Tribun Bandar Lampung
Cerita Penderita Talasemia Dapatkan Darah untuk Transfusi, Jemput Pendonor hingga ke Luar Kota
para penderita harus mencari pendonor darah untuk melakukan transfusi apabila stok persediaan darah di PMI ataupun bank darah RS mulai menipis.
Penulis: Debby Rizky Susilo | Editor: Reny Fitriani
Mulai daari menghubungi dan mendatangi teman dan kerabatnya.
"Kalau sedang mencari darah, bisa keliling-keliling mencari siapa yang mau, lewat sms telepon sampai datang ke rumah keluarga dan kawan minta tolong bantuan untuk diminta darahnya," ungkapnya.
Hadi pernah merasakan saat waktunya melakukan transfusi dan belum mendapatkan darah.
Ia hanya bisa mengharapkan bantuan orang lain.
Sebagai penderita talasemia apabila sudah waktunya melakukan transfusi mereka akan merasakan lelah, letih dan lesu sehingga tidak bisa melakukan hal lainnya.
Kesulitan ini ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang sangat membatasi kegiatan.
Hadi sangat merasa kesulitan untuk mengajak kenalannya untuk melakukan donor darah karena harus ke rumah sakit.
Dimana stigma masyarakat rumah sakit adalah tempat pasien yang terpapar virus Corona.
Kesulitan lainnya ditemui para penderita talasemia saat hendak melakukan transfusi darah di rumah sakit tempat mereka berobat.
Rumah sakit yang tidak memiliki persediaan darah membuat pasien harus mencari sendiri darah yang mereka butuhkan.
Fasilitas Unit Transfusi Darah (UTD) rumah sakit yang belum memadai juga membuat para pendonor dan pasien talasemia harus berbesar hati.
Hadi menambahkan persediaan darah mudah saja didapatkan dengan bantuan dari UTD PMI akan tetapi terhalang prosedurnya dari rumah sakit tempat kita berobat yang memiliki UTD tersendiri.
Penderita lainnya, Gita Putri (27) ia sudah melakukan transfusi darah dari umur 7 tahun.
Wanita berhijab ini terlihat pucat dan lelah saat ditemui, hal ini sesuai dengan tanda penyakit talasemia yang tampak pucat, lesu dan mudah sakit.
Butuh waktu untuk menerima keadaan bagi Gita.