Kasus Corona di Lampung
48 Pasien Positif Covid-19 di RS Bandar Negara Husada Dinyatakan Sembuh 100 Persen
48 pasien tersebut secara keseluruhan sudah pulang ke kediaman masing-masing dan bisa berkumpul dengan keluarganya.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, kabar gembira datang dari RSUD Bandar Negara Husada (BNH) Kota Baru, Lampung Selatan, dimana 48 pasien positif Covid-19 dinyatakan sembuh 100 persen.
Bahkan 48 pasien tersebut secara keseluruhan sudah pulang ke kediaman masing-masing dan bisa berkumpul dengan keluarganya.
Direktur RSUD-BNH Kota Baru dr Djohan Lius membeberkan, pasien asal Lampung Tengah Nomor 109 merupakan pasien terakhir yang dinyatakan sembuh usai menjalani isolasi dan perawatan di rumah sakit milik pemerintah provinsi ini.
"Kita pertama kali merawat pasien positif covid pada akhir Maret lalu dan sampai pasien terakhir pulang totalnya kita sudah merawat 48 pasien positif. Pasien terakhir nomor 109 sudah pulang dua hari lalu," jelas dr Djohan kepada Tribunlampung.co.id di ruang kerjanya, Rabu (17/6/2020).
Pasien nomor 109 asal Lampung Tengah ini diperbolehkan pulang setelah dilakukan swab dua kali berturut-turut dengan hasil negatif sehingga dinyatakan sembuh dan boleh pulang.
Sembuhnya keseluruhan pasien positif covid yang dirawat di rumah sakit ini diakuinya tidak semuanya berjalan mulus.
• Luar Biasa, Sembuh 100 Persen Pasien Covid-19 yang Dirawat di RS Bandar Negara Husada Lampung
• Cerita Warga Perum Nunyai Jaya Gagas Jumat Peduli, Distribusikan Sembako Bagi yang Terdampak Corona
• Agung Bantah Terima Gratifikasi di Sidang Pembelaan: Saya Gak Makan Nangka tapi Saya Makan Getahnya
"Ada pasien yang swab awal negatif, lalu swab ke dua positif, itu nggak boleh pulang. Jadi tidak semuanya mulus, ada dinamikanya juga. Nggak semua pasien itu langsung sembuh," paparnya.
Lebih rinci dr Djohan menerangkan pasien rujukan yang masuk rs ini saat awal datang memang sudah positif covid.
Lalu di hari ke 5 dan 6 setelah menjalani isolasi dan perawatan diambil swabnya berturut-turut.
"Pasien masuk karena dia positif, baik dari kabupaten ataupun kota swabnya positif. Kemudian dirawat di sini, itu hari ke 5 diambil swabnya, hari ke 6 perawatan juga diambil swabnya. Jadi dua hari berturut-turut," kata dia.
Kemudian seperti apa hasilnya memerlukan waktu untuk sampai rilis hasil tesnya. Jika dua hasil swabnya negatif, pasien dinyatakan boleh pulang.
"Paling cepat pasien pulang di hari ke 12. Rata-rata 14 hari masa perawatan. Pasien boleh pulang saat hasil swab dua kali negatif dan kondisi pasien bagus," tambahnya.
Selanjutnya jika dari dua swab ada satu yang positif, masa perawatan dilanjutkan dan pasien tersebut belum boleh pulang.
"Kita lakukan pengambilan swab lagi hari ke 5 dan ke 6 berikutnya. Sampai hasilnya negatif semua baru boleh pulang. Kalau masih ada yang positif yang masih dirawat lagi," ujar dia.
Untuk mengetahui hasil swab sendiri, sambung dia, sebelum adanya PCR (polymerase chain reaction) di Labkesda Lampung, membutuhkan waktu lama.
Bahkan sempat satu mingguan lebih terutama di awal-awal karena pemeriksaan laboratorium dilakukan di Litbangkes Jakarta dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang.
"Hasil swab apalagi waktu awal-awal tidak bisa langsung keluar hasilnya. Bahkan ada yang satu minggu lebih. Sekarang lebih cepat lagi karena lapkesda kita sudah bisa (lakukan PCR)," tandasnya.
Berikan Layanan Hotline Bagi Pasien
RSUD Bandar Negara Husada (BNH) Kota Baru, Lampung Selatan, merupakan salah satu rumah sakit rujukan pasien positif Covid-19.
