Kasus Corona di Indonesia
Gara-gara Wabah Corona, Nilai Tukar Rupiah Bisa Rp 20.000, Menkeu Sri Mulyani: Akan Diantisipasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan melemah dari level yang saat ini, akibat pandemi virus corona.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Imbas pandemi global virus corona atau Covid-19, yang juga dirasakan di Indonesia, bisa berimbas terhadap nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah diprediksi masih akan melemah dari level yang saat ini akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Prediksi tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Dalam skenario berat, kata Sri Mulyani, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 17.500 per dollar Amerika Serikat (AS).
Sementara dalam skenario sangat berat, nilai tukar rupiah bisa menembus level Rp 20.000 per dollar AS.
• Kabar Baik, 2 Pasien Positif Corona di Lampung Dinyatakan Sembuh, PDP Tambah 75 Orang, ODP 998
• UPDATE: Kasus Virus Corona di Dunia Tembus Angka 854.608, Sebanyak 176.908 Orang Berhasil Sembuh
• Wabah Virus Corona Turunkan Konsumsi BBM di Lampung hingga Turun 20 Persen
• Presiden Jokowi Mungkin Lakukan Darurat Sipil Hadapi Covid-19, Simak Penjelasan dan Konsekuensinya
"Kemungkinan terburuknya rupiah bisa mencapai 20.000 per dollar AS," kata Sri Mulyani dalam video conference, Rabu (1/4/2020).
Level ini jauh dari target yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang sebesar Rp 14.400 per dollar AS.
Tak hanya nilai tukar, tingkat inflasi tahun ini juga diperkirakan akan meleset dari target.
Dalam skenario berat Sri Mulyani, inflasi 2020 akan mencapai 3,9% dan skenario sangat berat inflasi akan tembus 5,1%.
Skenario berat harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada di level US$ 38 per barel dan skenario sangat berat ICP berada di level US$ 31 per dollar AS.
Namun demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa ini merupakan skenario terburuk.
Pemerintah berkomitmen akan terus menjaga stabilitas makro ekonomi.
“Ini akan diantisipasi agar tidak terjadi,” kata Sri Mulyani.
Jika Indonesia Lockdown Akibat Virus Corona, Menteri Sri Mulyani: Masalahnya Bukan Uang tapi SDM
Penyebaran virus corona telah membuat beberapa negara menerapkan isolasi secara penuh atau lockdown, di wilayah-wilayah yang dianggap sebagai pusat atau episentrum persebaran virus.
Namun, langkah untuk Indonesia lockdown belum menjadi pilihan pemerintah.
Sementara, beberapa negara yang sudah memilih opsi tersebut yaitu Italia, China, Prancis, Denmark, Filipina, Irlandia, bahkan Malaysia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dari sisi anggaran, pihaknya mengaku selalu siap mendukung berbagai kemungkinan termasuk untuk Indonesia lockdown.
Namun demikian, pemerintah masih memutar otak untuk kesediaan sumber daya manusia (SDM), dalam kaitannya dengan distribusi bahan logistik jika terjadi Indonesia lockdown.
"Kita posisinya terus mendukung jangan sampai kekurangan resources. Masalahnya bukan uang tapi SDM untuk logistic delivery, bagaimana menyampaikan kebutuhan pokok mereka supaya bisa mendapatkan kebutuhan pokok. Ini jadi pusat perhatian dari gugus tugas," ujar Sri Mulyani Indrawati ketika melakukan video conference di Jakarta, Rabu (18/3/2020).
Dilansir Kompas.com, dirinya pun menjelaskan, Kemenkeu tengah berkoordinasi dengan BNPB dalam mempersiapkan berbagai skenario penanganan virus corona di Indonesia.
Skenario tersebut termasuk penanganan di desa juga di lokasi dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi.
"Kalau BNPB memutuskan isolasi, pasti sudah dipikirkan juga bagaimana supporting growth."
"Bahkan sampai masalah ke desa. Kalau di desa, di mana permukiman cukup padat social distance sulit dilakukan," ujar dia.
