Viral Calon Dokter Dilamar Uang Panai Tembus Rp 3 M, Rekor Panai Terbesar Milik Kakek Tajuddin
Menanggapi viralnya acara mappettu ada tersebut, salah satu kerabat pihak perempuan meluruskan kabar tentang angka Rp 3 miliar itu.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID- Lamaran merupakan momen membahagiakan bagi para calon pengantin.
Namun acara lamaran di daerah-daerah di Provinsi Sulawesi Selatan ini memang cukup berbeda dari daerah lain di Indonesia
Pasalnya nilai uang Panainya terbilang fantastis bahkan ada yang jumlahnya mencapai miliaran rupiah.
Setidaknya beberapa pasangan calon pengantin dari daerah Sulawesi Selatan yang sempat menjadi sorotan publik karena nilai uang maharnya mencapai angka fantastis.
Terbaru viral di media sosial Facebook, dimana seorang wanita cantik dilamar pria dengan Uang Panaik Rp 3 miliar
• Anak Orang Terkaya di Kalimantan Lamaran, Intip Foto-foto Mewahnya
• Artis Menikah dengan Mahar Paling Fantastis, Ada yang sampai Diberi Rp 40 Miliar
• Uang Panaik Rp 10 Juta Ditolak, Calon Pengantin Ini Bunuh Diri
Informasi tentang Mahar fantastis tersebut awalnya diunggah akun Facebook Irha Firman.
Setidaknya, postingan yang diposting pada Senin (10/2/2020) pukul 13.30 WITA, sudah dibagikan sebanyak 3.453 kali.
Dikomentari sebanyak 211 kali, dan direspon sebanyak 422 orang.
Acara lamaran tersebut berlangsung di kediaman Aqilla di Cabbenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Senin (10/2/2020) kemarin.
Jika biasanya acara Mappettuada dilaksanakan sederhana, tidak dengan acara lamaran yang satu ini.
Belum juga resepsi pernikahan, pihak keluarga sudah menghadirkan dua penyanyi Dangdut beken, yakni Evi Masamba dan Selfi LIDA.
Belakangan diketahui, acara tersebut adalah acara Omar Syaharuddin, Ketua HIPMI Kabupaten Gowa yang mempersunting pujaan hatinya bernama, Aqilla Nadya Zalsabilah, yang merupakan anak salah satu pengusaha di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng.
Selain dikenal sebagai akan pengusaha sukses, si cewek juga bukan orang sembarang.
Dirinya merupakan seorang mahasiswi lulusan kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Artinya si cewek nantinya segera akan menjadi dokter.
Menanggapi viralnya acara mappettu ada tersebut, salah satu kerabat pihak perempuan meluruskan kabar tentang angka Rp 3 miliar itu.
"Itu tidak benar, uang panaiknya tidak segitu nilainya," kata salah satu kerabat Aqilla yang enggan disebutkan namanya.
Lebih lanjut, pihak keluarga juga menyebutkan pada acara tersebut justru tidak membahas soal uang mahar atau apa.
"Oh yah itu berjalan alamiah saja, kan yang membuat viral mungkin tidak paham," katanya.
Sayangnya, pihak keluarga enggan membocorkan nominal panaik.
Berikut pasangan pengantin di daerah Sulawesi Selatan yang nilai uang panaiknya mendapat sorotan dan viral
Kakek Tajuddin
Mantan Wakil Wali Kota Parepare, Tajuddin Kammisi (70) menikahi gadis bangsawan Bone, Andi Fitri (25) dengan uang panaik Rp 150 juta ditambah 200 gram emas.
Berita uang lamaran yang cukup fantasis di daerah Sulawesi Selatan sudah beberapa kali viral.
Sebelumnya ada Tajuddin, soerang kakek tajir asal Sulawesi Selatan yang menikahi gadis cantik berusia 47 tahun lebih muda?
Ya, tak hanya ramaikan publik lewat perbedaan usia mempelainya, Kakek Tajuddin juga hebohkan jagat raya media sosial lewat mahar pernikahannya yang mencapai milyaran Rupiah.
Sembilan bulan berlalu, kini nama Kakek Tajuddin kembali jadi buah bibir masyarakat gara-gara kehidupan pernikahannya yang berada di ujung tanduk.
Melansir artikel Intisari, Senin (8/4/2019), kakek tajir, Tajuddin Kammisi menikah dengan seorang mahasiswi cantik bernama Andi Fitri pada April 2017 silam.
Andi Fitri yang saat itu masih berstatus mahasiswi jurusan Ekonomi Universitas Bosowa pun setuju menikah meski terpaut usia 47 tahun dengan calon suaminya.
