Gara-gara Isolasi Corona, Uang dari Desa di Sumut Ini Tak Laku Lagi di Tempat Lain

Uang warga Nagori Bangun Panei kini tak laku lagi di luar desa tersebut karena tak ada yang mau menerima.

HO
Gara-gara Isolasi Corona, Uang dari Desa di Sumut Ini Tak Laku Lagi di Tempat Lain. FOTO Pemberian sembako kepada sejumlah keluarga di Nagori Bangun Pane oleh sanak keluarga mereka yang merantau di kota orang. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sebuah desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara diisolasi karena wabah virus corona. Bahkan uang yang berasal dari warga setempat ditolak oleh warga dari desa lain karena tak ingin tertular corona.

Peristiwa memprihatinkan tersebut terjadi di desa Nagori Bangun Panei, Kecamatan Dolog Masagal, Simalungun setelah salah seorang warganya meninggal akibat corona.

Uang warga Nagori Bangun Panei kini tak laku lagi di luar desa tersebut karena tak ada yang mau menerima.

“Sedih. Mau beli kebutuhan ditolak. Mereka tidak terima uang kami. Katanya gara-gara virus corona," keluh seorang warga kepada wartawan Tribun Medan.

"Mereka mungkin takut tertular. Padahal sebenarnya kami adalah korban kebijakan yang kami sendiri tak tahu kepastian status kesehatan kami saat ini," sambungnya.

Desa Nagori Bangun Panei, Kecamatan Dolog Masagal, Simalungun ditinggali oleh sekitar 300 kepala keluarga.

Ibu Rumah Tangga Terjangkit Virus Corona dari Uang Kembalian Tukang Sayur

Daftar 7 Bantuan yang Didapatkan Warga Selama PSBB di Bogor, Depok dan Bekasi

Perjuangan Ruben Onsu Pertahankan Ribuan Karyawan di Tengah Bisnis yang Merugi karena Corona

Balita Pasien Corona di Purwakarta Dinyatakan Sembuh

Hasil pertanian warga yang biasa dijual kini juga sulit untuk diperdagangkan.

Kebijakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Simalungun yang dipimpin Bupati Simalungun JR Saragih mengisolasi Nagori Bangun Panei, Kecamatan Dolog Masagal, menimbulkan masalah baru bagi warga di sana.

Desa tersebut diisolasi sejak adanya seorang warga yang meninggal berstatus Pasien Dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Kebijakan yang sempat dianggap menjadi solusi persoalan tersebut, ternyata justru menimbulkan masalah sosial yang baru bagi warga di sana.

Pasalnya, setelah desa itu disolasi, terjadi perlakuan tak wajar oleh warga dari luar Nagori Bangun Panei.

Kehidupan desa yang semula ramah dan saling peduli, kini berubah.

Mereka tak hanya terisolasi secara ruang gerak.

Bahkan interaksi ekonomi warga desa itu pun tak lagi diterima.

Uang warga Nagori Bangun Panei bahkan tak laku lagi di luar desa tersebut.

Alasannya, warga desa tetangga menolak uang dari warga Nagori Bangun Panei, dengan dalih khawatir tertular virus Corona.

“Sedih. Mau beli kebutuhan ditolak. Mereka tidak terima uang kami. Katanya gara-gara virus corona. Mereka mungkin takut tertular. Padahal sebenarnya kami adalah korban kebijakan yang kami sendiri tak tahu kepastian status kesehatan kami saat ini," keluh warga.

Tak sampai di sana, kebijakan pemerintah kabupaten tersebut kurang memperhitungkan dampak sosial dan ekonomi maupun psikologis terhadap 300-an kepala keluarga yang berdomisili di desa tersebut.

Jaberlison Saragih, seorang warga Nagori Bangun Panei, ketika dihubungi wartawan menyatakan bahwa hal yang terjadi saat ini merupakan imbas dari kebijakan yang diambil pemerintah.

"Efek negatif dari kejadian kemarin, warga merasa terkucil dari Nagori lain. Ekonomi dan psikis sedikit banyaknya terganggulah, pengepul hasil tani yang setiap harinya lalu lalang, untuk saat ini tidak bersedia menampung," terangnya.

