja offline seperti workshop, training pemberdayaan masyarakat Lampung di bidang lingkungan, clean up pantai, roadshow ke universitas-universitas dan pembuatan proyek daur ulang sampah.

Sedangkan anggota provinsi bertanggungjawab menjalankan program kerja online seperti seminar online, membuat konten di sosial media, serta lomba-lomba menulis bertema lingkungan.

Konsep online dan offline tersebut diberlakukan mengingat pendiri Gajahlah Kebersihan tidak hanya berdomisili di Lampung, melainkan juga Banten dan Sumatera Selatan.

Mereka perlu terhubung satu sama lain melalui internet agar bisa menjalankan program-program di Gajahlah Kebersihan.

Sekaligus menyebarkan ilmu dan informasi tentang sampah laut dengan jangkaan yang lebih luas. 

Gajahlah Kebersihan sangat terbuka untuk menerima anggota baru sepanjang tahun.

Para calon anggota hanya perlu menghubungi Gajahlah Kebersihan melalui akun Instagram di @gajahlahkebersihan.id, kemudian menyertakan CV dan menulis esai.

Kerjasama

Dalam melaksanakan kegiatannya, Gajahlah Kebersihan bekerjasama dengan banyak pihak.

Di antaranya adalah Blue Waves, SNV, Eco-business Indonesia, YKWS, Telkomsel, DLH Kota Metro, DLH Kota Bandar Lampung, DLH Provinsi Lampung, Young Southeast Asean Leaders Initiative (YSEALI), dan beberapa NGO lainnya.

Kerjasama-kerjasama tersebut kemudian menjadi penopang utama pendanaan kegiatan di Gajahlah Kebersihan.

Harapannya, dengan bantuan dan kerjasama dari banyak pihak, komunitas lingkungan yang satu ini dapat mengurangi masalah sampah laut hingga 70 persen pada tahun 2025. (Tribunlampungwiki.com/Kiki Novilia)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved