Sudah Pasang Diskon Besar, Pendapatan PSK Asal China Tetap Menurun, Banyak yang Ganti Identitas
Wanita yang enggan disebut namanya itu mengatakan dia telah mengganti kewarganegaraannya ke "Asia" dalam beberapa direktori seks online.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Dampak virus Corona yang muncul pertama kali di Kota Wuhan China terrnyata ikut berdampak pada dunia prostitusi.
Pasalnya sejumlah pekerja seks komersial mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Lebih mirisnya lagi PSK asal China, pasalnya banyak pelanggan yang menolak PSK yang berasal dari negara CHina.
Seperti terjadi terhadap PSK asal China yang ada di negara Selandia Baru.
Bahkan untuk mensiasati pelanggan, PSK asal China biasanya mengaku bukan berasal dari China.
Sehingga mereka harus pura-pura menyebut negara lain sebagai asal identitas mereka.
• PSK Online Tewas di Kamar Hotel, Terdengar Teriakan hingga Pelaku Terekam CCTV
• PSK Online Tewas Mengerikan Setelah Layani Tamu, Rekan Dengar Teriakan Korban
• Andre Rosiade Singgung Pendukung Ahok dalam Polemik Penggerebekan PSK
Beberapa dari mereka mengaku berasal dari Korea Selatan, Jepang, atau hanya menyebut kata 'Asia' dalam iklan online.
"Saya tidak menyebutkan bahwa saya orang China, dan saya menawarkan diskon besar, tapi klien tetap menghindari kami seolah-olah kami adalah virusnya," kata seorang PSK asal China, dikutip dari New Zealand Herald.
Wanita yang enggan disebut namanya itu mengatakan dia telah mengganti kewarganegaraannya ke "Asia" dalam beberapa direktori seks online.
Meski begitu, pendapatannya tetap menurun sekitar separuh dari biasanya, dalam dua minggu terakhir.
"Bisnis sedang surut dan tidak pernah seburuk ini sebelumnya," ungkapnya.
Padahal wanita itu adalah penduduk Selandia Baru dan belum kembali ke Negeri "Tirai Bambu" dalam delapan tahun terakhir.
Namun tetap saja kliennya tidak peduli, dan melihatnya sebagai "orang dari Wuhan", tempat virus corona yang mematikan itu berasal.
Catherine Healy, seorang aktivis hak-hak PSK di Selandia Baru, mengatakan ini adalah "masa yang sangat mengkhawatirkan bagi pekerja seks".
"Kami prihatin dengan kemampuan orang memghindari virus ini dan bertahan secara finansial," kata Healy pada New Zealand Herald.