Ekonomi Lampung Terpukul, Kadin-Hipmi: Pengusaha Harus Inovasi!
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat, pertumbuhan ekonomi daerah ini hanya 1,73 persen untuk triwulan I tahun 2020.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lampung dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Lampung meminta para pelaku usaha untuk pintar berinovasi.
Ini agar perekonomian Lampung bisa bergerak di tengah pandemi corona.
Diketahui, pandemi corona telah memukul perekonomian Lampung.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat, pertumbuhan ekonomi daerah ini hanya 1,73 persen untuk triwulan I tahun 2020.
• CCAI dan Kadin Lampung Kampanyekan Gerakan Lawan Covid-19
• Hipmi Peduli Lampung dan Hipmi Perguruan Tinggi Lampung Bagikan 1.000 Masker dan Nasi
• Cerita Bupati Parosil dan Nanang Mengisi Ramadan di Tengah Pandemi Corona
• Bandar Lampung Disebut Zona Merah kok Sekarang Jadi Zona Ungu
Pertumbuhan ini merupakan yang terendah, setidaknya sejak 2017 yang rata-rata tumbuh di angka 5 persen.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti dengan deflasi di Kota Bandar Lampung.
Deflasi pada April lalu sebesar 0,16 persen yang salah satunya diakibatkan penurunan harga pada kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya terjadi di Lampung, tapi secara nasional.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun ini hanya 2,97 persen.
Angka ini lebih rendah dari perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 4,5 persen hingga 4,7 persen.
Lantas apa yang harus dilakukan para pelaku ekonomi di Lampung dengan kondisi pelemahan ini?
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Lampung Yuria Putra Tubarat mengatakan, dengan kondisi saat ini memang pengusaha dituntut pintar berinovasi.
"Pandemi corona ini memang telah memukul hampir semua sektor ekonomi, karenanya tak heran jika pertumbuhan ekonomi kita rendah. Tapi kita para pengusaha harus terus bergerak agar perekonomian tidak stagnan. Para pengusaha mau tak mau harus melakukan penyesuaian, melakukan inovasi-inovasi. Misal, orang tadinya datang ke pasar, sekarang diantar ke rumah," bebernya.
Yuria mengatakan, saat ini para pelaku usaha dan UMKM sedang melakukan penyesuaian dengan kondisi terkini. Misal, kini berdagang tidak lagi offline tapi semua online.
Beli Produk Teman
Sekretaris Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Lampung Adhtiya Saputra mengatakan, dampak pandemi corona memang dirasakan semua pengusaha, mulai dari skala besar hingga yang terkecil.
Untuk memperkuat UMKM, Hipmi Lampung mengambil suatu langkah agar dampak pandemi Covid-19 ini tidak semakin melemahkan perekonomian.
"Dari Hipmi kami coba untuk menggalakkan hastag beli produk teman karena kami ingin memperkuat UMKM yang ada di Lampung. Apalagi di anggota Hipmi sendiri karena memang penopang ekonomi kita adalah UMKM. Kalau UMKM mati, susah semua," bebernya.
Selain itu, terusnya, antarsesama pengusaha kini saling mendukung.
"Tidak ada permainan penimbunan barang dan lain lain. Karena kemarin kebutuhan kita akan APD sangat besar tapi ada pemain dibalik itu," kata Adit.
Ia juga mengatakan, perlunya andil pemerintah di tengah kondisi perekonomian saat ini. Seperti memberikan keringan pajak dan lainnya.
"Kan banyak pengusaha yang mengambil kredit perbankan. Tapi perbankannya tidak mengindahkan kebijakan yang sudah dikeluarkan OJK," jelasnya.
Sementara pengamat ekonomi dari Universitas Lampung Nairobi menyebut, perlambatan pertumbuhan ekonomi Lampung akibat turunnya transaksi ekonomi di masyarakat akibat pandemi corona.
Menurutnya, kondisi ini tidak pernah terjadi dalam situasi normal.
Pelemahan ekonomi hanya terjadi saat krisis moneter 1998.
Meski begitu, terus Nairobi, perlambatan pertumbuhan ekonomi Lampung di triwulan I ini masih belum terlalu genting.
Sebab, pelemahan itu diikuti dengan turunnya harga-harga barang.
“Penurunan pertumbuhan ekonomi akan berbahaya jika dibarengi dengan inflasi yang tinggi. Masyarakat pendapatan turun, daya beli juga turun. Tetapi kalau pertumbuhan turun diikuti harga yang turun, jadi itu tidak terlalu genting,” paparnya.
3 Lapangan Usaha
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Faizal Anwar dalam konferensi pers yang dilakukan secara virtual, Selasa (5/5/2020), merilis data ekonomi Lampung yang hanya tumbuh sebesar 1,73 persen pada triwulan I 2020.
Pertumbuhan tersebut diukur berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 90,40 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 60,38 triliun.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada triwulan I-2019 (year on year) artinya mengalami pelemahan yang tumbuh 5,21 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha jasa lainnya, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,53 persen.
Struktur ekonomi di Lampung masih didominasi oleh 3 lapangan usaha yakni pertanian, industri, dan perdagangan. Mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) dibanding dengan triwulan 1-2019 adalah sektor lapangan pertanian sebesar 2,84 persen sementara triwulan 1 2019 mengalami pertumbuhan 1,21 persen.
Industri yang tadinya mengalami pertumbuhan 7,47 persen pada triwulan 1- 2019 kini hanya 1,41 persen pada triwulan yang sama di 2020.
Sedangkan perdagangan pada triwulan 1-2019 mengalami pertumbuhan 8,11 persen kini pada triwulan 1 2020 hanya 2,68 persen.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama masih terbilang positif.
"Kemudian berdasarkan rilis BPS kemaren ada beberapa hal yang jadi catatan, yaitu pertumbuhan ekonomi kita yaitu kuartal pertama seperti diperkirakan akibat pandemi covid kita masih positif di Q1, 2,97 persen," kata Airlangga.
Menurut Airlangga pertumbuhan ekonomi yang menurun tersebut sama seperti negara lainnya yang menghadapi pandemi corona.
Terjadi demand shock (anjloknya permintaan) yang dapat dilihat dari turunnya permintaan rumah tangga.
"Kegiatan ekspor impor juga menurun karena memang banyak negara yang dalam tanda petik shut down," katanya.
Airlangga berharap ada strategi keluar menghadapi kondisi tersebut. Salah satunya dengan tetap memperbolehkan pabrik beroperasi namun dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
"Kemudian persiapan untuk relaksasi menggunakan masker dan yang lain sesuai standar covid dan ini sedang disiapkan oleh BPNB," katanya.(rob/nif/tribun network)