Lebih jauh Jaberlison menyampaikan harapan mereka menunggu tindakan Pemkab atau instansi terkait.

Ia pun menyampaikan bahwa mereka kesulitan mendapatkan sembako.

"Tapi kami tunggulah apa tindakan Pemkab atau instansi terkait mencari solusinya. Dan satu lagi sembako sedikit tersendat memperolehnya," kata Jaber.

Namun beruntung, dikatakan Jaber, hari Sabtu (12/4/2020) kemarin ada aksi dari anak-anak rantau yang berasal dari Bangun Pane membagikan sembako untuk meringankan beban sejumlah kepala keluarga di sini.

Terkait hal tersebut, Kadis Kominfo Kabupaten Simalungun, Wasin Sinaga yang dihubungi wartawan menyampaikan kebijakan bupati sudah tepat.

"Kebijakan itu secara khusus di Bangun Pane, supaya lebih cepat putus di desa itu. Yakni membatasi aktivitas keluar, jaga jarak dan kebersihan.

Tadi Pak Bupati sampaikan dalam rapat, hasil bumi bisa dijual dan disampaikan ke Pekan Raya," katanya.

Ia pun mengakui kalau kebijakan bupati memiliki dampak sosial, namun telah dihitung soal bagaimana kemungkinan terjadi dampak yang lebih besar.

Terkait bantuan yang diberikan oleh pemerintah, meski tak yakin namun ia berfikir sudah ada bantuan yang diberikan.

"Kalau gak salah ada bantuan sembako dari pemerintah ke sana," katanya.

Namun sangat disayangkan pascakebijakan itu ditetapkan oleh JR Saragih per tanggal 28 Maret 2020, pihaknya masih pada tahap pendataan.

"Sekarang sedang dilakukan pendataan," kata Wasin seraya menyampaikan pendataan akan dilakukan dinas-dinas terkait.

Ibu Rumah Tangga Terjangkit Virus Corona dari Uang Kembalian Tukang Sayur

Penularan virus corona bisa berasal dari mana saja.

Terkadang penularan virus corona terjadi dari hal yang tidak kita sangka.

Seperti yang dialami Nunki Herwanti, ibu rumah tangga di Semarang, Jawa Tengah. 

Nunki terinfeksi virus corona padahal tak pernah menjalin kontak dengan orang asing. 

Nunki juga tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri atau luar kota. 

 5 Orang Sekeluarga Positif Corona di Padang, Jalani Isolasi Mandiri di Rumah

 Tidak Seperti yang Lain, Jenazah Dokter PDP Corona Dimakamkan Tanpa Peti Mati

 2 Jenderal Turun Tangan Atasi Bentrok Maut di Papua, 3 Polisi Meninggal

 Fakta Baru Terungkap Asal Suara Dentuman Keras di Jakarta

Nunki kini sudah pulih dari penyakit covid-19.

Ia menceritakan awal terjangkit virus corona kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Hal itu diketahui melalui channel YouTube Ganjar Pranowo pada Sabtu (11/4/2020).

Nunki Herwanti mengatakan, saat ia terserang Covid-19, dirinya tengah hamil muda sekitar 17 minggu.

Nunki Herwanti menjelaskan dirinya tak memiliki riwayat perjalanan kemanapun.

Selain itu, dirinya mengaku hampir tak pernah berada di suatu kerumunan sebelum mendapat gejala Covid-19.

"Enggak ada riwayat perjalanan ke luar kota, enggak ada riwayat perjalanan ke luar negeri."

"Bahkan mengerumuni suatu kerumunan juga enggak," ujar Nunki.

Nunki yang seorang ibu rumah tangga tersebut mengatakan, dirinya juga tak melakukan kontak fisik dengan siapapun.

Kecuali dengan keluarga dan tukang sayur keliling yang biasa menjajakan barangnya di kompleknya.

Lantaran anaknya baru saja pindah sekolah, ia juga belum memiliki banyak kenalan.

Sehingga, tak ada kontak fisik yang terjadi.

