Berita Nasional

Alasan Komplotan Rampok Wetonan Beraksi Setiap Tanggal 6, Tertangkap karena Tak Jalani Ritual

Kelompok Wetonan beraksi lintas provinsi dan tak segan menghabisi korbannya.

Editor: wakos reza gautama
Tribun Jakarta/Elga Hikari Putra
Polisi menggelar jumpa pers kasus perampokan emas di Pasar Kemiri 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Tak jalani ritual, komplotan perampok asal Demak, Jawa Tengah, kena apes.

Tiga anggota komplotan tewas ditembak polisi Polres Jakarta Barat.

Dua lainnya mengalami luka tembak di bagian kaki. 

Komplotan perampok ini dinamai Kelompok Wetonan. 

Ini dikarenakan mereka memiliki ritual tertentu dalam menjalankan aksinya dan memilih tanggal tertentu setiap beraksi. 

Perampok Toko Emas Meninggal karena Terjangkit Virus Corona

Polisi Baku Tembak dengan Komplotan Rampok di Jakarta Barat, 3 Orang Meninggal Dunia

Napi Tolak Bebas dari Penjara: Istri Diambil Orang, Orang Tua Sudah Tak Ada

Pangdam Janji Usut Tuntas Tewasnya 3 Polisi di Papua

Lima perampok ini dilumpuhkan di tempat persembunyiannya di Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.

Dalam penyergapan pada Minggu (12/4/2020) itu, polisi menembak mereka, tiga di antaranya tewas.

Lika-liku Kelompok Wetonan ini begitu lihai dan punya kepercayaan tertentu. 

Mereka tak sembarangan beraksi tapi harus pada pertimbangan tertentu.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus memastikan, Kelompok Wetonan ini beraksi lintas provinsi dan tak segan menghabisi korbannya.

"Para pelaku menamakan kelompok wetonan dan telah berapa kali lakukan perampokan di beberapa tempat lintas provinsi," ujar Yusri saat merilis kasus melalui telekonpers dari Mapolres Metro Jakarta Barat, Senin (13/4/2020).

Tiga dari lima pelaku ditembak mati yakni Tugiman (47), Andre (20), dan Riski (21). Sedangkan dua pelaku lain yakni Agus (23) dan Partono (49) dilumpuhkan kakinya. Semuanya berasal dari Demak.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, Kompol Teuku Arsya Khadafi, sebelumnya mengakui penangkapan para perampok diwarnai adu tembak.

Tiga dari lima pelaku tewas lantaran berusaha menyerang saat akan ditangkap.

"Kelompoknya ada lima orang semuanya ngelawan ada tembak-tembakan dan tiga meninggal. Jadi, tiga ditembak langsung meninggal," kata Arsya sebelum telekonferensi.

Arsya menerangkan penangkapan para pelaku terjadi di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat, Minggu (12/4/2020).

Punya ritual tertentu

Dalam rilis perkara pada Senin sore itu, Yusri menjelaskan Kelompok Wetonan punya ritual tertentu. 

Mereka punya hitung-hitungan hari agar setiap aksinya berhasil dan jejak kejahatan mereka tak terendus oleh pihak kepolisian.

"Wetonan karena ada satu kepercayaan yang mereka anut," ungkap Yusri.

Yusri menjelaskan, salah satu kepercayaan yang dianut kelompok ini, mereka selalu beraksi di tanggal enam.

Ini mengaca pada kasus perampokan di Pasar Kemiri, Kembangan, yakni pada 6 April 2020.

Begitu juga ketika Kelompok Wetonan ini merampok toko emas di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 6 Desember 2019.

"Jadi sifat kaya kejawen. Di Kemayoran juga tanggal enam dan beberapa tempat lain tanggal enam," sambung Yusri.

Selain itu, ucap Yusri, kewajiban yang diterapkan kawanan ini yakni selalu membawa hasil rampokannya ke wilayah Jawa Tengah.

"Setiap selesai lakukan kejahatan mereka harus berangkat ke Jawa Tengah."

"Di mana pun mereka rampok itu harus masuk Jawa Tengah agar buang sial dan tidak tertangkap," kata Yusri.

Polisi menyebut, dari pengakuan tersangka mereka telah empat kali beraksi.

Dalam tiga kali aksi sebelumnya, mereka belum pernah tersentuh meski sempat beraksi di Kalimantan.

Menurut keyakinan pelaku lantaran mereka menaati aturan yang diterapkan dalam kelompok ini.

Mereka beraksi di tanggal enam dan selalu membawa hasil rampokan ke Jawa Tengah.

Dalam aksinya di Pasar Kemiri Kembangan, pelaku sudah beraksi seseuai tanggal dan weton yang dianjurkan.

Namun mereka tak menjalankan aturan yang kedua.

Mereka tak bisa pulang ke Jawa Tengah mengingat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun karantina mandiri di sejumlah wilayah akibat pandemi corona.

"Mereka lakukan 6 April dan melarikan diri ke Jawa tapi ada sweeping di Jawa Tengah sehingga terpaksa kembali dan tertangkap," kata Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Audie Latuheru.

Merampok Toko Emas di Pasar Kemiri

Aksi terakhir Kelompok Wetonan tendus saat merampok toko emas Pelita di Pasar Kemiri, Kembangan, Jakarta Barat, Senin (6/4/2020) pukul 13.15 WIB. 

Polisi menaksir ada empat orang yang merampok toko emas tersebut, namun saat itu para pelaku belum teridentifikasi dari Kelompok Wetonan.

Saat itu pelaku berjumlah empat orang, dengan rincian dua menunggu di luar dan sisanya beraksi di dalam toko emas Pelita.

Pelaku menggunakan dua sepeda motor bebek dan matic.

Dari toko emas tersebut, para perampok menggondol 0,5 kilogram emas dan 10 kilogram perak dan kerugian ditaksir sekitar Rp 400 juta. 

Menurut Yusri, saat itu para perampok menggertak dengan menodongkan senjata api revolver berwarna silver.

Pedagang dan warga yang berjualan di Pasar Kemiri, Kembangan, Jakarta Barat, tak sedikit yang melihat perampokan di roko emas Pelita.

Letak toko tersebut strategis dan posisinya di pertigaan Jalan Basmol Raya.

Baik pedagang maupun warga sekitar tak ada yang berani berteriak lantaran perampok sempat menodongkan senjata api ke arah mereka.

"Dia (pelaku) nodongin dari atas sepeda motornya ke arah orang yang pada ngelihat," ujar Anton yang saat itu ada di pangkalan ojek di seberang toko emas.

"Namanya ditodong pistol kan kita takut akhirnya pada kabur. Jadi enggak ada yang berani rekam," sambung Anton.

Anton menyaksikan pelaku berjumlah empat orang, datang mengendarai dua sepeda motor dan memakai helm serta penutup wajah.

Sempat Anton melihat pemilik dan karyawan toko sedang diancam oleh dua pelaku.

"Ada dua yang di dalam ngancem pemilik dan karyawan toko dan ada yang jaga di luar. Nah yang di luar itu yang nodongin ke arah warga," paparnya.

Ia melihat ada tiga senjata yang dibawa kawanan pelaku. Seingat dia, perampokan itu berlangsung cepat.

Setelah pelaku kabur, barulah pemilik toko berteriak minta tolong dan warga ada yang berusaha menghadangnya.

"Kejadiannya cepat, enggak sampai lima menit lah. Dia kabur ke arah Basmol karena emang jalanan kan sepi pas semenjak corona," ujarnya.

Rahmat (35) warga yang ditemui di sekitar lokasi perampokan mengaku sempat mendengar dua suara tembakan dari arah pelaku.

Mendengar suara letupan senjata, warga pun berhenti mengejar lantaran ketakutan.

"Pas kita pada mau ngejar di ujung sana kedengeran suara tembakan dua kali, saya emang enggak lihat dia nembak, cuma dengar suara tembakan aja," kata Rahmat.

Saat perampokan kondisi di pasar memang sepi lantaran banyak orang mengurung diri di rumah karena virus corona atau Covid-19.

"Tadi siang emang sepi. Kalau enggak pas lagi corona mah rame terus disini. Kan di seberang toko itu ada pangkalan ojek," tuturnya. 

 (Tribun Jakarta)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "Abaikan Ritual Ini Perampok Kelompok Wetonan Asal Demak Tertangkap, 3 Tewas Usai Kalah Adu Tembak" 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved