Kasus Corona di Lampung
Wabah Corona, Harga Ayam Potong Turun, karena Pembeli Sedikit, Kadisdag: Manfaatkan Layanan Online
Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandar Lampung Adiansyah mengungkapkan, penurunan harga tersebut mungkin terjadi lantaran stok yang melimpah.
Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Harga ayam potong di pasaran mengalami penurunan.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandar Lampung Adiansyah mengungkapkan, penurunan harga tersebut mungkin terjadi lantaran stok yang melimpah.
Menurut Adiansyah, melimpahnya stok ayam potong di pasaran, juga merupakan imbas dari kebijakan pemerintah yang meminta masyarakat tetap berada di rumah selama wabah virus corona.
"Kalau penurunan (harga), saya rasa di semua sektor yang memang menjadi problem saat kondisi wabah (virus corona)," kata Adiansyah, Sabtu (4/4/2020).
• Bupati Parosil Mabsus Beri Apresiasi ke Tenaga Medis yang Tangani Pasien Corona: Terima Kasih
• Cara Login Website www.pln.co.id dan WhatsApp untuk Layanan PLN Token Listrik PLN Gratis
• Pemprov Lampung Berikan Pemutihan Denda Pajak Motor dan Mobil Selama Wabah Virus Corona
• Bupati Lambar Parosil Mabsus Apresiasi Warga Sekincau Siapkan Makam Bagi Jenazah Positif Corona
"Bahkan, ada beberapa mal tutup tetapi supermarketnya tetap buka, untuk menyiasati supaya kebutuhan masyarakat, seperti sembako tetap ada," imbuh Adiansyah.
Adiansyah juga memperkirakan, konsumsi masyarakat akan ayam potong tidak seperti sebelum virus corona mewabah.
"Kalau dia (harga ayam potong) turun, karena memang konsumsinya tidak seperti sebelum ada wabah."
"Karena memang kebanyakan sudah diimbau untuk diam di rumah, kalau mau belanja kan berkurang di pasar termasuk supermarket juga," sambung Adiansyah.
Dalam ekonomi, jelas Adiansyah, apabila permintaan sedikit sedangkan produk terus bertambah, maka stok akan banyak, yang berdampak pada penurunan harga.
"Karena produksi ayam terus, dalam ekonomi apabila permintaan sedikit harga akan turun, tetapi ada juga komoditi yang naik karena stoknya kurang seperti impor suplainya kurang," paparnya.
Manfaatkan Layanan Online
Di sisi lain, Adiansyah menyarankan kepada masyarakat Bandar Lampung untuk memanfaatkan layanan online (daring) dalam transaksi jual beli.
"Kami menyarankan untuk pembelian secara online, seperti ojek online, pesanan online via whatsapp, ada PasarKu, supaya kalau takut ke pasar bisa menggunakan jasa tersebut, sehingga masih tetap bisa mengonsumsi makanan yang diinginkan," imbau Adiansyah.
"Dengan memanfaatkan layanan online, masyarakat bisa mendapatkan barang yang diinginkan dan pedagang tetap bisa berjualan," sambungnya.
Pantauan Tribunlampung.co.id, di Pasar Untung Suropati, Bandar Lampung, 1 kilogram ayam berada di harga Rp 20 ribu per kilogram.
"Sekarang masih kisaran 1 kilogram Rp 20 ribu, biasanya bisa Rp 25 ribu sampai Rp 26 ribu," kata Ana penjual ayam potong di Pasar Untung Suropati, Sabtu (4/4/2020).
"Kalau yang ekoran, macam-macam ada yang tanggung, sedang, dan paling kecil."
"Paling kecil Rp 25 ribuan, sedang Rp 27 ribu, biasa Rp 28 ribu," terang Ana.
Menurut Ana, di tengah pandemi Covid-19 ini pembeli berkurang drastis dibanding hari-hari normal.
"Pembeli sepi susah jualnya, jam segini (09.00 WIB) masih banyak biasanya, apalagi kalau hari Sabtu."
"Ini jam segini sudah sedikit, kami juga mengurangi barang jualan," jelasnya.
Menjelang Ramadan 2020, harga ayam yang biasanya tinggi, justru di tahun ini mengalami penurunan.
Namun, permintaan jauh berkurang.
"Tidak seramai biasa sebelum ada wabah (Covid-19), sekarang kan warung-warung makan tutup. Biasanya bulan-bulan seperti ini bisa Rp 27 ribuan apalagi dekat puasa biasanya melambung," pungkas Ana.
Pedagang lainnya, di Pasar Tradisional Rajabasa, Annas mengatakan, meskipun terjadi penurunan harga, namun permintaan pembeli sepi.
"Sekarang lagi murah sekilo Rp 19 ribu sampai Rp 20 ribu. Harga normalnya Rp 23-24 ribu, sekarang murah pun tidak laku, baru laku tiga biji dari pagi," terang Annas.
Bahkan, Annas mengatakan, penjualan turun drastis hingga 60 persen.
Sehingga, Annas pun mengurangi barang dagangannya.
"Penjualan turun drastis sekarang turun sekitar 60 persen. Biasanya bawa 40 sekarang kita cuma bawa 20 ekor itu juga nyisa," terang Annas.
Menurut Annas, hal itu dikarenakan pandemi Covid-19 di mana kebanyakan orang mengurangi aktivitasnya di luar rumah, seperti pasar.
"Karena virus ini orang pada takut ke pasar. Memang instruksi pemerintah juga menghindari tempat ramai," sambungnya.
"Sekarang kita nggak bisa banyak berharap kita tidak bisa maksain. Sekarang ini memang orangnya nggak mau datang ayamnya sudah murah. Keadaan seperti ini sudah dua minggu sejak pertengahan Maret," kata Anas.
"Biasanya kalau mau puasa itu naik sepertinya ini tidak. Harga naik kalo di kandang banyak pembelinya. Saat ini stok barang penuh harga turun," pungkas Anas.
Tri Lestari salah pedagang eceran ayam potong Pasar Way Kandis juga mengatakan harga ayam di pasaran saat ini menyentuh Rp 20 ribu per kilogram.
"Sekilo Rp 20 ribu. Kalau kita jual ekoran misal dari sana rata-rata satu klio Rp 20 ribu nanti kita global kita jual bisa Rp 22 ribu sampai Rp 25 ribu per ekor," kata Tri.
Menurut Tri menurunnya permintaan pembeli disebabkan oleh banyaknya rumah makan yang tutup sementara dan kebanyakan pembeli untuk kebutuhan makan sehari-hari saja.
"Turunnya banyak benar. Biasanya sekitar 150-170 ekor sekarang paling cuma 100-120 ekor saja kalau ada pesanan. Soalnya warung makan pada tutup paling orang untuk makan harian di rumah," Jelas Tri. (Tribunlampung.co.id/Ahmad Robi)