Wanita yang menjabat sebagai Menteri Keuangan selama dua periode itu pun menjelaskan, saat ini, pemerintah pusat juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk bereaksi secara cepat untuk meminimalkan penularan virus corona.
"Jadi leadership tiap-tiap pemda sangat penting untuk minimalkan penularan, penyebaran, dan untuk bisa menciptakan mekanisme respons efektif, apakah self isolation, karantina, atau masuk puskesmas, rumah sakit, itu pilihan-pilihan yang kita lihat," kata Sri Mulyani Indrawati.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melarang pemerintah daerah untuk melakukan lockdown atau karantina wilayah dalam menghadapi penyebaran virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Jokowi menegaskan bahwa kebijakan lockdown hanya dapat diambil oleh pemerintah pusat.
"Kebijakan lockdown, baik di tingkat nasional dan tingkat daerah, adalah kebijakan pemerintah pusat," ucap Presiden Jokowi dalam jumpa pers di Istana Bogor, Senin (16/3/2020).
"Kebijakan ini tak boleh diambil oleh pemda, dan tak ada kita berpikiran untuk kebijakan lockdown," kata Jokowi.
Dilansir Kompas.com, Jokowi menyebutkan, saat ini, hal yang terpenting dilakukan adalah bagaimana mengurangi mobilitas orang, menjaga jarak, serta mengurangi kerumunan orang yang membawa risiko lebih besar pada penyebaran Covid-19.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan aktivitas yang produktif dari rumah.
"Kebijakan belajar dari rumah kerja dari rumah dan ibadah di rumah perlu terus kita gencarkan untuk menghindari Covid-19 dengan tetap mempertahankan pelayanan kepada masyarakat," kata dia.
Jumlah pasien bertambah
Jumlah pasien virus corona tercatat sebanyak 309 kasus pada Kamis (19/3/2020).
Jumlah itu meningkat dibanding catatan Rabu (18/3/2020) sebanyak 227 kasus.
Hal itu diungkapkan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Gedung BNPB.
"Total kasus pada hari ini adalah 309 orang," ucap Achmad Yurianto.
Pada Rabu (18/3/2020), pemerintah mengumumkan ada 227 kasus Covid-19 di Indonesia.
Dengan demikian ada penambahan 82 kasus baru.
Penambahan itu terhitung sejak Rabu (18/3/2020) pukul 12.00 WIB hingga Kamis (19/3/2020) pukul 12.00 WIB.
Di antara jumlah tersebut, ada 15 pasien yang sudah dinyatakan sembuh dan 25 pasien yang meninggal dunia.
Lacak orang pertama
Sosok orang pertama yang positif terjangkit virus corona di dunia berhasil dilacak para peneliti. Pelacakan orang pertama yang positif terjangkit Covid-19 menjadi penting untuk mengungkap cara dan sumber kemunculan virus tersebut.
Hal itu karena virus corona telah menjadi pandemi global.
Virus tersebut menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dikutip dari Kompas.com, upaya untuk mengungkap sumber kemunculan virus corna dilakukan adalah dengan melacak pasien pertama virus SARS-CoV-2.
Kemudian, hewan tersebut menularkan ke manusia.
Namun kini, virus corona telah menyebar di antara orang-orang tanpa perantara hewan.
Apabila peneliti dapat melacak kasus paling awal, mereka mungkin dapat mengidentifikasi hewan inang tempat virus bersembunyi.
Selain itu, peneliti juga butuh mengetahui bagaimana penyakit tersebut menyebar.
Kemudian, menentukan kasus yang tak terdokumentasi berkontribusi terhadap penularannya akan sangat meningkatkan pemahaman tentan ancaman virus tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh South Morning China Post, kasus pertama virus corona berhasil terlacak.
Seorang individu berusia 55 tahun yang berasal dari provinsi Hubei, China disebut menjadi orang pertama yang terjangkit Covid-19.
