Dampak Buruk Jika Orangtua Beri Label Negatif Pada Anak
Beberapa orangtua sering tidak sengaja mengucapkan kalimat kurang baik ke anak. Kalimat itu bisa menjadi label pada anak.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Laporan Reporter Tribun Lampung Jelita Dini Kinanti
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Beberapa orangtua sering tidak sengaja mengucapkan kalimat kurang baik ke anak, seperti kamu bodoh.
Kalimat itu bisa menjadi label pada anak.
Label itu akan membuat anak merasa bahwa dirinya seperti kalimat yang diucapkan orangtua.
Kaprodi Psikologi Universitas Malahayati Octa Reni Setiawati S.Psi, M.Psi mengatakan, label itu bisa membuat anak menjadi tidak percaya diri.
Misalnya saat di kelas guru menuliskan soal di papan tulis dan minta siswa yang bisa menjawab soal itu untuk tunjuk tangan.
Tapi anak yang sudah memiliki label sebagai anak bodoh, tidak percaya diri untuk menunjuk tangan.
"Anak itu tidak percaya diri untuk menunjuk tangan karena dia berpikir, buat apa aku tunjuk tangan kan kata Mama aku bodoh. Anak bodoh pasti nggak bisa jawab soal yang dari guru. Padahal sebenarnya, anak itu mampu mengerjakan soal karena memiliki kecerdasan yang baik," kata Octa.
Apalagi jika label sebagai anak bodoh itu ditambah dengan seringnya anak dibandingkan dengan anak lain.
Misal orangtua mengatakan, kamu bodoh, tidak seperti kakak kamu yang pintar dan selalu mendapatkan nilai bagus.
Kalimat perbandingan itu akan membuat label sebagai anak bodoh semakin kuat.
Label itu akan selalu membuat anak merasa kalau kakaknya lebih pintar dari dirinya, atau dia tidak akan pernah bisa sepintar kakaknya.
Label pada anak sebenarnya bukan hanya label sebagai anak bodoh, tapi juga bisa yang lain.
Seperti label sebagai anak yang nakal.
Label itu biasanya berasal dari kalimat kurang pas yang diucapkan orangtua seperti mengatakan kamu bodoh, kamu nakal dan sebagainya.
Kalimat itu kebanyakan diucapkan orangtua karena tidak sengaja, dalam keadaan marah, frustasi, atau stres ketika menghadapi anaknya.
Misalnya frustasi karena nilai anaknya selalu jelek, atau stres karena anaknya yang nakal.
Hal ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena akan memberikan dampak besar pada anak.
Dampak yang paling ekstrem anak bisa frustasi karena merasa kehadirannya tidak diterima orangtua.
Rasa frustasi itu bisa membuat anak berpikir untuk bunuh diri atau menyakiti dirinya sendiri dengan cutting.
Biasanya yang seperti ini adalah anak yang sudah masuk usia remaja
"Kalau anak sudah memiliki pemikiran bunuh diri atau menyakiti dirinya sendiri dengan cutting, anak itu harus dibawa ke psikiater dan psikolog. Jangan biarkan pemikiran itu terus ada dipikiran anak, karena khawatirnya anak itu akan benar-benar melakukannya," ujar Octa.
Octa menyarankan pada orangtua, agar jangan pernah mengucapkan kalimat kurang baik pada anak.
Selalu ucapkan kalimat yang baik pada anak jika ingin memotivasi anak.
Seperti ingin memotivasi anak agar anak bisa mendapatkan nilai bagus disekolah.
Selain memotivasi, orangtua juga harus bisa mengidentifikasi anak.
Misal anaknya selalu mendapat nilai jelek, identifikasi masalah apa yang dialami anak sampai bisa mendapat nilai jelek.
Identifikasi pertama yang bisa dilakukan dengan melihat kecerdasan anak.
Kalau dibawah rata-rata berarti anak ini harus belajar lebih lama dari anak lain.
Kalau kecerdasan anak ternyata bagus, identifikasi dari cara anak mendapatkan motivasi yang setiap hari dari orang tua.
Bisa jadi anak diberikan motivasi dengan cara dimarahi setiap hari karena anak selalu salah.
Contohnya anak mendapat nilai 8, orangtua mengatakan kok kamu tidak dapat nilai 9, padahal teman kamu saja bisa dapat nilai 9.
Lalu ketika anak bisa mendapat nilai 9, orangtua mengatakan kok kamu tidak dapat nilai 10, padahal teman kamu saja bisa dapat nilai 10.
Seperti itu terus dan tidak pernah berhenti.
Dengan adanya identifikasi, orangtua bisa mengambil langkah untuk menyelesaikannya.
Salah satu caranya dengan menjalin komunikasi dengan anak.
Jangan lupa untuk terus mengucapkan kalimat positif pada anak untuk memotivasi anak.
"Contoh orangtua mengucapkan kalimat kamu anak yang pintar atau kamu anak yang rajin, Mama bangga sama kamu. Lihat saja, kalimat itu memberikan label sebagai anak yang rajin. Label itu akan memotivasi anak untuk menjadi anak yang lebih rajin lagi," ucap Octa. (Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)