Dilabeli Twitter Sebar informasi Menyesatkan, Donald Trump Malah Ancam Berangus Medsos
Twitter telah "menekan kebebasan berbicara ketika mereka menangguhkan pengguna atau menghapus unggahan," demikian yang diwartakan The New York Times
"Niat kami adalah untuk menghubungkan titik-titik pernyataan yang saling bertentangan dan menunjukkan informasi dalam perselisihan, sehingga orang dapat menilai sendiri," tulisnya di Twitter. Dia menegaskan kebijakan barunya dengan menulis.
" Cek fakta: ada seseorang yang bertanggung jawab atas tindakan kita sebagai perusahaan, dan itu saya... Kami akan terus menunjukkan informasi yang salah atau sengketa tentang pemilihan umum secara global."
Trump tidak berhak mengatur Twitter Kate Ruane dari American Civil Liberties Union mengatakan, Trump tidak berhak mengatur Twitter.
"Konstitusi jelas melarang presiden mengambil tindakan apa pun untuk menghentikan Twitter menunjukkan kebohongan terang-terangan tentang pemilu melalui surat," katanya dikutip dari AFP Kamis (28/5/2020).
Trump termasuk raksasa politik di media sosial. Ia memiliki 80,3 juta followers di Twitter, berbanding jauh dengan kompetitornya di Demokrat, Joe Biden, yang hanya memiliki 5,5 juta followers Twitter.
Media sosial cocok dengan gaya komunikasi Trump yang tidak ortodoks, dan kegemarannya akan teori konspirasi, rumor, serta penghinaan.
Meski begitu, jejak pendapat secara konsisten menunjukkan Biden dalam posisi yang kuat, walau tidak keluar rumah selama berminggu-minggu dan jarang tampil di media sosial.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ancam Tutup Media Sosial, Trump Akan Tandatangani Perintah Eksekutif",