Pernikahan Kakek Tajuddin pun sontak langsung ramai dibicarakan publik.
Rupanya bukan hanya perbedaan usia antara kedua mempelai saja yang menarik perhatian publik, tetapi juga jumlah mahar pernikahan yang diberikan.
Tak tanggung-tanggung, Kakek Tajuddin sampai menyiapkan uang mahar sebesar Rp 150 juta dengan 200 gram emas.
Tidak cukup sampai disitu, Kakek Tajuddin juga memberikan Andi Fitri sebauh mobil seharga Rp 600 juta plus satu unit rumah mewah di Makassar senilai Rp 700 juta.
Jika ditotal maka mahar yang diberikan Kakek Tajuddin kepada mempelai wanita bisa mencapai Rp 1,4 milyar.
“Jika ditotal semua pemberian mempelai pria bisa jadi sampai Rp 1,4 miliar atau lebih,” kata Kepala Desa Liliriawang (Bone, Sulawesi Selatan) yang akrab disapa Cunding seperti dilansir Tribun Timur.

Namun sayang, rupanya pernikahan mewah Kakek Tajuddin berakhir tragis.
Sembilan bulan membangun biduk rumah tangga, Kakek Tajuddin pun mengugat cerai istrinya, Andi Fitri.
Perselingkuhan pun disinyalir menjadi alasan utama kakek Tajuddin menceraikan sang istri.
"Termohon telah menjalin hubungan/pacaran dengan seorang laki-laki yang tidak dikenal sebelumnya," demikian isi gugatan termohon sebagaimana dilayangkan ke Pengadilan Agama Watampone.
Dilansir Grid.ID dari Tribunnews.com, Kakek Tajuddin menggugat cerai Andi Fitri pada 3 Januari 2018 lalu.
Selama 8 bulan, baik dari pihak Kakek Tajuddin maupun sang istri mengikuti proses sidang perceraian dengan sangat baik.
Baik dari pihak Kakek Tajuddin Kammisi maupun Andi Fitri hanya masing-masing hanya diwakili kuasa hukumnya.
Tepat pada 17 September 2018 lalu, Pengadilan Negeri Agama Watampone akhirnya mengabulkan gugatan cerai Kakek Tajuddin.
Terlepas dari kasus perselingkuhan yang disinyalir menjadi alasan Andi Fitria diceraikan pun, Kakek Tajuddin merasa bersyukur atas perceraian ini.
Hal ini pun diungkapkan Kakek Tajuddin melalui kuasa hukumnya, Andi Aswa Azis.
"Bapak Tajuddin sangat bersyukur akhirnya pengajuan perceraiannya dikabulkan, ini berjalan kurang lebih delapan bulan," kata Andi Aswar Azis seperti yang dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com.
Bripda Iin Ariska Syahrir dan Irsam Mulianasir
Kedua pasangan ini mendapatkan sorotan publik, uang panaiknya mencapai Rp 300 Juta.
Namun, ternyata jumlah tersebut terbilang sedikit dalam tradisi bugis.
Dikutip dari Kompas.com, Uang panai atau yang disebut juga sebagai uang belanja untuk mempelai wanita yang diberikan oleh mempelai pria memang merupakan tradisi adat suku bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.
Tradisi ini sudah berlaku sejak dulu untuk pria jika ingin melamar wanita idamannya.

Hingga kini, tradisi tersebut tetap lestari, sehingga salah satunya dijalankan oleh keluarga Bripda Iin Ariska Syahrir dan Irsam Mulianasir.
Perbedaan pandangan terhadap tradisi uang panai bisa jadi merupakan penyebab adanya penilaian negatif terhadap tradisi tersebut.
Uang panai kadang dianggap sebagai beban bagi pria saat ingin melamar wanita idamannya.
Hal itu karena biasanya nilai uang panai yang disyaratkan tidaklah sedikit.
Jumlah Rp 300 Juta dalam lamaran Bripda Iin Ariska Syahrir dan Irsam Mulianasir bahkan terbilang sedikit karena biasanya uang panai dalam tradisi Bugis bisa mencapai miliaran rupiah.
Sadli Nurjaffia Ichsan dan Andi Emma Ainun Nidzma

Putra Mantan Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo menggelar telah resmi menikah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan pada Sabtu (23/2/2019).
Hal tersebut disampaikan oleh akun @makassar_iinfo pada Sabtu (23/2/2019).
Menurut keterangan, dikabarkan uang panai dalam pernikahan tersebut mencapai Rp1 Miliar.
Sedangkan prosesi ijab kabul tampak dalam unggahan adik Jaffi, Roida Halilalah Falih Ichsan, di Instagram, @falihichsan.
