Lampung Surplus Beras 266 Ribu Ton, Urutan Ke-6 Provinsi Penghasil Beras Tertinggi
Kebutuhan pangan relatif aman dengan melimpahnya produksi beras sepanjang tahun, terutama saat panen raya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Lampung terus membangun optimisme di tengah pandemi Covid-19.
Kebutuhan pangan relatif aman dengan melimpahnya produksi beras sepanjang tahun, terutama saat panen raya.
Bahkan, karena surplus, sebagian produksi beras Lampung dikirim ke luar untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah lain.
Data yang diperoleh Tribun dari Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Lampung, Jumat (26/6/2020), memperlihatkan, pada bulan Mei 2020 ketika Covid-19 masih sedang merajalela, produksi beras Lampung surplus sebanyak 266.110 ton.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi saat mendampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang melakukan kunjungan kerja di Lampung, pekan lalu, mengungkapkan tekadnya untuk terus mewujudkan petani Lampung berjaya meskipun saat ini dalam kondisi pandemi Covid-19.
Lampung, kata Gubernur, juga akan terus berupaya untuk mengamankan ketahanan pangan nasional dengan mensinergikan seluruh lintas kepentingan dengan mendukung kegiatan usaha petani secara berkelanjutan.
"Tentunya ini akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan keluarganya," ucapnya.
Lalu, dari mana angka surplus beras Lampung yang 226 ribu ton itu?
Data dari Dinas Ketahanan Pangan menunjukkan, produksi padi pada Mei 2020 sekitar 516.949 gabah kering giling atau GKG yang disetarakan dengan 330.950 ton.
Sedangkan kebutuhan daerah sebanyak 64.840 ton.
Panen raya padi di Lampung berlangsung Mei dan Juni 2020 yang mencakup areal seluas 163.888 hektare.
Produktivitas rata-rata pertanaman padi sekitar 5,1 ton per hektare.
Dengan demikian, produksi Mei dan Juni diperkirakan mencapai 837.467 ton GKG.
Jika menggunakan metode perhitungan yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) yakni Kerangka Sampling Area (KSA), di mana perolehan angka produksi beras menggunakan konversi 57,3 persen dari produksi padi, maka produksi beras selama kurun waktu tersebut sebanyak 479.868 ton beras.
Sebelumnya, Kusnadi yang menjabat Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung, mengatakan, sekitar 68 persen produksi beras Lampung berasal dari Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tulangbawang dan Mesuji.
"Meski saat ini sedang wabah Corona, tetapi mereka tetap bersemangat untuk panen padi," katanya.
Malah, kata dia, di Lampung Tengah sepekan lalu dilakukan Gerakan Percepatan Olah dan Tanam, yang dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Nilai Tukar Petani
Meski Lampung mengalami surplus beras, namun ada pekerjaan besar yang perlu mendapat perhatian pemerintah.
Yakni, tingkat kesejahteraan petani. Umumnya tingkat kesejahteraan itu salah satu tolok ukurnya adalah nilai tukar petani, yaitu rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayarkannya.
Indeks harga yang diterima petani dilihat dari besarnya fluktuasi yang dihasilkan dari produksi setiap petani, sedangkan indeks hargayang dibayar petani dilihat dari barang-barang yang dikonsumsi dan fluktuasi harga barang yang digunakan dalam memproduksi hasil pertanian.
Data yang dirilis BPS Lampung pada awal Juni 2020 menunjukkan, NTP Lampung pada Mei 2020 sebesar 91.51 persen, turun dari bulan sebelumnya sebesar 93 persen.
Khusus untuk tanaman pangan, NTP pada Mei 2020 sebesar 93,37 persen, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 94,48 persen.
Sedangkan Nilai Tukar Usaha Petani pada Mei tercatat 92,31, turun dari bulan sebelumnya sebesar 94,19.
Untuk NTUP tanaman pangan, angka Mei tercatat 94,33 persen, turun dari bulan sebelumnyayang 95,80 persen.
Lampung Ke-6
Secara nasional, Kementerian Pertanian optimistis produksi beras hingga akhir 2020 mendatang diperkirakan masih surplus.
Perkiraan ketersediaan beras tersebut didasarkan pada produksi dan kebutuhan konsumsi bulanan, serta memperhitungkan stok yang ada.
Menurut Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi, mengungkap 10 provinsi yang merupakan penghasil beras tertinggi.
Dalam daftar tersebut, Lampung berada di urutan ke-6.
Data Kementan mengacu pada data produksi beras 2019 yang dirilis BPS menunjukkan, Jawa Tengah tetap menjadi produsen terbesar dengan 5,53 juta ton beras, disusul Jawa Timur dengan 5,49 juta ton beras.
Urutan ketiga Jawa Barat dengan 5,21 juta ton, lalu Sulawesi Selatan dengan 2,89 juta ton.
Lampung berada di urutan ke-6 dengan produksi 1,24 juta ton beras, di bawah Sumatera Selatan yang memproduksi 1,49 juta ton. Sumatera Utara di urutan ketujuh dengan 1,19 juta ton.
Menurut Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, mengatakan, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementan terus meningkatkan pasokan, mengamankan stok dan memperlancar distribusi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mencatat neraca beras nasional hingga bulan Juni mengalami surplus sebesar 6,4 juta ton.
Surplus tersebut dengan memperhitungkan stok tersedia pada akhir Maret sebesar 3,45 juta ton.
Produksi dari panen Mei-April-Juni sebesar 10,56 juta ton serta kebutuhan konsumsi beras nasional 7,61 juta ton.
Data luas panen Kerangka Sampling Area Badan Pusat Statistik (KSA BPS) mencatat ada 18 provinsi sentra padi yang menghasilkan panen seluas 3,8 juta hektare.
Rinciannya, yakni panen pada bulan April seluas 1,73 juta ha dan bulan Mei seluas 1,38 juta ha serta bulan Juni 700 ribu ha.
Laporan ini juga sejalan dengan laporan Food and Agriculture Organization (FAO), yang menilai Indonesia tidak berisiko kekurangan pangan selama periode April-Juni 2020.(tribunlampung.co.id/byu/iki)