Giliran Tagar #STOPacaraILC Muncul di Twitter Setelah Tagar #ILCPanggungProvokasi

Giliran tagar #STOPacaraILC muncul di Twitter setelah tagar #ILCPanggungProvokasi

Penulis: taryono | Editor: taryono
twitter
Giliran Tagar #STOPacaraILC Muncul di Twitter Setelah Tagar #ILCPanggungProvokasi 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Giliran tagar #STOPacaraILC muncul di Twitter setelah tagar #ILCPanggungProvokasi.

Kedua tagar tersebut sama-sama masuk trending topic Twitter.

Hingga Rabu 19 Februari 2020 sore, tagar #ILCPanggungProvokasi telah ditweets lebih 18 ribu kali.

Apa tanggapan sang host ILC TV One Karni Ilyas?

Dilihat akun Twitter, Rabu sore, Karni Ilyas belum buka suara.

Meski demikian, akun Twitter @karniilyas terlihat meretweeted kicauan akun Twitter @AriefBudianto77.

Sudjiwo Tedjo Tanggapi Pernyataan Ketua BPIP di ILC: Aku Enggak Bela Kaumnya Pak Jokowi Ya

Buntut Tema ILC TV One Selasa Malam, Tagar #ILCPanggungProvokasi Jadi Trending Topic Twitter

Sudjiwo Tedjo Sindir Sikap Mahfud MD saat Aa Gym Berbicara di Acara ILC

Dalam kicauannya, akun tersebut meminta netizen tak menyalahkan Karni Ilyas terlepas tema dan narasumber yang diundang ke ILC TV One.

"Apapun temanya dan narsumnya jgnlh salahkan KI, krn pro kontra akan s3lalu ada. Cebong, Kampret dan Kadrun sama sama gak akan pernah puas," tulisnya.

Dilansir Tribun Timur, Talkshow ILC TV One Selasa (18/2/2020) tadi malam berlangsung seru. 

Host ILC TV One Karni Ilyas mengangkat tema Agama musuh besar Pancasila mengutip pernyataan Ketua BPIP Yudian Wahyudi.

Selain Mahfud MD, narasumber yang hadir di antaranya:

Zaitun Rasmin (tokoh agama)

Frans Magnis (tokoh agama)

Fajroel Rahman (akademisi)

Adian Napitupulu (politisi PDIP)

Ali Mochtar Ngabalin (politisi).

Pernyataan Ali Ngabalin menyita perhatian.

"Saya agak pelan-pelan supaya bisa ditelaah pengertiannya dengan baik. Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang para cerdik pandainya memberikan pencerahan kepada masyarakat yang tidak mengerti suatu masalah. Karena agama sebagai satu sistem keyakinan, sistem nilai, mendasar sakral dan menyeluruh," kata Ali Ngabalin mengawali ulasannya.

Bahkan mantan anggota DPR RI ini menyesalkan sejumlah ormas keagamaan termasuk Muhammadiyah dan NU bahkan Majelis Ulama Indonesia tidak klarifikasi langsung ke Yudian Wachyudi soal kebenaran pernyataan 'Agama Musuh Besar Pancasila'.

Apakah Muhammadiyah salah, dan NU salah dan majelis ulama salah? Saya hanya mau mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tabayyun. apa itu tabayyun? Cek dan ricek," kata Ali Ngabalin dikutip tribun-timur.com dari akun youtube Indonesia Lawyers Club.

Ali Ngabalin membacakan Surah Al Hujurat Ayat 6 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

"Kalau ada masalah yang Anda dengar menurut perintah agama kita paham agama kita mengerti tentang tauhid kita paham syariah kenapa kita lakukan Tabayun," kata Ngabalin.

"NU Muhammadiyah MUI salah dong kalau begitu? tanya Karni Ilyas

"Yudian ini kan saudara kita, kawan kita. orang yang diamanahkan oleh presiden untuk memimpin lembaga yang menjadi Legacy presiden Joko Widodo. Bagaimana tidak orang upacara 17 agustus hormat bendera itu Thogut, Pancasila itu thogut? Kau mau hidup di negara mana? kerangka berpikir inilah yang harus dipakai karena itu perintah Al Quran.  Terlalu banyak orang beragama tapi dia tidak mengerti Tuhannya yang disembah" jawab Ngabalin.

"Pemahaman Agama yang Sempit Musuh Terbesar Pancasila" tegas Ngabalin disambut aplaus penonton di studio.

"Saya tidak ragu pernyataan Pak Yudian itu," lanjutnya.

Simak video lengkapnya:

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi belakangan ini tengah menjadi perhatian publik atas pernyataannya soal agama adalah musuh  terbesar Pancasila.

Yudian pun kemudian memberikan klarifikasi soal pernyataan kontroversialnya tersebut.

Menurutnya, penjelasan yang dimaksud adalah bukan agama secara keseluruhan, tapi mereka yang mempertentangkan agama dengan pancasila.

Karena menurutnya dari segi sumber dan tujuannya Pancasila itu religius atau agamis.

"Karena kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci keenam agama yang telah diakui secara konstitusional oleh negara Republik Indonesia," tegasnya, Rabu (12/2/2020).

Menurut Yudian, Pancasila adalah penopang maka butuh kesetiaan atau sekuler namun bukan sekularisme untuk mewujudkannya.

Selain itu juga membutuhkan ruang waktu, pelaku, anggaran, dan juga perencanaan.

Namun, dalam hubungan ini kerap terjadi ketegangan antara kelompok yang mengaku mayoritas dan mereka membenturkan.

Hal tersebut lah yang dimaksud oleh Yudian sebagai musuh pancasila.

"Kalau tidak pandai mengelola ini perilaku agama-agama ini akan menjadi musuh terbesar. Mengapa? Karena setiap orang beragama, agama siapa kalau dibaca kan ketemunya Islam, Islam siapa begitu, itu yang saya maksud," tutur Yudian.

"Jadi saya ingin menekankan bahwa Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami. Karena itu semua ada di dalam Alquran dan juga Hadits ada. Yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama," ungkapnya.

Yudian juga menjelaskan, yang ia kritik adalah orang beragama yang menggunakan agama atas nama mayoritas, tapi sebenarnya mereka minoritas.

Menurut Yudian mereka membenturkan agama yang mereka klaim dengan Pancasila.

Jika ini dibiarkan, agama akan menjadi musuh terbesar.

"Maka kita harus bisa mengelola dengan baik hubungan agama dengan pancasila," ajak Yudian.

Diberitakan sebelumnya pada Tribunnews.com, Yudian dalam sebuah wawancara dengan media online menyebut Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat.

Dia menunjuk dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah untuk Pancasila sejak era 1980-an.

Tapi memasuki era reformasi, asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam.

Hal ini sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.

"Dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif," kata Yudian.

Yudian mensinyalir, belakangan ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Mereka antara lain membuat ijtima' ulama untuk menentukan calon wakil presiden.

Ketika manuver tersebut hasilnyha kemudian tak seperti yang diharapkan.

Bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka kecewa.

"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," sebut Yudian yang kini juga tercatat sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tersebut.

Kalimat tersebut menjadi polemik dan banyak yang menuntut Yudian untuk segera meminta maaf. ( Tribunlampung.co.id)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved