Kasus Bocah Meninggal karena DBD di Lampung Utara, Apa Bedanya DBD dan Demam Biasa?
Kasus Bocah Meninggal karena DBD di Lampung Utara, Apa Bedanya DBD dan Demam Biasa?
Penulis: heri | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Apa bedanya demam berdarah dengan demam biasa dan demam dengue? Gejala dan tanda-tanda DBD dan demam biasa.
Seorang bocah 11 tahun di Lampung Utara meninggal dunia akibat DBD (demam berdarah dengue).
Keluarga awalnya menganggap Aulia Rahma hanya mengalami panas demam biasa dan tidak membawanya ke rumah sakit.
Aulia baru dibawa ke rumah sakit saat kondisinya parah hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUD Abdul Moeloek.
Banyak kasus kematian atau tingkat keparahan demam berdarah yang diakibatkan ketidakpahaman sebagian besar masyarakat.
Umumnya, pada fase awal pasien penderita seringkali mengira mereka hanya sakit demam biasa. Sehingga menyebabkan banyak pasien telat mendapat penanganan medis.
Dokter spesialis anak konsultan bidang infeksi dan dan penyakit tropis, Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, ada beberapa tanda yang patut dicurigai demam berdarah.
"Pada dengue demamnya mendadak. Misalnya pagi masih sekolah, malamnya dengue. Itu bedanya dengue dengan penyakit lain," kata Sri dalam acara peluncuran gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah di Jakarta, Kamis (3/3) pada KompasHealth.
• Dikira Demam Biasa, Bocah di Lampung Utara Tak Sembuh Dirujuk ke 3 RS hingga Meninggal
• Sempat Kejang dan Pendarahan, Perawat RSUD Bandar Lampung Meninggal Dunia Diduga karena DBD
• 9 Fakta PNS Meninggal Akibat Demam Berdarah di Lampung, Dirawat di Klinik karena Rumah Sakit Penuh
Demam yang dialami secara mendadak suhunya juga cukup tinggi, yaitu mencapai lebih dari 38 derajat celsius.
Pada demam berdarah, bisa muncul gejala, seperti sakit kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri belakang mata, hingga muncul ruam kulit.
Ini perbedaan demam biasa dengan demam berdarah.
"Kalau demam plus pilek dan batuk, itu sudah pasti bukan dengue. Kalau demam enggak jelas, nyeri sendi, itu dengue," lanjut Sri soal perbedaan demam biasa dengan demam berdarah.
Pada anak-anak, demam yang muncul sering kali disertai dengan mual, muntah, nyeri perut, dan diare.
Gejala demam pada anak harus diwaspadai oleh orang tua, apalagi pada anak berusia di bawah 5 tahun.
Sebab, balita belum bisa mengungkapkan keluhannya dengan jelas, hanya bisa menangis ketika merasa sakit.
Frekuensi buang air kecil yang sedikit atau baru pipis lebih dari 4-6 jam, juga patut dicuriagi DBD.
Hati-hati juga jika demam tiba-tiba turun setelah tiga hari.
Pada kasus DBD, suhu tubuh yang turun merupakan fase kritis.
Jangan sampai terkecoh dengan siklus pelana kuda pada DBD.
Waspadai juga demam berdarah ketika ada orang-orang di lingkungan sekitar rumah telah terkena DBD.
Bedanya DBD dan demam dengue
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue.
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Musim hujan telah tiba, ada banyak penyakit yang bisa menghampiri manusia.
Salah satunya demam berdarah dengue (DBD).
Apa itu demam berdarah?
Apa bedanya demam berdarah, demam berdarah dengue atau DBD dan demam dengue atau DD?
dr Isura Febrihartati dari Rumah Sakit RSUD Abdul Moeloek mengatakan, selain demam berdarah dengue DBD ada juga DD (demam dengue).
Bedanya Demam Dengue dengan demam berdarah dengue adalah demam dengue tidak ada pecahnya pembuluh darah plasma, tapi DBD ada pembuluh darah plasma yang pecah.
Namun baik DB maupun DBD sama-sama disebabkan nyamuk aedes aegypti.
Ciri-ciri nyamuk itu adalah tubuhnya berwarna hitam putih dan banyak hidup di air bersih.
"Tapi tidak menutup kemungkinan, nyamuk itu bisa hidup di genangan air yang biasanya muncul di musim hujan. Untuk itu saat sudah memasuki musim hujan sebaiknya waspada dengan nyamuk itu," kata dr. Isura.
Ciri-ciri demam dengue dan demam berdarah dengue
Ciri-ciri DD adalah demam 39-40 derajat celcius selama 2-7 hari.
Pada hari ke 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubeolliform.
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal, lengan atas, dan tangan.
Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada kulit yang normal, dan dapat disertai kulit yang gatal.
Sedangkan dalam DBD terdapat tiga fase yakni fase demam, kritis, dan masa penyembuhan.
Fase demam adalah demam tinggi 2-7 hari, dapat sampai 40 derajat celcius, dan terjadi kejang demam.
Selain itu dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan dengan faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut
Sedangkan pada fase kritis terjadi puncak kebocoran plasma, sehingga pasien dapat mengalami shock hipovolemik.
Pada fase ini penting untuk mengenali warning sign untuk mengatasi syok.
Warning sign terjadi menjelang akhir fase demam antara hari 3-7.
Tanda awal berupa muntah terus menerus dan nyeri perut hebat.
Perdarahan mukosa spontan atau perdarahan ditempat pengmbilan darah merupakan manifestasi perdarahan penting
Lalu sering ditemukan hipatomegali.
Terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 sel / mm3, kenaikan hematokrit diatas data dasar dan leukopenia (≤5000 sel/mm3).⁴
Kemudian fase penyembuhan. Dalam fase ini apabila pasien dapat melalui fase kritis selama 24-48 jam, terjadi reabsorbsi cairan dari ruang ekstravaskular keruang intravaskular, yang berlangsung secara bertahap 48-72 jam
Fase penyembuhan ditandai dengan deuresis membaik dan nafsu makan kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti.
Gejala umum dapat ditemukan sinus bardikaria/aritmia dan karakteristik confluent petechial rash seperti pada demam dengue atau DD.
Masa pengobatan demam berdarah dengue atau DBD hingga sembuh membutuhkan waktu satu sampai dua minggu.
Tapi tidak semua pasien DBD harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk mengobati DBD.
Pasien yang menjalani rawat inap adalah pasien yang mengalami demam tinggi, pendarahan (misal mimisan dan muntah darah), serta pasien yang mengarah ke kondisi gawat darurat.
DBD bisa dicegah.
Caranya dengan makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup. Kemudian perhatikan kebersihan lingkungan dengan melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur).
Langkah pencegahan selanjutnya adalah dengan melakukan fogging dan menggunakan bubuk abate.
Fogging dapat mematikan nyamuk jerawat. Sedangkan bubuk abate bisa mematikan jentik pada air.
Lalu gunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang.
Gunakan juga obat penangkal nyamuk mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi. Jika mengalami demam tinggi, segera minum obat penurun panas. (Tribunlampung.co.id)