Kasus tersebut, menurut data, tercatat pada 17 November 2019, atau sebulan lebih awal dari catatan dokter di Wuhan.
Setelah terjadi kasus 17 November 2019, sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari.
Pada 15 Desember 2019, total infeksi mencapai 27.
Kasus harian tampaknya telah meningkat setelah itu, dengan jumlah kasus mencapai 60 pada 20 Desember 2019.
Dokter di China baru menyadari bahwa mereka sedang menghadapi penyakit baru akhir Desember 2019.
Pada 27 Desember 2019, Zhang Jixian, seorang dokter dari RS Pengobatan Terpadu China dan Barat China, Provinsi Hubei memberi tahu otoritas kesehatan bahwa penyakit disebabkan virus corona baru.
Saat itu, lebih dari 180 orang telah terinfeksi.
Meski pasien kasus 17 November 2019 ini telah terindentifikasi, masih ada keraguan membenarkan individu tersebut benar menjadi orang pertama yang terjangkit.
Masih ada kemungkinan, kasus yang lebih awal lagi untuk ditemukan.
Sementara itu, para ahli di seluruh dunia tak berhenti untuk terus mempelajari virus SARS-CoV-2, menguji vaksin, serta memberikan perawatan supaya pandemi global ini segera berlalu.
2 dokter isolasi diri
Sebanyak 2 dokter di Deliserdang, Sumatera Utara langsung melakukan isolasi diri setelah seorang rekan seprofresi mereka yang positif virus corona meninggal.
Sebelumnya, 2 dokter spesialis tersebut ikut melakukan perjalanan wisata ke luar negeri, bersama rekan seprofesi mereka yang kemudian dinyatakan positif virus corona dan meninggal.
Pasien dengan kode PDP 01 itu meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik, Medan, Sumatera Utara pada Selasa (17/3/2020).
Dilansir Tribun Medan, Direktur RSUD Deliserdang, Hanif Fahri membenarkan bahwa ada 2 dokter spesialis yang sedang melakukan isolasi diri.
"Ia benar, ada dua orang dokter spesialis kita yang nggak masuk saat ini karena wajib isolasi diri sementara ini. Sesuai dengan protokol," ujar Hanif Fahri, Kamis (19/3/2020).
Karena cuti adalah hak, ia kemudian mengizinkan.
Adapun, perjalanan ke luar negeri kedua dokter itu dilakukan ke Eropa.
Selain ke Eropa, mereka juga melakukan perjalanan ke Yerusalem.
Disebut, keduanya baru dapat masuk dan berdinas kembali di rumah sakit pada pekan depan.
"Kondisinya sih masih tetap sehat kedua dokter ini."
"Lima hari lagi lah baru bisa masuk ke rumah sakit."
"Untuk sekarang ini wajib isolasi diri sementara waktu selama 14 hari," kata Hanif Fahri, sebagaimana dilansir Tribun Medan.
• Gaduh Penanganan Virus Corona, Jenderal Kopassus Doni Monardo: Hentikan Semua Perdebatan
• 2 Dokter Langsung Isolasi Diri di Sumatera Utara Seusai 1 Dokter Positif Virus Corona Meninggal
• Driver Taksi Online Dibunuh Pakai Obeng, Pelaku Juga Tewas setelah Diteriaki Istri Korban
• Pengendara Motor Ninja Tewas Terjungkal setelah Motornya Dilempar Bambu
Kadis Kesehatan Deliserdang, Sumatera Utaram Ade Budi Krista menegaskan, hingga saat ini, belum ada warga Kabupaten Deliserdang yang positif terkena virus Covid 19.
" Kami pasti akan ikuti protokoler kesehatan."
"Apabila ada yang memenuhi kriteria maka akan kita lakukan tindakan dengan status ODP dan PDP (Orang Dalam Pengawasan dan Pasien Dalam Pengawasan) selama 14 hari," kata Ade.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dan KONTAN serta Tribunnews.com
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan melemah dari level yang saat ini, akibat pandemi virus corona (Covid-19). (*)