"Jadi kegiatan saya sehari-hari hanya menjemput anak dan enggak ada kontak fisik dengan siapapun, paling cuma ketemu sama tukang sayur."

"Kebetulan anak saya baru pindah sekolah. jadi beberapa bulan dia sekolah di sini jadi saya enggak mengenal orang tua murid lainnya."

"Enggak ada salaman atau apapun," jelas Nunki.

Selain itu, dirinya yang tengah hamil muda juga biasanya tak turun dari mobil saat menjemput sang anak.

"Kebetulan saya hamil muda antar jemput pakai mobil jadinya enggak ada turun dari mobil," imbuhnya.

Nungki mengatakan, pertama kali merasakan gejala Covid-19 pada 16 Maret 2020.

Ia hanya merasakan batuk dan pilek serta sesak napas di hari keempat.

"Awalnya cuma batuk pilek mulai 16 Maret 2020, hanya pilek dan batuk tiap bangun."

"Sampai hari ke empat ada baru sesak napas, tapi sesaknya juga enggak sepanjang hari, setelah minuum air hangat hilang," tuturnya.

Ia menambahkan sesak napas yang ia rasakan cukup berat di bagian bawah.

"Sesak napas berat karena batuk berdahak, berat napasnya. Di bagian bawah."

"Jadi hari pertama tanggal 16 itu bener-bener pilek dan batuk kemudian hari keempat sesak nafas tapi hilang timbul," kata dia.

Karena takut bisa menularkan ke orang lain, maka Nunki langsung memposisikan diri sebagai orang yang terjangkit Covid-19.

"Ketika saya khawatir kalau saya mengatakan atau percaya ini flu biasa, ini tidak masalah, ini masuk tangani."

"Saya takutnya, saya lengah sebagai manusia akhirnya menularkan ke mereka, jadi saya langsung memposisikan diri saya, ini Covid," kata Nunki.

Pada hari keenam ia akhirnya memeriksakan diri ke RSUP Kariadi, Semarang bersama sang suami.

Pasalnya, sang suami bekerja sebagai dokter sehingga dugaan awal dia tertular dari sang suami.

Namun, hasil pemeriksaan suaminya justru negatif Covid-19, sedangkan dirinya positif.

Nunki menduga dirinya tertular dari tukang sayur keliling.

Apalagi, tukang sayur yang ia beli bukan hanya dari satu penjual.

"Kalau nebak-nebak karena saya setiap hari bertemu dengan tukang sayur, mau belanja kemungkinan dari beliau-beliau."

"Karena enggak dari satu tukang sayur," ucapnya.

Pasalnya, tukang sayuran biasanya bertemu dengan banyak orang di pasar maupun dengan pembeli lain.

"Ada kemungkinan dari mereka, karena mereka pun bakulan di pasar pun bertemu dengan puluhan orang."

"Terus mereka menjajakan dagangan pun bertemu dengan puluhan orang, kita enggak pernah tahu," ujar dia.

Nunki membenarkan bahwa dirinya tak melakukan dengan kontak fisik dengan tukang-tukang sayur tersebut.

Namun, ia menduga tertular dari barang-barang atau hal-hal yang dipakai banyak orang secara bergantian, seperti uang kembalian yang ia dapatkan.

"Memang enggak, tapi kan dia mengambil barang dagangan saya terus memegang plastiknya apa gimana, mungkin dari uang kembaliannya pak," lanjutnya.

Nunki mengaku, dirinya awalnya tidak terlalu dengan waspada terkait Covid-19 lantaran kala itu pasien Virus Corona tak sebanyak sekarang.

"Karena itu kan sebelum saya dapat gejala itu memang pandeminya di Semarang, baru satu dua tiga pasien di Jakarta, memang kita belum terlalu aware, di situ saya kecolongan," imbuhnya.

(tribunmedan/Gridfame.id)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Penderitaan Satu Desa Diisolasi karena 1 Warga Tewas PDP Corona, Dikucilkan dan Uang pun Tak Laku, https://medan.tribunnews.com/2020/04/12/penderitaan-satu-desa-diisolasi-karena-1-warga-tewas-pdp-corona-dikucilkan-dan-uang-pun-tak-laku?page=all.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved