Kisah Pasangan asal Inggris Keliling Dunia, Berbulan-bulan di Laut Tak Tahu Corona Mewabah
Sesudah 25 hari di laut dan sangat sedikit berhubungan dengan dunia luar, pasangan ini berencana berlabuh di pulau kecil di Karibia, pertengahan Maret
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ada kejadian unik yang dialami Elena Manighetti dan Ryan Osborne.
Pasangan asal Manchester, Inggris, ini tengah berlayar keliling dunia.
Mereka tidak tahu kini dunia mengalami pandemi Covid-19 yang menelan korban jiwa sekira 190.896 orang di seluruh dunia.
Pada 2017, Elena dan Ryan melakukan hal yang lama mereka impikan, yaitu berhenti bekerja, membeli kapal, dan keliling dunia menggunakan kapal itu.
• Bocah Perempuan 9 Tahun Positif Corona di Sumsel, Sering Mandi di Rumah Tetangga
• Media Jepang Ungkap Kondisi Kim Jong Un, Tiba-tiba Jatuh ke Tanah Memegangi Dadanya
• Spekulasi Nasib Kim Jong Un Setelah Operasi Jantung, Disebut Meninggal Tapi Terlihat Jalan-jalan
• Cerita Kepala BEI Lampung Hendi Prayogi yang Gagal Mudik ke Medan
Mereka tetap kontak dengan keluarga, tetapi punya satu syarat: tidak boleh mengabarkan berita buruk.
Elena dan Ryan sedang berlayar melintasi Samudra Atlantik dari Kepulauan Kanari menuju Karibia ketika, tanpa sepengetahuan mereka, virus corona tengah menyebar ke seluruh dunia.
Sesudah 25 hari di laut dan sangat sedikit berhubungan dengan dunia luar, pasangan ini berencana berlabuh di pulau kecil di Karibia, pertengahan Maret.
Ketika mereka mendapat sinyal telepon sembari berlayar, mereka baru tahu perbatasan pulau itu sudah ditutup dan dunia sedang dilanda oleh pandemi.
"Februari, kami mendengar adanya virus di China. Tapi sedikit sekali informasi yang kami punya, dan kami bayangkan saat tiba di Karibia, segalanya sudah normal," kata Elena.
Ryan menambahkan, "Ternyata yang terjadi sebaliknya. Kami baru tahu infeksi menyebar ke seluruh dunia."
Sepanjang waktu, pasangan ini nyaris tak punya akses ke internet.
Mereka juga tak berhubungan dengan keluarga dan teman-teman, sehingga tak mengerti seberapa serius masalah sesungguhnya.
"Kami bilang ke kontak kami di darat, kami tak mau mendengar berita buruk," tutur Elena, yang keluarganya tinggal di Lombardy, daerah paling terdampak Covid-19 di Italia.
"Kami mencoba berlabuh di wilayah Prancis di Karibia. Tapi ketika tiba, kami baru tahu perbatasan ditutup dan pulau itu tidak mengizinkan orang masuk," tambah Ryan.
Awalnya, mereka menyangka langkah itu hanya pencegahan sementara karena sedang musim ramai.
Mereka kemudian kembali ke kapal dan mengarahkannya ke Granada hingga akhirnya tiba di wilayah laut, di mana sinyal telepon 4G cukup baik.
Mulailah mereka mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi dan mereka mulai paham besarnya pandemi ini.
"Seorang teman kami sudah tiba di San Vincente, yang seharusnya jadi tempat tujuan kami. Kami berhasil menghubunginya 10 jam sebelum tiba di pelabuhan. Dia bilang, kami akan ditolak masuk karena kami warga negara Italia, sekalipun faktanya sudah berbulan-bulan saya tak ke Italia," kata Elena.
Rekam Perjalanan
Beruntung pasangan ini merekam rute perjalanan mereka melalui sinyal GPS.
Mereka kemudian bisa memaparkan kepada pihak berwenang di San Vincente dan memperlihatkan bukti mereka tidak berada di Italia berbulan-bulan, melainkan hanya berada di lautan selama itu.
Baik Elena dan Ryan sangat kaget mendengar bagaimana pandemi ini memengaruhi kehidupan keluarga mereka.
"Kampung halaman saya di wilayah Lombardy, satu di antara yang paling terdampak di dunia," ujarnya.
Elena mengungkapkan percakapan dengan ayahnya merupakan hal yang sulit.
"Dia (ayah) bilang ke saya untuk tidak panik. Dia kirimkan berita di New York Times tentang Lombardy, dan ini tiba-tiba membuat saya melihat kenyataan. Saya kaget sekali," katanya.
Elena mengaku ngeri mendengar kotanya kehabisan peti mati dan tidak ada tempat lagi tersisa untuk pemakaman dan kremasi.
"Untungnya, keluarga saya aman di rumah dan telah mengisolasi diri lebih dari enam minggu. Namun, beberapa orang yang saya kenal telah meninggal dunia," ujarnya.
Elena dan Ryan kini aman di Bequia, San Vicente, Karibia.
Namun, mereka tak tahu berapa lama mereka bisa tinggal di sana.
"Kami tak ingin meninggalkan San Vicente saat ini, karena tidak ada tempat yang buka. Kami tinggal dulu di sini dan berencana akan berangkat lagi berlayar lagi sebelum musim badai awal Juni nanti," tutur Elena.
Ia pun berharap bisa berlayar ke utara dan terus menjelajah Karibia.
Namun saat ini segalanya tampak tak pasti. Ia dan pasangannya sadar akan risiko kenyataan yang mereka hadapi, yaitu terperangkap di antara badai dan pandemi virus. (bbc)