Direktur RSUD-BNH Kota Baru dr Djohan Lius menerangkan, disamping itu, rs ini juga menjadi rs darurat dalam arti untuk karantina pasien covid positif yang tidak memungkinkan karantina mandiri di daerah asalnya.
"Jadi pasien kita dari kabupaten/ kota. Ada dari Bandar Lampung, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Perawatan, Pringsewu. Hampir merata," paparnya kepada Tribunlampung.co.id, Rabu (17/6/2020) siang.
Terkait perlakuan kepada pasien menurutnya mengupayakan pelayanan maksimal sesuai prosedur.
"Mereka isolasi di ruang rawat tidak boleh aktivitas di luar sebetulnya. Untuk itu kita berikan layanan hotline, maksudnya kita beri nomor (telepon) petugas yang merawat sehingga ketika ada pertanyaan, keluhan terkait sakitnya bisa langsung menghubungi petugas," ujar lulusan fakultas kedokteran Universitas Trisakti ini.
"Dengan demikian mungkin bisa memberikan rasa senang juga pada pasien," tambahnya.

Dijelaskannya tak jarang pasien bertanya-tanya soal hasil swab yang baru diambil.
Padahal hasil swab memang membutuhkan waktu untuk pemeriksaan PCR.
"Mereka kadang-kadang penasaran juga hasilnya apa. Kok belum keluar kemarin sudah diambil. Hal-hal seperti itu mereka bisa bertanya langsung dan kita bisa langsung jelaskan," paparnya.
"Disitu mereka jelas, nggak bertanya-tanya, nggak kesal istilahnya. Terus secara psikologis mungkin menenangkan bagi pasien," ungkap dr Djohan.
Terlebih perawat yang stanby 24 jam dengan sistem sit ini tidak selalu berada di dalam ruangan isolasi sehingga komunikasi melalui telepon diperlukan pasien saat ada yang hendak ditanyakan.
"Kita kasih nomor telepon yang merawat, termasuk nomor bidang pelayanan. Sehingga bisa menjelaskan dengan baik," katanya.
Pasien yang dirawat di RSUD BNH Kota Baru ini juga diakuinya tidak terbebani dengan memikirkan biaya selama menjalani perawatan.
"Pasien ini juga dirawat tanpa biaya karena memang ditanggung pemprov dan kementerian kesehatan. Ada kriteria untuk klaim. Sehingga pasien nggak nambah beban, barangkali itu membantu juga proses penyembuhan," jelas dia.
Secara medis sendiri pengobatan dilakukan sesuai keluhan dan kondisi pasien.
"Pasien ini juga keluhannya sangat bervariasi. Dari yang tanpa gejala sampai pasien yang kormobit (memiliki penyakit penyerta lain) seperti kencing manis, darah tinggi, penyakit jantung," timpalnya.
Tentu dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP) menerapkan pengobatan yang paling sesuai dan tepat untuk kondisi yang berbeda tersebut.
"Harus kita perhatikan juga. Karena jika tidak diperhatikan penyakit penyertanya bisa memperburuk keadaan pasien juga," ujar dr Djohan.
Mengenai rutinitas pasien selain meminum obat-obatan sesuai keluhan.
Tim medis memantau aktivitas fisiknya seperti menganjurkan berjemur di kamar masing-masing tiap pagi hari dengan membuka jendela kamar. Tiap pasien satu kamar.
"Berjemur di dalam kamar.Ada akses sinar matahari. Kita tidak harapkan pasien keluar kamar karena tingkat penularannya cukup tinggi. Untuk kebaikan mereka dan petugas," katanya.
Lalu melakukan aktivitas ringan di dalam kamar.
Tim medis di rumah sakit juga sempat mendapatkan kunjungan dari Tim 4 Satgas Aman Nusa Polda Lampung yangmemberikan pendampingan psikologis bagi tenaga medis maupun pasien.
"Kami sempat diskusi bagaimana untuk mendukung dalam hal bimbingan psikologis tenaga medis maupun pasien. Sharing ke tim medis kita untuk kemudian bisa menerapkan prinsip dasar bimbingan psikologis juga ke pasien," terangnya.
Menurutnya covid-19 ini juga menjadi hal baru bagi semua tenaga medis termasuk di BNH terlebih rs ini baru operasional September 2017 lalu.
"Jadi kami saling mendukung dalam hal ini," papar dia.(Tribunlampung.co.id/ Sulis Setia M)