"Saya terima nikahnya Andi Emma Ainun Nidzma bin Andi Muh Rizal dengan mahar 88 real, seperangkat alat salat, dan satu stel perhiasan emas berlian tunai karena Allah," ucap Jaffi yang disambut sorak sorai.
Dikutip dari Tribun Timur, resepsi Jaffi dan Emma akan digekar di Hotel Claro, Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (24/2/2019).
Seorang kolega Jaffi, Ian Latanro, mengatakan bahwa Sandiaga Uno dijadwalkan akan menghadiri resepsi tersebut.
"Saya dengar-dengar begitu, tapi saya belum cek lagi," kata Ian.
Tak mengikuti jejak sang ayah dan adiknya yang jadi Bupati Gowa, Jaffi memilih untuk menjadi pebisnis.
Sedangkan, Emma baru saja menyelesaikan Pendidikan Kedokteran di Universitas Hasanuddin Makassar.
Lalu, bagaimana jumlah uang panai bisa berbeda-beda dan jumlahnya fantastis?
Dikutip dari Kompas.com, Uang panai memiliki kelas sesuai dengan strata sang wanita, mulai dari kecantikan, keturunan bangsawan, pendidikan, hingga pekerjaannya.
Pengaruh faktor pendidikan misalnya, jika gadis yang akan dilamar memiliki pendidikan sebagai sarjana strata 1, harga panai akan lebih mahal dari gadis lulusan SMA, sedangkan perempuan lulusan S2 akan jauh lebih mahal dari perempuan lulusan S1.
Sebagai contoh, jika uang panai bagi perempuan lulusan SMA senilai Rp 50 juta, maka uang panai bagi gadis berpendidikan S1 diperkirakan Rp 75 juta hingga Rp 100 juta.
Untuk perempuan berketurunan bangsawan, nilai uang panai bisa mencapai miliaran rupiah.
Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi nilai uang panai, seperti sang gadis misalnya sudah berhaji atau belum.
Meski demikian, nilai uang panai biasanya masih bisa didiskusikan oleh keluarga kedua calon mempelai.
Toleransi jumlah uang panai antar keluarga calon mempelai juga terungkap dalam lamaran Bripda Iin Ariska Syahrir dan Irsam Mulianasir.
Hal itu diceritakan dalam klarifikasi keluarga mempelai pria yang diposting oleh salah satu kerabat mempelai pria.
Disebutkan dalam postingan tersebut, bahwa jumlah yang diberikan oleh Irsam Mulianasir kepada Bripda iin Ariska Syahrir tidak ada apa-apanya dan telah menjadi kesepakatan kedua belah pihak.
"...Di pihak perempuan uang panaik sebegitu tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan keadaannya karena beliau memiliki segalanya.
Jadi netizen jangan heran orang yang tidak memiliki jabatan saja di panaiki di atasnya bahkan ada 1 milyar tapi itu semua sah-sah saja yangg penting sepakat kedua belah pihak," begitu potongan postingan akun Facebook Mulia Nasir.
Menurut keluarga mempelai pria 'kelas atau strata' Bripda Iin Ariksa Syahrir tak sebanding dengan jumlah tersebut.
"...Jadi seandainya pihak perempuan mau kalau ibarat barang mau dia jual kami tidak bisa membelinya itu saja kuncinyam" bunyi potongan postingan Mulia nasir.
"Mahal'nya uang panai dalam tradisi bugis yang sering dipertanyakan tentu memiliki sejarah atau alasannya.
Konon zaman dulu, para orangtua ingin melihat keseriusan sang pria dalam melamar anak wanitanya sehingga sang pria betul-betul berusaha mengupayakan uang panai untuk mendapatkan wanita pujaan hatinya.
"Makanya susah untuk mendapatkan orang suku Bugis Makassar, tapi susah pula lepasnya atau bercerai. Dalam artian, tingginya harga panai akan membuat pihak lelaki akan berpikir seribu kali untuk menceraikan istrinya karena ia sudah berkorban banyak untuk mempersunting istrinya.
Pada uang panai itulah dilihat kesungguhan sang pria untuk mendapatkan wanita pujaan hatinya," kata Budayawan Sulawesi Selatan Nurhayati Rahman, Sabtu (11/3/2017)m dikutip dari Kompas.com.
Dosen Universitas Hasanuddin ini mengatakan, uang panai merupakan penghargaan pria kepada sang gadis yang ingin diperistri.
Menurut dia, uang panai menunjukkan dengan jelas bahwa warga Bugis sangat menghargai keberadaan perempuan sebagai makhluk Tuhan yang sangat berharga sehingga tak sembarang orang dapat meminang wanita Bugis.(Artikel ini sudah tayang di Tribun medan.com dan Grid.id)