Kisah ABK Kapal Pesiar asal Lampung Dilarang Bersandar, 1 Bulan Terombang-ambing di Perairan Yunani
Warga Perumdam II Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung ini sudah lebih dari empat tahun menjadi kru di kapal pesiar tersebut.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Daniel Tri Hardanto
"Kita cuma dikasih waktu 10 jam untuk sandar. Isi bahan bakar dan loading bahan makanan," jelasnya.
Seperti diketahui, meski tak ada lagi tamu wisatawan yang berada di kapal tersebut, semua kru kapal masih bekerja seperti biasa.
Hanya ada sedikit kelonggaran setelah kebijakan dari kapten kapal memangkas jam kerja.
"Kita masih bekerja seperti biasa. Hanya saja, sekarang dalam satu hari 6 jam kerja. Biasanya sehari 9 jam kerja," terang Redi.
Di waktu senggang, kata Redi, para kru mengisi waktu luang dengan berolahraga untuk menjaga stamina.
Ada beragam fasilitas yang dimiliki ada di kapal ini, tenis meja, lapangan basket, hingga zumba class.
"Kru campur dari kota dan negara lain. Kebetulan orang Lampung cuma saya," katanya.
Kapal pesiar dengan fasilitas hotel berbintang ini menyediakan akses internet 24 jam.
Oleh karenanya, Redi mengaku tak ada kendala dalam urusan berkomunikasi dengan keluarga.
Meski begitu, Redi mengaku sangat rindu dengan keluarga di Bandar Lampung.
Terakhir kali pria yang sudah menyandang status duda ini kumpul bersama keluarga pada Januari 2020 lalu.
Ia belum mengetahui sampai kapan kapal pesiarnya bisa melanjutkan perjalanan.
Atau apakah nantinya ada kebijakan kru kapal dipulangkan ke negara asalnya masing-masing.
"Karena sampai hari ini belum ada instruksi lanjutan dari kapten kapal. Saya harap pandemi corona bisa cepat berakhir agar kami tidak terkatung-katung di atas laut," tandasnya. (Tribunlampung.co.id/Muhammad Joviter)