Kasus Corona di Lampung
Kisah Sopir Mobil Jenazah Corona di Lampung, Dijauhi Keluarga hingga Dipaksa Isolasi Mandiri
Di balik itu semua, Veri mengaku harus menjalankan tugas yang dianggapnya sebagai kemuliaan dalam membantu sesama manusia.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Daniel Tri Hardanto
Wili akhirnya memilih isolasi mandiri selama 14 hari sebelum akhirnya dapat berkumpul lagi bersama keluarga.
"Itu karena mereka tidak tahu seperti apa tugas kami. Kami hanya mengantar dan tidak tertular virus," ujar Wili.
Ia pun menyayangkan tanggapan warga sekitar atas apa yang telah ia lakukan, dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai bagian dari garda terdepan melawan Covid-19.
Selama pandemi ini, banyak pengalaman baru yang ia dapat.
Selain itu, selama pandemi corona menjadi momen saling menjaga kekompakan antar sesama tim.
Pria yang juga dari Satpol PP Bandar Lampung ini mengingat betapa berat tugas mereka.
Satu hal yang tak bisa dilupakan begitu saja, saat ia bersama relawan lainnya menggendong peti sejauh 200 meter menuju liang lahat.
Ditambah lagi derita saat mengenakan APD lengkap, yang membuat si pemakai gerah dan kesulitan mengatur napas.
Selama hampir 8 jam Wili menahan rasa tersiksa kala mengenakan APD.
"Jadi saat itu kami berpikir bagaimana caranya jenazah ini sampai. Karena kalau bukan kami, siapa lagi yang akan melakukannya," terang Wili.
Ia berharap wabah Covid-19 segera mereda.
Wili bahkan tak dapat membayangkan pada bulan puasa seperti sekarang ini harus mengantar jenazah dengan APD lengkap.
"Mudah-mudahan tidak ada lagi korban, karena berat sekali rasanya menjalani bulan puasa harus pake APD," tutupnya. (Tribunlampung.co.id/Muhammad Joviter)